Jakarta (ANTARA) - PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) menyampaikan hasil peninjauan peringkat sejumlah Badan Usaha Milik Negara (BUMN) pada kuartal II 2024 berdasarkan kinerja keuangan maupun kemampuan membayar utang masing-masing perseroan.

Dalam konferensi pers daring yang dipantau di Jakarta, Kamis, Kepala Divisi Pemeringkatan Non-Jasa Keuangan 2 Pefindo Yogie Surya Perdana menuturkan bahwa PT Wijaya Karya (Persero) Tbk (WIKA) yang sempat turun peringkat ke idSD (selective default) kini berada di idBBB-.

“Seiring dengan Wijaya Karya sudah berhasil mencapai kesepakatan dengan kreditur terkait restrukturisasi, maka peringkat surat utangnya dan juga peringkat korporasinya juga kembali kami naikkan,” kata Yogie Surya Perdana.

Baca juga: Saham Semen Indonesia masuk daftar konstituen Indeks Pefindo i-Grade


Sementara itu, peringkat PT Waskita Karya (Persero) (Waskita) masih berada di level idSD, PT Adhi Karya (Persero) Tbk di level idA-, serta PT PP Properti Tbk (PP) di level idA.

Ia mengungkapkan bahwa dari semua BUMN Karya yang ditinjau oleh pihaknya, PT Hutama Karya (Persero) (HK) merupakan perseroan yang memiliki rating paling tinggi, yakni idAA-.

“Hal itu tidak terlepas dari kepemilikan 100 persen yang masih dimiliki oleh pemerintah dan peran HK sebagai salah satu kontraktor yang dipercaya untuk membangun Jalan Tol Trans-Sumatera,” ujar Yogie.

Ia menuturkan bahwa sesuai arahan dari Kementerian BUMN, kini BUMN Karya kembali fokus pada core competence masing-masing, sehingga skema pembayaran menjadi lebih normal dan wajar.

Menurutnya, upaya tersebut dapat menjadi katalis positif bagi industri konstruksi di Tanah Air.

Baca juga: Garuda Indonesia raih peringkat IdBB dari Pefindo berkat bisnis stabil


Yogie menyampaikan bahwa klaster kesehatan menjadi kelompok BUMN lainnya yang juga berkinerja kurang baik, salah satunya dikarenakan kinerja keuangan PT Kimia Farma dan PT Indofarma yang merugi.

Selama kuartal I 2024, Kimia Farma mencatatkan kerugian bersih sebesar Rp102,73 miliar. Sedangkan Indofarma menderita kerugian bersih senilai Rp720,99 miliar pada tahun lalu.

Kinerja negatif tersebut membuat outlook PT Biofarma (Persero) sebagai holding BUMN kesehatan menjadi negatif, meskipun peringkatnya masih bertahan di level idAA.

“Atas kinerja keuangan kedua anak perusahaan Biofarma ini tentu dampaknya terhadap holding ya secara kacamata kredit ini negatif,” jelasnya.

Meskipun begitu, Yogie mengatakan bahwa tidak semua BUMN berkinerja kurang baik, salah satunya PT Angkasa Pura I yang naik peringkat dari idAA+ menjadi idAAA.

Baca juga: Pefindo catat penerbitan EBUS korporasi Rp60,1 triliun di semester I


Sementara itu, Perum Pembangunan Perumahan Nasional (Perumnas) mendapatkan revisi outlook dari negatif menjadi stabil dengan peringkat tetap pada level idBBB-.

“Lalu, yang upgrade (naik peringkat) juga, itu ada PT Industri Kereta Api (Persero) atau INKA yang sebelumnya di idBBB+, ratingnya kami upgrade menjadi idA,” imbuhnya.