Arena paralayang terbaik dunia ada di Bali
21 Februari 2014 19:38 WIB
Seorang penerbang paralayang sedang terbang melayang di pantai Timbis, Bali. Paralayang adalah salah satu cabang olah raga yang berada dibawah naungan Federasi Aero Sport Indonesia (FASI) (Federasi Aero Sport Indonesia)
Bali (ANTARA News) - Arena olahraga udara paralayang terbaik dunia ternyata terletak di Bukit Timbis, Desa Kutuh, Kuta, Bali.
Bukit yang berjarak 15 kilometer dari Pantai Kuta ini diklaim sebagai surganya para penikmat olahraga udara karena memiliki aliran angin yang bisa membawa penikmat paralayang lepas landas dari bukit dan mendarat kembali di bukit.
Timbis juga pernah digunakan untuk Asian Beach Games 2008 yang diikuti 18 cabang olah raga dari 42 negara Asia,salah satunya cabang paralayang.
"Bukit Timbis merupakan arena paralayang terbaik di dunia," kata Sugiharto Prapto, Komandan Lanud Ngurah Rai pada konferensi pers Bali Aero Sport Festival di Kuta, Jumat.
"Di Timbis air flow-nya luar biasa, terbang dari bukit bisa kembali ke bukit karena itu tadi, aliran angin yang mengangkat naik," tambah Sugiharto yang juga menjabat Ketua Federasi Aero Sport Indonesia Daerah Bali.
Namun keberadaan tempat paralayang terbaik di dunia tersebut terancam oleh pembangunan berbagai proyek di sekitar bukit tersebut.
"Dua puluh lima tahun yang lalu daerah Timbis kosong, namun sekarang sudah banyak owner-owner-nya," katanya.
Keberadaan beberapa bangunan itu membuat aliran udara menjadi tidak alami bahkan bisa mengganggu kegiatan paralayang disana.
"Kami sudah layangkan surat kepada owner minimal merubah bentuk bangunan agar tidak mengganggu air flow. Karena dengan adanya bangunan, angin jadi tidak alami, air flow rendah bahkan turun," kata Sugiharto yang juga Ketua Tim Penyelamatan Timbis.
Ia menambahkan saat ini pihaknya sudah bertemu Pemerintah Provinsi Bali dan berharap lokasi paralayang terbaik di dunia tersebut bisa terus terjaga.
"Kami sudah temui wakil gubernur, mari kita selamatkan Timbis. Peduli pembangunan itu mutlak tapi alam jangan dirusak," pungkas Sugiharto.
Bukit yang berjarak 15 kilometer dari Pantai Kuta ini diklaim sebagai surganya para penikmat olahraga udara karena memiliki aliran angin yang bisa membawa penikmat paralayang lepas landas dari bukit dan mendarat kembali di bukit.
Timbis juga pernah digunakan untuk Asian Beach Games 2008 yang diikuti 18 cabang olah raga dari 42 negara Asia,salah satunya cabang paralayang.
"Bukit Timbis merupakan arena paralayang terbaik di dunia," kata Sugiharto Prapto, Komandan Lanud Ngurah Rai pada konferensi pers Bali Aero Sport Festival di Kuta, Jumat.
"Di Timbis air flow-nya luar biasa, terbang dari bukit bisa kembali ke bukit karena itu tadi, aliran angin yang mengangkat naik," tambah Sugiharto yang juga menjabat Ketua Federasi Aero Sport Indonesia Daerah Bali.
Namun keberadaan tempat paralayang terbaik di dunia tersebut terancam oleh pembangunan berbagai proyek di sekitar bukit tersebut.
"Dua puluh lima tahun yang lalu daerah Timbis kosong, namun sekarang sudah banyak owner-owner-nya," katanya.
Keberadaan beberapa bangunan itu membuat aliran udara menjadi tidak alami bahkan bisa mengganggu kegiatan paralayang disana.
"Kami sudah layangkan surat kepada owner minimal merubah bentuk bangunan agar tidak mengganggu air flow. Karena dengan adanya bangunan, angin jadi tidak alami, air flow rendah bahkan turun," kata Sugiharto yang juga Ketua Tim Penyelamatan Timbis.
Ia menambahkan saat ini pihaknya sudah bertemu Pemerintah Provinsi Bali dan berharap lokasi paralayang terbaik di dunia tersebut bisa terus terjaga.
"Kami sudah temui wakil gubernur, mari kita selamatkan Timbis. Peduli pembangunan itu mutlak tapi alam jangan dirusak," pungkas Sugiharto.
Pewarta: Alviansyah Pasaribu
Editor: Unggul Tri Ratomo
Copyright © ANTARA 2014
Tags: