Moskow (ANTARA News) - Presiden Rusia Vladimir Putin sedang mengirimkan seorang utusannya ke Ukraina atas permintaan Presiden Viktor Yanukovich untuk berupaya menengahi perundingan antara pemerintah dan oposisi, demikian dilaporkan kantor-kantor berita Rusia pada hari Kamis.

Hingga kini, Rusia telah membuka peluang untuk terlibat dalam upaya apapun dalam menengahi Yanukovich dan lawan-lawannya di tengah pertikaian yang meningkat, lapor Reuters.

Pertikaian mulai pecah ketika pemimpin Ukraina tersebut menepis rencana membuat kesepakatan dengan Uni Eropa karena Kiev memiliki hubungan yang lebih dekat dengan Moskow.

"Putin memutuskan untuk mengirimkan ombudsman Vladimir Lukin dalam misi ini," kata juru bicara Putin, Dmitry Peskov, seperti dikutip kantor berita pemerintah RIA setelah Putin dan Yanukovych berbicara melalui sambungan telepon.

Itar-Tass melaporkan bahwa Lukin sedang berada dalam perjalanan menuju bandar udara untuk bertolak ke Kiev.

Kendati menawarkan dana penyelamatan senilai 15 miliar dolar AS (Rp175,5 triliun) --yang dilihat pihak-pihak Barat sebagai imbalan atas pembalikan kebijakan Yanukovich, Rusia mengatakan pihaknya tidak melakukan campur tangan.

Rusia justru menuduh Barat yang melakukan campur tangan.

Peskov mengatakan Ukraina adalah pihak yang berinisiatif melakukan pembicaraan telepon, pada hari berlangsungnya pertemuan antara Yanukovich dengan para menteri luar negeri negara-negara Uni Eropa, yaitu Prancis, Jerman dan Polandia di Kiev.

Setidaknya sudah 50 orang yang tewas dalam kerusuhan sejak hari Selasa.

Lukin (76 tahun) adalah mantan anggota parlemen Rusia yang liberal.

Ia juga pernah menjabat sebagai duta besar untuk Amerika Serikat.

Tugasnya sebagai komisioner hak-hak asasi manusia Rusia selama 10 tahun akan segera berakhir.





Penerjemah: Tia Mutiasari