Jakarta (ANTARA) - Ketika charge (mengisi) daya baterai ponsel, sering kali terdengar saran tidak boleh mengisi sampai 100 persen.

Lantas, apakah benar?

Baterai lithium merupakan jenis baterai yang banyak digunakan pada ponsel saat ini. Sebaiknya charge baterai jenis tersebut memang tidak sampai kapasitas penuh 100 persen demi menjaga kesehatan baterai.

Sebab, ketika baterai berada pada angka 100 persen dan berhenti mengisi daya, sebenarnya baterai ponsel tidak benar-benar terisi penuh hingga 100 persen.

Ponsel masa kini dilengkapi dengan sistem pintar untuk manajemen daya, biasanya berupa perangkat keras khusus untuk mengatur daya yang masuk dan keluar sehingga baterai terisi secara efisien dan aman.

Meskipun dilengkapi sistem pintar, tidak berarti adalah bijak charge baterai ponsel hingga 100 persen atau bahkan membiarkan ponsel dicolokkan ke listrik hingga semalaman.

Charge baterai dengan cara seperti itu disebut overcharging, yang bisa menyebabkan overheating atau peningkatan suhu berlebih yang bisa mengurangi daya tahan baterai.

Overheating bahkan juga dapat merusak struktur internal sel baterai dan menyebabkan baterai berisiko meledak. Selain itu, mengisi daya hingga berlebih juga dapat mempersingkat usia pemakaian ponsel secara signifikan karena baterai mengalami tekanan yang berlebihan.

Mengisi daya ponsel disarankan pada persentase di bawah 100 persen, sekitar 80-90 persen. Saat ini banyak ponsel yang sudah dilengkapi dengan fitur membatasi pengisian daya maksimal sampai sekitar 85 persen.

Selain charge baterai sampai 100 persen, hindari juga menunggu ponsel hingga mati atau baterai 0 persen untuk diisi daya