Bapanas komitmen tingkatkan kesejahteraan petani dan peternak
16 Juli 2024 22:38 WIB
Pekerja mengutip telur ayam ras di kandang UPTD Balai Ternak Non Ruminansia (BTNR) Dinas Peternakan Provinsi Aceh, Blang Bintang, Aceh Besar, Aceh, Rabu (6/9/2023). Harga telur ayam di tingkat peternak mengalami penurunan dari Rp 53.000 menjadi Rp 48.000 per rak akibat rendahnya permintaan pasar sejak beberapa hari terakhir. ANTARA FOTO/Irwansyah Putra/YU
Bapanas (ANTARA) - Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas) Arief Prasetyo Adi menegaskan bahwa pihaknya berkomitmen untuk terus meningkatkan kesejahteraan petani dan peternak ketika menjalankan fungsi sebagai stabilisator pangan dari hulu hingga hilir.
“Presiden Joko Widodo telah mengarahkan kami agar harga pangan pokok itu dapat dikondisikan supaya selalu baik dan wajar, mulai dari petani dan peternak hingga sampai di masyarakat. Ini yang terus Badan Pangan Nasional kerjakan, termasuk kesejahteraan petani dan peternak,” kata Arief di Jakarta, Selasa.
Arief menyampaikan bahwa dalam menjalankan fungsi sebagai stabilisator pangan, Bapanas secara konsisten menaruh atensi besar pada keberimbangan dari sektor hulu sampai hilir.
Ia menjelaskan, dari sisi hulu, kepentingan produsen seperti petani dan peternak terkait harga acuan dan keberlangsungan kegiatan produksi merupakan aspek fundamental yang terus disokong. Namun, di sektor hilir yaitu harga yang baik dan wajar bagi konsumen juga harus dapat diciptakan.
Menurutnya, jika petani dan peternak semakin sejahtera, maka semangat berproduksi pangan akan meningkat. Ketahanan pangan nasional yang ditopang dari produksi dalam negeri pun dapat terwujud.
"Ini karena kita ingin pangan Indonesia bisa terus mengutamakan hasil dari jerih payah sendiri, sehingga kepentingan sedulur petani dan peternak senantiasa jadi perhatian Badan Pangan Nasional,” terang Arief.
Dia menuturkan, salah satu indikator kesejahteraan petani dan peternak dapat dilihat dari indeks nilai tukar petani (NTP), terutama subsektor tanaman pangan atau nilai tukar petani tanaman pangan (NTPP) dan subsektor peternakan atau nilai tukar petani peternakan (NTPT).
Menurut Badan Pusat Statistik (BPS), NTPP tertinggi dalam 18 bulan terakhir tercatat di Februari 2024 yang berada di 120,30 poin.
Terbaru, di Juni 2024, kondisi petani tanaman pangan, khususnya kelompok padi, mengalami kenaikan signifikan sebesar 2,37 poin. Ini mengacu pada indeks harga yang diterima petani kelompok padi yang berada di 130,74 dibandingkan bulan sebelumnya di 127,71.
Arief mengatakan bahwa pemerintah melalui Bapanas pada awal Juni resmi menetapkan pemberlakuan harga pembelian pemerintah (HPP) gabah dan beras melalui Peraturan Badan Pangan Nasional (Perbadan) Nomor 4 Tahun 2024 tentang Perubahan Atas Perbadan 6 Tahun 2023 tentang Harga Pembelian Pemerintah dan Rafaksi Harga Gabah dan Beras.
Dengan HPP tersebut, harga di petani dapat terjaga dan BPS mencatat di Juni 2024, rata-rata harga Gabah Kering Panen (GKP) kadar air 19,68 persen di tingkat petani berada di harga Rp6.171 per kilogram (kg).
“Sedulur peternak unggas pun tak lepas kita fasilitasi. Tatkala jagung pakan di tahun lalu mengalami fluktuasi karena produksi yang terbatas, program SPHP jagung pakan bersama Perum Bulog kita gelontorkan untuk menunjang keberlangsungan peternak unggas," terang Arief.
Menurutnya, hal itu penting karena selain jagung pakan sangat penting bagi mereka, juga demi menjaga kestabilan komoditas telur dan daging ayam yang bisa terdampak, apabila peternakan unggas bergejolak.
Selain itu, realisasi penyaluran program Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP) jagung pakan sampai April 2024 telah mencapai 303 ribu ton. Daerah peternak unggas yang menerima manfaat program ini tersebar di 18 provinsi.
Bapanas pun turut mendukung mobilisasi jagung dari petani asal Nusa Tenggara Barat kepada peternak unggas yang dilakukan secara Business to Business (B2B).
Skema B2B ini dilaksanakan bersama Bulog berkolaborasi dengan kelompok peternak unggas di Blitar, Jawa Timur. Dari Mei sampai Juni, realisasi telah 1.898 ton dengan rincian jagung dari Bima 1.505,2 ton dan Dompu 392,7 ton.
Dengan berbagai dukungan tersebut, lanjut Arief, indeks NTPT terus terjaga di atas 100 poin sejak Maret 2023. Indeks tertinggi ada di Juni 2024 yang berada di 104,81. Adapun NTPT ini berasal dari kelompok peternak yang terdiri dari unggas, ternak besar, ternak kecil, dan hasil ternak.
Khusus indeks peternak unggas, dilihat dari indeks harga yang diterima, masih berada di level yang cukup baik. Pada Juni 2024, seperti dilaporkan BPS, indeks berada di 122,61. Angka ini lebih tinggi dibandingkan awal 2024 yang berada di 115,68.
"Sementara puncak indeks harga yang diterima peternak unggas tercatat pada April 2024 di 124,88 poin. Capaian ini merupakan yang tertinggi dalam 18 bulan terakhir," kata Arief.
Baca juga: Bapanas intervensi pengendalian kerawanan pangan ke pelosok negeri
Baca juga: Bapanas dorong pengembangan UMKM lokal demi diversifikasi pangan
“Presiden Joko Widodo telah mengarahkan kami agar harga pangan pokok itu dapat dikondisikan supaya selalu baik dan wajar, mulai dari petani dan peternak hingga sampai di masyarakat. Ini yang terus Badan Pangan Nasional kerjakan, termasuk kesejahteraan petani dan peternak,” kata Arief di Jakarta, Selasa.
Arief menyampaikan bahwa dalam menjalankan fungsi sebagai stabilisator pangan, Bapanas secara konsisten menaruh atensi besar pada keberimbangan dari sektor hulu sampai hilir.
Ia menjelaskan, dari sisi hulu, kepentingan produsen seperti petani dan peternak terkait harga acuan dan keberlangsungan kegiatan produksi merupakan aspek fundamental yang terus disokong. Namun, di sektor hilir yaitu harga yang baik dan wajar bagi konsumen juga harus dapat diciptakan.
Menurutnya, jika petani dan peternak semakin sejahtera, maka semangat berproduksi pangan akan meningkat. Ketahanan pangan nasional yang ditopang dari produksi dalam negeri pun dapat terwujud.
"Ini karena kita ingin pangan Indonesia bisa terus mengutamakan hasil dari jerih payah sendiri, sehingga kepentingan sedulur petani dan peternak senantiasa jadi perhatian Badan Pangan Nasional,” terang Arief.
Dia menuturkan, salah satu indikator kesejahteraan petani dan peternak dapat dilihat dari indeks nilai tukar petani (NTP), terutama subsektor tanaman pangan atau nilai tukar petani tanaman pangan (NTPP) dan subsektor peternakan atau nilai tukar petani peternakan (NTPT).
Menurut Badan Pusat Statistik (BPS), NTPP tertinggi dalam 18 bulan terakhir tercatat di Februari 2024 yang berada di 120,30 poin.
Terbaru, di Juni 2024, kondisi petani tanaman pangan, khususnya kelompok padi, mengalami kenaikan signifikan sebesar 2,37 poin. Ini mengacu pada indeks harga yang diterima petani kelompok padi yang berada di 130,74 dibandingkan bulan sebelumnya di 127,71.
Arief mengatakan bahwa pemerintah melalui Bapanas pada awal Juni resmi menetapkan pemberlakuan harga pembelian pemerintah (HPP) gabah dan beras melalui Peraturan Badan Pangan Nasional (Perbadan) Nomor 4 Tahun 2024 tentang Perubahan Atas Perbadan 6 Tahun 2023 tentang Harga Pembelian Pemerintah dan Rafaksi Harga Gabah dan Beras.
Dengan HPP tersebut, harga di petani dapat terjaga dan BPS mencatat di Juni 2024, rata-rata harga Gabah Kering Panen (GKP) kadar air 19,68 persen di tingkat petani berada di harga Rp6.171 per kilogram (kg).
“Sedulur peternak unggas pun tak lepas kita fasilitasi. Tatkala jagung pakan di tahun lalu mengalami fluktuasi karena produksi yang terbatas, program SPHP jagung pakan bersama Perum Bulog kita gelontorkan untuk menunjang keberlangsungan peternak unggas," terang Arief.
Menurutnya, hal itu penting karena selain jagung pakan sangat penting bagi mereka, juga demi menjaga kestabilan komoditas telur dan daging ayam yang bisa terdampak, apabila peternakan unggas bergejolak.
Selain itu, realisasi penyaluran program Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP) jagung pakan sampai April 2024 telah mencapai 303 ribu ton. Daerah peternak unggas yang menerima manfaat program ini tersebar di 18 provinsi.
Bapanas pun turut mendukung mobilisasi jagung dari petani asal Nusa Tenggara Barat kepada peternak unggas yang dilakukan secara Business to Business (B2B).
Skema B2B ini dilaksanakan bersama Bulog berkolaborasi dengan kelompok peternak unggas di Blitar, Jawa Timur. Dari Mei sampai Juni, realisasi telah 1.898 ton dengan rincian jagung dari Bima 1.505,2 ton dan Dompu 392,7 ton.
Dengan berbagai dukungan tersebut, lanjut Arief, indeks NTPT terus terjaga di atas 100 poin sejak Maret 2023. Indeks tertinggi ada di Juni 2024 yang berada di 104,81. Adapun NTPT ini berasal dari kelompok peternak yang terdiri dari unggas, ternak besar, ternak kecil, dan hasil ternak.
Khusus indeks peternak unggas, dilihat dari indeks harga yang diterima, masih berada di level yang cukup baik. Pada Juni 2024, seperti dilaporkan BPS, indeks berada di 122,61. Angka ini lebih tinggi dibandingkan awal 2024 yang berada di 115,68.
"Sementara puncak indeks harga yang diterima peternak unggas tercatat pada April 2024 di 124,88 poin. Capaian ini merupakan yang tertinggi dalam 18 bulan terakhir," kata Arief.
Baca juga: Bapanas intervensi pengendalian kerawanan pangan ke pelosok negeri
Baca juga: Bapanas dorong pengembangan UMKM lokal demi diversifikasi pangan
Pewarta: Muhammad Harianto
Editor: Ahmad Wijaya
Copyright © ANTARA 2024
Tags: