Bandung (ANTARA) - Universitas Padjadjaran (Unpad) memberi pelatihan bagi 22 peneliti dari 11 negara anggota Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) atau “Organisation of Islamic Cooperation” (OIC) untuk belajar mengenai teknologi pembuatan vaksin melalui program COMSTECH Fellowship.

Rektor Unpad Prof Rina Indiastuti mengatakan program tersebut sangat bermanfaat karena berkaitan dengan konteks ilmiah dan kemitraan strategis antar negara dalam ruang lingkup internasional.

“Program ini sangat relevan bagi Unpad karena terkait dengan visi dan misi kami saat ini,” kata Rina di Bandung, Rabu.

Rina menyebutkan bahwa pelatihan lanjutan untuk teknologi vaksin yang akan dilakukan dalam program ini merupakan penelitian yang sangat penting untuk sektor kesehatan, terutama setelah adanya pandemi COVID-19 di Indonesia.

“Setelah pandemi, kami memiliki banyak pengalaman yang menunjukkan bahwa kami memerlukan banyak prototipe, banyak penelitian lanjutan, banyak inovasi di sektor kesehatan, terutama di bidang virologi dan vaksin,” kata dia.

Dia menyampaikan bahwa pelatihan ini dapat membantu meningkatkan kapasitas dan kemampuan para peneliti, khususnya negara anggota OKI dalam mengembangkan inovasi-inovasi untuk menghasilkan prototipe dalam teknologi kesehatan secara berkelanjutan dan konsisten.

“Jadi, mari kita tingkatkan kemitraan kita di antara negara-negara Islam untuk tujuan ini,” katanya.

Sementara itu, Direktur Pemasaran PT Bio Farma Dr Kamelia Faisal mengatakan bahwa program COMSTECH Fellowship yang diikuti oleh negara-negara OKI merupakan simbol kerja sama global dalam membangun hubungan yang berharga antara ilmuwan berbakat dan regulator kesehatan dari negara-negara Islam.

“Dengan bersatu untuk berbagi pengetahuan, pengalaman, dan keahlian, kita tidak hanya memperkaya diri sendiri tetapi juga berkontribusi pada kemajuan besar dalam perawatan kesehatan dan penanggulangan penyakit menular secara global,” kata Kamelia.

Lebih lanjut, dia mengatakan bahwa pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh oleh peserta pelatihan selama program berlangsung dapat mendorong untuk berkontribusi dalam kemajuan kesehatan di negara masing-masing.

“Dengan memberikan kesempatan kepada peserta untuk berkolaborasi di bidang virologi atau teknologi vaksin, program-program ini akan memainkan peran penting dalam memajukan kerja sama internasional dan pertukaran pengetahuan di area-area kritis ini,” kata Kamelia.

Baca juga: 10 peneliti negara OKI diberi pelatihan Bio Farma-Unpad soal vaksin
Baca juga: Alasan nakes vaksinator COVID-19 perlu dapat pelatihan
Baca juga: Bio Farma targetkan produksi vaksin Rotavirus dan Rubella dimulai 2025