Jakarta (ANTARA) - Perkembangan teknologi dalam negeri terkait peringatan dini bencana tidak hanya bagian mitigasi, tapi menjadi sumber data untuk meningkatkan performanya, kata Direktur Pemetaan dan Evaluasi Resiko Bencana Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Udrekh.

Dalam diskusi via daring yang diikuti dari Jakarta, Kamis, Udrekh menjelaskan dalam konsep peringatan dini dimulai dari tahap pertama yaitu pengetahuan tentang risiko didukung oleh keberadaan data dari peralatan teknologi.

Selain itu, terdapat pemanfaatan teknologi dalam bentuk sensor, diseminasi informasi kebencanaan dan mendorong respons masyarakat.

"Kalau kita melihat tahapan seperti ini maka konsep sistem peringatan dini teknologi amat sangat berperan, dari awal kuadran satu sampai keempat. Terutama bagaimana peran sistem peringatan dini yang tersimpan datanya, secara sejarah kita paham perilaku alam sehingga kita semakin pintar dalam menjalankan sistem peringatan dini," katanya.

Baca juga: Pakar gempa dari Taiwan bahas kegempaan, peringatan dini hingga dampak

Baca juga: KPU jadikan Indeks Kerawanan Pemilu Sumbar sebagai peringatan dini


Perkembangan teknologi juga sangat diperlukan, kata Udrekh, termasuk dalam pengolahan data untuk memperbaiki implementasi sistem peringatan dini yang dilakukan di Indonesia.

Dalam diskusi yang sama, Agustan dari Komite Remote Sensing Center for Technology and Innovationa Studies (CTIS) menyebut pengembangan teknologi peringatan dini khususnya bencana terus terjadi di Indonesia, baik yang dilakukan oleh universitas maupun swasta.

Perkembangan itu terjadi, ucap Agustan, sebagai bagian dari pelajaran berharga yang didapat setelah beberapa kali kejadian bencana signifikan termasuk tsunami di Aceh pada 2004 dan banjir lahar dingin yang terjadi di Sumatera Barat pada tahun ini.

"Pengamatan kami, dari diskusi dengan teman-teman perekayasa, misalnya itu sudah banyak memproduksi atau merakit berbagai macam komponen untuk bisa mendeteksi gejala alam ini mulai dari yang terkait hidrometeorologi maupun seismotektonik," katanya.

Dia memberikan beberapa contoh beberapa hasil karya yang sudah dapat dibuat oleh peneliti Indonesia termasuk sistem pemantauan tinggi muka air, pendeteksi longsor sampai model rumah tahan gempa.*

Baca juga: Pemerintah pasang 11 alat peringatan dini erupsi Gunung Marapi di Agam

Baca juga: Tiga desa rawan longsor di Kudus dilengkapi alat peringatan dini