Ketika warga perkotaan memandang gelar strata satu (sarjana) sebagai suatu yang biasa, maka berbeda halnya dengan masyarakat pedesaan.
Eko Prayitno (18), mahasiswa asal Desa Kepayang, Kecamatan Lempuing, Kabupaten Ogan Komering Ilir, Sumatera Selatan, begitu bangga atas keberhasilan mengeyam pendidikan tinggi di Universitas Sriwijaya.
Hal itu cukup dimaklumi karena mahasiswa semester II Fakultas Pertanian Jurusan Agroekoteknologi ini menjadi pemuda kelima di kampungnya yang merasakan bangku kuliah.
"Di kampung saya baru ada empat orang yang jadi sarjana, dan mudah-mudahan saya menjadi yang kelima," kata Eko.
Ia menuturkan penduduk kampungnya sebagian besar menggantungkan hidup dengan bersawah.
Kondisi ini membuat warga setempat sulit untuk lepas dari kemiskinan mengingat kerap kali dihadapkan pada situasi banjir dan kekeringan.
Keadaan itu pun dialami oleh keluarga Eko yang hanya bergantung pada sebidang sawah dengan luas seperempat hektare.
"Sawah milik bapak (orangtua,red) ada di dekat sungai sehingga sering kebanjiran. Jika sudah begitu harus siap hidup seadanya," ujarnya.
Meskipun telah berkutat dengan ketidakmapanan ekonomi sejak kecil, tetap tidak memupuskan harapan Eko dalam menggapai cita-cita.
Berbekal keinginan kuat menjadi seorang pengusaha, anak pertama dari dua bersaudara ini sejak menginjak pendidikan SD selalu mendapatkan nilai diatas rata-rata.
Berkat prestasi itu, ia pun mendapatkan beasiswa dari Bank BNI 46 dari SD hingga SMP.
"Hanya SMA saja saya tidak dapat beasiswa, dan memang sedikit merepotkan orangtua untuk membiayai kala itu. Ketika awal masuk kuliah pun tetap begitu, tidak ada yang membiayai," ujarnya.
Kegigihan Eko dalam belajar dan berusaha ternyata membuat luluh kedua orangtuanya sehingga bersedia memberikan dukungan penuh untuk melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi.
"Awalnya, orangtua berpesan, asal mau berhemat dan mau bekerja keras maka diizinkan kuliah," ujarnya.
Raih Beasiswa
Setelah menjalani pendidikan selama satu semester, Eko pun mendaftarkan diri untuk mengikuti proses seleksi beasiswa PT Pusri dalam program "Anak Petani Jadi Sarjana".
Ia pun terpilih bersama sembilan orang mahasiswa lainnya dari total 50 orang peserta seleksi.
Bantuan yang diterima berupa biaya kuliah sebesar Rp4,2 juta per bulan.
"Untuk pembayaran uang kuliah per semester sebesar Rp2,4 juta, dan sisanya digunakan untuk menopang hidup karena menjadi anak kost. Sangat senang sekali karena tidak lagi membebani orangtua, karena sejak lama saya tidak minta uang dan menyebutkan jumlahnya," ujarnya sumringah.
Dalam sambutannya dihadapan Direktur Utama PT Pusri dan Rektor Universitas Sriwijaya Badiah Parizade, Kamis (19/2), dalam acara penyerahan beasiswa, Eko tanpa ragu mengatakan ingin membangun desanya setelah menyandang gelar sarjana.
Cita-cita awal menjadi pengusaha diterjemahkannya menjadi pengusaha pangan di kampung sendiri.
"Saat ini sedang ada pembangunan irigasi besar-besaran di kampung, jalan juga sudah diperbaiki. Jika lulus nanti ingin membangun desa dan melihat seluruh petani memakai traktor," ujarnya.
Satu kutipan yang cukup menarik disampaikannya dan langsung disambut tepuk tangan para hadirin pada penyerahan bantuan itu, yakni "Saya tidak akan bangga jika hanya kuliah hingga semester dua atau empat, tapi saya sangat bangga ketika saya benar-benar menjadi sarjana," katanya.
PT Pupuk Sriwijaya memberikan beasiswa program "anak petani jadi sarjana" sebagai wujud kepedulian perusahaan terhadap peningkatan Sumber Daya Manusia di Indonesia.
"Program itu diberikan kepada anak petani karena telah menjadi mitra perusahaan dalam penggunaan pupuk urea," kata Direktur Utama PT Pusri Musthofa dalam acara penyerahan beasiswa secara simbolis.
Adapun sembilan mahasiswa lainnya, Makmun Rosidi (OKU Timur), Muklis Hardiansyah (Bengkulu), Ota Handani (Banyuasin), Sampurna Wijaya (Banyuasin), Soleha (OKI), Peli Dorry (Prabumulih), Rudi Prayogo (Tanggamus), M Bilal (Banyuasin), dan Devi Safitria (Lampung Barat).
"Setelah lulus nanti, para mahasiswa terpilih ini diharapkan mampu berkontribusi bagi masyarakat banyak atau setidaknya bagi tanah kelahiran sendiri," ujar Musthofa.
Eko, anak petani calon sarjana dari Desa Kepayang
21 Februari 2014 08:50 WIB
Ilustrasi. Sejumlah pelajar SD menunggu pencairan beasiswa kurang mampu dari Kemendikbud di Kantor Pos Induk Batam. (ANTARA FOTO/Joko Sulistyo)
Oleh dolly rosana
Editor: Unggul Tri Ratomo
Copyright © ANTARA 2014
Tags: