Kemenko PMK: Satu jam tanpa gawai bangun revolusi mental di keluarga
18 Juli 2024 12:55 WIB
Bidang Koordinasi Revolusi Mental, Pemajuan Kebudayaan dan Prestasi Olahraga Kemenko PMK Warsito saat mengunjungi Antara Heritage Center, Jakarta, Kamis (18/7/2024). ANTARA/Lintang Budiyanti Prameswari.
Jakarta (ANTARA) - Deputi Bidang Koordinasi Revolusi Mental, Pemajuan Kebudayaan dan Prestasi Olahraga Kementerian Koordinator (Kemenko) Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (PMK) Warsito menyampaikan gerakan satu jam tanpa gawai membangun revolusi mental dalam keluarga.
“Gerakan orang tua sama-sama pisah dengan gawai, kemudian mendampingi anaknya Itu kan luar biasa, termasuk yang kita dorong. Satu jam tanpa gawai itu bukan sekadar tidur saja, tetapi bergaul, berinteraksi dengan anak, suami-istri bareng-bareng itu kan bagian dari revolusi mental dalam keluarga,” ujar Warsito ditemui saat mengunjungi Antara Heritage Center, Jakarta, Kamis.
Ia menegaskan menjelang peringatan Hari Anak Nasional (HAN) pada 23 Juli 2024 menjadi momentum untuk terus menyosialisasikan gerakan satu jam tanpa gawai tersebut.
“Kita sekarang kan main gawai atau handphone itu sudah seperti minum pil ya, enggak bisa lepas sama sekali. Untuk itu gerakan satu jam tanpa gawai tersebut bisa kita gerakkan dalam rangka menyambut Hari Anak Nasional,” ucapnya.
Baca juga: Membiasakan anak fokus makan, tanpa gawai
Selain satu jam tanpa gawai, lanjutnya, Hari Anak Nasional juga menjadi salah satu momen untuk menciptakan lingkungan yang lebih inklusif, utamanya bagi anak-anak disabilitas.
“Itu contoh dan tentu ini bagian dari yang kita kampanyekan di revolusi mental, bagaimana contoh-contoh itu yang kita lakukan untuk Hari Anak, dan banyak kegiatan lain yang juga kita endorse (dukung), termasuk anak-anak disabilitas itu bagian dari bagaimana memberikan pendidikan, kepercayaan diri bagi anak disabilitas,” tuturnya.
Ia menjelaskan Gerakan Nasional Revolusi Mental menekankan pada tiga hal yakni gotong royong, integritas, dan etos kerja. Selain itu, juga terdapat Gerakan Indonesia Melayani yang fokus pada lima sikap yakni mandiri, melayani, bersih, bersatu, dan tertib.
“Nah dari situ turunannya adalah bagaimana kita memotret yang ada di Indonesia, di masyarakat Indonesia terkait dengan lima gerakan Indonesia itu dalam menggunakan indikator-indikator yang memang sudah rigid (kaku), artinya sesuatu yang memang sudah kita buat untuk memotret capaiannya," kata Warsito.
Baca juga: Kemenko PMK: Revolusi mental untuk birokrasi bersih dan berintegritas
Ia mengemukakan saat ini Kemenko PMK tengah mengukur progres Indeks Capaian Revolusi Mental (ICRM) yang bekerja sama dengan Badan Pusat Statistik (BPS).
Adapun Presiden Joko Widodo (Jokowi) juga telah menerbitkan Instruksi Presiden Nomor 12 Tahun 2016 tentang Gerakan Nasional Revolusi Mental (GNRM), yang mengamanatkan perbaikan dan pembangunan karakter bangsa dengan mengacu pada nilai-nilai etos kerja, gotong royong, dan integritas.
GNRM masuk sebagai program prioritas nasional dalam upaya mendorong pembangunan sumber daya manusia untuk mendukung visi Indonesia Maju dan Indonesia Emas 2045.
Baca juga: Menko PMK ajak anak muda bermedia sosial dengan positif dan kreatif
“Gerakan orang tua sama-sama pisah dengan gawai, kemudian mendampingi anaknya Itu kan luar biasa, termasuk yang kita dorong. Satu jam tanpa gawai itu bukan sekadar tidur saja, tetapi bergaul, berinteraksi dengan anak, suami-istri bareng-bareng itu kan bagian dari revolusi mental dalam keluarga,” ujar Warsito ditemui saat mengunjungi Antara Heritage Center, Jakarta, Kamis.
Ia menegaskan menjelang peringatan Hari Anak Nasional (HAN) pada 23 Juli 2024 menjadi momentum untuk terus menyosialisasikan gerakan satu jam tanpa gawai tersebut.
“Kita sekarang kan main gawai atau handphone itu sudah seperti minum pil ya, enggak bisa lepas sama sekali. Untuk itu gerakan satu jam tanpa gawai tersebut bisa kita gerakkan dalam rangka menyambut Hari Anak Nasional,” ucapnya.
Baca juga: Membiasakan anak fokus makan, tanpa gawai
Selain satu jam tanpa gawai, lanjutnya, Hari Anak Nasional juga menjadi salah satu momen untuk menciptakan lingkungan yang lebih inklusif, utamanya bagi anak-anak disabilitas.
“Itu contoh dan tentu ini bagian dari yang kita kampanyekan di revolusi mental, bagaimana contoh-contoh itu yang kita lakukan untuk Hari Anak, dan banyak kegiatan lain yang juga kita endorse (dukung), termasuk anak-anak disabilitas itu bagian dari bagaimana memberikan pendidikan, kepercayaan diri bagi anak disabilitas,” tuturnya.
Ia menjelaskan Gerakan Nasional Revolusi Mental menekankan pada tiga hal yakni gotong royong, integritas, dan etos kerja. Selain itu, juga terdapat Gerakan Indonesia Melayani yang fokus pada lima sikap yakni mandiri, melayani, bersih, bersatu, dan tertib.
“Nah dari situ turunannya adalah bagaimana kita memotret yang ada di Indonesia, di masyarakat Indonesia terkait dengan lima gerakan Indonesia itu dalam menggunakan indikator-indikator yang memang sudah rigid (kaku), artinya sesuatu yang memang sudah kita buat untuk memotret capaiannya," kata Warsito.
Baca juga: Kemenko PMK: Revolusi mental untuk birokrasi bersih dan berintegritas
Ia mengemukakan saat ini Kemenko PMK tengah mengukur progres Indeks Capaian Revolusi Mental (ICRM) yang bekerja sama dengan Badan Pusat Statistik (BPS).
Adapun Presiden Joko Widodo (Jokowi) juga telah menerbitkan Instruksi Presiden Nomor 12 Tahun 2016 tentang Gerakan Nasional Revolusi Mental (GNRM), yang mengamanatkan perbaikan dan pembangunan karakter bangsa dengan mengacu pada nilai-nilai etos kerja, gotong royong, dan integritas.
GNRM masuk sebagai program prioritas nasional dalam upaya mendorong pembangunan sumber daya manusia untuk mendukung visi Indonesia Maju dan Indonesia Emas 2045.
Baca juga: Menko PMK ajak anak muda bermedia sosial dengan positif dan kreatif
Pewarta: Lintang Budiyanti Prameswari
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2024
Tags: