Kemlu: Diplomasi dalam penyelesaian isu Myanmar berlangsung perlahan
19 Juli 2024 14:32 WIB
Direktur Jenderal Kerja Sama ASEAN Kementerian Luar Negeri RI Sidharto R Suryodipuro (kiri) menyampaikan keterangan pers di Jakarta, Jumat (19/7/2024). (ANTARA/Yashinta Difa)
Jakarta (ANTARA) - Direktur Jenderal Kerja Sama ASEAN Kementerian Luar Negeri RI Sidharto R Suryodipuro mengatakan upaya diplomasi ASEAN untuk membantu penyelesaian krisis di Myanmar masih terus berlangsung, meskipun perlahan.
“Sebenarnya sejak awal, dan Menteri Luar Negeri (Retno Marsudi) juga beberapa kali menyebutkan tahun lalu, bahwa sebetulnya upaya diplomasi itu tidak diarahkan untuk berhasil dalam semalam,” kata Sidharto dalam konferensi pers menjelang Pertemuan ke-57 Menlu ASEAN (AMM) di Jakarta, Jumat.
Dia menjelaskan bahwa berbagai persoalan di Myanmar tidak hanya disebabkan oleh kudeta militer pada 2021, tetapi telah mengakar sejak bertahun-tahun lalu.
“Dalam konteks itu bisa dipastikan progress (penyelesaian isu ini) berlangsung perlahan,” ujar pria yang akrab disapa Artho itu.
Meskipun begitu, Artho memastikan bahwa ASEAN terus berupaya membantu menyelesaikan isu Myanmar dengan mengimplementasikan Konsensus Lima Poin (5PC).
“Upaya ASEAN itu Five-Point Consensus. Ada seruan penghentian kekerasan, (tetapi) kekerasan masih berlangsung. Kemudian (penyaluran) bantuan kemanusiaan, ini juga sedang berlangsung oleh ASEAN dengan dikoordinasikan oleh AHA Centre,” katanya.
ASEAN juga terus memajukan dialog di antara semua pihak melalui mekanisme utusan khusus (special envoy) ketua ASEAN.
“Tetapi upaya tersebut dilakukan, ya namanya diplomasi, tidak diberitakan di media. Nah tentunya di bawah chairmanship Laos, special envoy-nya juga melakukan pendekatan ke berbagai pihak,” tutur Artho.
Ia pun memastikan mekanisme troika yang dibentuk ASEAN untuk menyelesaikan isu Myanmar terus dilakukan.
Mekanisme troika yang dijalankan oleh Indonesia sebagai ketua ASEAN tahun lalu, Laos sebagai ketua ASEAN tahun ini, dan Malaysia sebagai ketua ASEAN tahun depan, dinilai sangat penting untuk memastikan keberlanjutan penanganan isu Myanmar.
Terkait mekanisme troika, Artho mengungkap adanya wacana untuk memperluas mekanisme ini tidak hanya di antara anggota ASEAN, tetapi juga mengikutsertakan negara-negara yang berbatasan dengan Myanmar seperti China, India, dan Bangladesh.
“Pada saat ini, dalam Pertemuan Menlu ASEAN mendatang belum membahas tentang perluasan troika. Tetapi isu ini, di luar forum resmi, memang muncul (dalam pembahasan),” katanya.
Isu Myanmar akan turut dibahas dalam sesi retreat AMM ke-57 yang diselenggarakan di Vientiane, Laos, pekan depan. Dalam pertemuan tersebut, Myanmar akan diwakili oleh delegasi nonpolitiknya.
Baca juga: Indonesia dukung peran Malaysia untuk selesaikan isu Myanmar
Baca juga: Indonesia-Laos-Malaysia jalankan mekanisme troika untuk isu Myanmar
Baca juga: Retno: ASEAN tetap jadikan 5PC acuan utama penyelesaian isu Myanmar
“Sebenarnya sejak awal, dan Menteri Luar Negeri (Retno Marsudi) juga beberapa kali menyebutkan tahun lalu, bahwa sebetulnya upaya diplomasi itu tidak diarahkan untuk berhasil dalam semalam,” kata Sidharto dalam konferensi pers menjelang Pertemuan ke-57 Menlu ASEAN (AMM) di Jakarta, Jumat.
Dia menjelaskan bahwa berbagai persoalan di Myanmar tidak hanya disebabkan oleh kudeta militer pada 2021, tetapi telah mengakar sejak bertahun-tahun lalu.
“Dalam konteks itu bisa dipastikan progress (penyelesaian isu ini) berlangsung perlahan,” ujar pria yang akrab disapa Artho itu.
Meskipun begitu, Artho memastikan bahwa ASEAN terus berupaya membantu menyelesaikan isu Myanmar dengan mengimplementasikan Konsensus Lima Poin (5PC).
“Upaya ASEAN itu Five-Point Consensus. Ada seruan penghentian kekerasan, (tetapi) kekerasan masih berlangsung. Kemudian (penyaluran) bantuan kemanusiaan, ini juga sedang berlangsung oleh ASEAN dengan dikoordinasikan oleh AHA Centre,” katanya.
ASEAN juga terus memajukan dialog di antara semua pihak melalui mekanisme utusan khusus (special envoy) ketua ASEAN.
“Tetapi upaya tersebut dilakukan, ya namanya diplomasi, tidak diberitakan di media. Nah tentunya di bawah chairmanship Laos, special envoy-nya juga melakukan pendekatan ke berbagai pihak,” tutur Artho.
Ia pun memastikan mekanisme troika yang dibentuk ASEAN untuk menyelesaikan isu Myanmar terus dilakukan.
Mekanisme troika yang dijalankan oleh Indonesia sebagai ketua ASEAN tahun lalu, Laos sebagai ketua ASEAN tahun ini, dan Malaysia sebagai ketua ASEAN tahun depan, dinilai sangat penting untuk memastikan keberlanjutan penanganan isu Myanmar.
Terkait mekanisme troika, Artho mengungkap adanya wacana untuk memperluas mekanisme ini tidak hanya di antara anggota ASEAN, tetapi juga mengikutsertakan negara-negara yang berbatasan dengan Myanmar seperti China, India, dan Bangladesh.
“Pada saat ini, dalam Pertemuan Menlu ASEAN mendatang belum membahas tentang perluasan troika. Tetapi isu ini, di luar forum resmi, memang muncul (dalam pembahasan),” katanya.
Isu Myanmar akan turut dibahas dalam sesi retreat AMM ke-57 yang diselenggarakan di Vientiane, Laos, pekan depan. Dalam pertemuan tersebut, Myanmar akan diwakili oleh delegasi nonpolitiknya.
Baca juga: Indonesia dukung peran Malaysia untuk selesaikan isu Myanmar
Baca juga: Indonesia-Laos-Malaysia jalankan mekanisme troika untuk isu Myanmar
Baca juga: Retno: ASEAN tetap jadikan 5PC acuan utama penyelesaian isu Myanmar
Pewarta: Yashinta Difa Pramudyani
Editor: M Razi Rahman
Copyright © ANTARA 2024
Tags: