Dalam rilis yang disiarkan oleh Kemendikbudristek di Jakarta pada Selasa malam, bentuk kerja sama tersebut diwujudkan melalui penandatanganan memorandum saling pengertian (memorandum of understanding/MoU) bidang pendidikan oleh Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbudristek) RI dan Menteri Luar Negeri Papua Nugini.
Baca juga: Kemendikbudristek lestarikan musik tradisi lewat Recaka Musik Lampung
“Selama lima tahun terakhir, melalui gerakan transformasi Merdeka Belajar, pemerintah Indonesia terus mendorong perwujudan sistem pendidikan yang lebih inklusif dan relevan. Pembelajaran di sekolah kini semakin berpusat kepada murid sehingga memungkinkan pengembangan bakat dan minat secara optimal,” tutur Nadiem.
Adapun ruang lingkup yang tercakup dalam kerja sama tersebut, meliputi program pertukaran pelajar, penelitian bersama, beasiswa, pengembangan kurikulum, pembelajaran bahasa, dan program pelatihan.
Revitalisasi pendidikan vokasi turut menjadi fokus utama dari Merdeka Belajar yang dilakukan untuk menghasilkan lulusan yang lebih siap untuk bekerja, melanjutkan pendidikan, atau menjadi wirausaha.
Baca juga: Kemendikbudristek: FKJR Sarumban angkat kejayaan maritim di Pantura
Di sisi lain, untuk jenjang pendidikan tinggi, Kemendikbudristek telah memberikan kemerdekaan yang lebih luas bagi mahasiswa untuk belajar di luar kampus melalui sejumlah program Kampus Merdeka.
Salah satunya adalah Magang dan Studi Independen Bersertifikat (MSIB), yang memberikan kesempatan bagi mahasiswa akademik dan vokasi untuk melakukan magang di perusahaan kelas dunia.
Baca juga: LLDIKTI: Banyak anak pedalaman Papua belum menikmati pendidikan tinggi
Lebih lanjut, Nadiem juga menguraikan sejumlah kemitraan yang terjalin antara kedua negara dengan melibatkan keikutsertaan peserta didik dari Papua Nugini.
“Saat ini, ada dua mahasiswa Papua Nugini yang ikut berpartisipasi dalam program Beasiswa Darmasiswa periode 2024/2025. Kemudian untuk Program Beasiswa Kemitraan Negara Berkembang (KNB), kami mencatat bahwa pada tahun 2024, ada tiga siswa dari Papua Nugini yang berpartisipasi dalam program ini. Saya berharap kita dapat mendorong lebih banyak siswa atau pemuda Papua Nugini untuk berpartisipasi dalam program-program tersebut.” imbuhnya.
Selanjutnya, dalam program Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing (BIPA), sejak 2017 Indonesia telah mengirim 12 guru atau dosen Indonesia untuk mempromosikan dan mengajar Bahasa Indonesia.
Baca juga: Kemendikbudristek bangun kebinekaan lewat PMM Angkatan 4
Adapun jumlah pembelajar BIPA saat ini berjumlah 600 orang yang tersebar di lima lokasi pengajaran, yaitu Kedutaan Besar Republik Indonesia di Papua Nugini, Provinsi Popondeta, Provinsi Lae, Provinsi Jiwaka, dan Universitas Goroka.
Dalam kesempatan tersebut, Nadiem juga menyampaikan komitmen Indonesia untuk meningkatkan proses pengajaran dan pembelajaran di Papua Nugini, dengan memberikan dukungan dan mengirimkan tenaga pengajar dan keahlian dalam kurikulum atau bidang lain yang dibutuhkan oleh Papua Nugini melalui KBRI di Port Moresby.
Baca juga: Mendikbudristek paparkan peran guru membina pemahaman lintas agama