BUMN harap Kimia Farma pilih solusi terbaik untuk kelanjutan bisnis
15 Juli 2024 20:43 WIB
Staf Khusus III Menteri BUMN Arya Sinulingga usai peluncuran vending machine di Kantor Perhutani, Jakarta, Senin (15/7/2024). (ANTARA/Maria Cicilia Galuh)
Jakarta (ANTARA) - Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) berharap PT Kimia Farma Tbk memilih solusi terbaik terkait dengan rencana menutup lima pabrik obatnya dalam beberapa tahun ke depan.
Staf Khusus III Menteri BUMN Arya Sinulingga menyebut, penutupan pabrik ini terpaksa dilakukan oleh perusahaan pelat merah tersebut.
"Arahan kita kalaupun dilakukan seperti itu, harus win-win solution, baik bagi Kimia Farma dan karyawan," ujar Arya di Jakarta, Senin.
Arya mengatakan, penutupan pabrik harus dilakukan lantaran kapasitas produksi yang rendah. Menurutnya, hal ini sangat tidak efektif untuk terus melanjutkan operasional.
"Alasannya yang sangat mendasar memang kapasitasnya, under capacity. Misalnya, kamu punya rentalan mobil ada 10, yang laku cuma lima, dibiarin aja atau dijual? Kalau tetap jalan kan operasionalnya juga tetap jalan, padahal enggak disewakan, sesederhana itu," katanya.
Lebih lanjut, Kementerian BUMN disebut membuka opsi untuk menutup pabrik atau menjualnya pada pihak lain. Namun demikian, Arya mengatakan, hal tersebut belum diputuskan.
Sebelumnya, PT Kimia Farma Tbk (KAEF) dalam Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) menyatakan komitmen untuk melakukan pembenahan terhadap operasional dalam rangka menuju profitabilitas dan pertumbuhan berkelanjutan.
Direktur Keuangan dan Manajemen Risiko KAEF Lina Sari di Jakarta, Rabu (26/6), menyampaikan terdapat empat isu utama yang masih menjadi tantangan, yaitu pertama, belum optimalnya komersialisasi dan kedua, rasionalisasi pabrik.
Kemudian, ketiga yaitu portofolio produk yang belum optimal, dan keempat, dugaan pelanggaran integritas penyediaan data keuangan di anak usaha yaitu Kimia Farma Apotek (KFA).
Baca juga: Kimia Farma komitmen benahi operasional agar tumbuh berkelanjutan
"Kami telah berhasil mengidentifikasi faktor-faktor tersebut, kemudian kami mengambil langkah-langkah strategis untuk membenahinya. Harapannya, perseroan dapat membukukan kinerja yang lebih baik pada tahun 2024 dan ke depan," ujar Lina.
Lina menjelaskan rencana transformasi perseroan untuk memperkuat operasional dan peningkatan profitabilitas yang dilakukan bersama-sama dengan Project Management Office (PMO) Restrukturisasi Keuangan dan Reorientasi Bisnis yang dibentuk Kementerian BUMN (KBUMN).
Adapun, penguatan tersebut nantinya menjadi landasan strategi portofolio bisnis di berbagai segmen, di antaranya, pertama, pada segmen manufaktur, rasionalisasi fasilitas produksi untuk peningkatan utilitas pabrik dan efisiensi, maka akan dilakukan penataan fasilitas produksi KAEF Group dari 10 menjadi 5 pabrik, penataan portfolio produk dan penguatan marketing & sales.
Baca juga: Stafsus Menteri BUMN sebut anak usaha Kimia Farma rekayasa keuangan
Staf Khusus III Menteri BUMN Arya Sinulingga menyebut, penutupan pabrik ini terpaksa dilakukan oleh perusahaan pelat merah tersebut.
"Arahan kita kalaupun dilakukan seperti itu, harus win-win solution, baik bagi Kimia Farma dan karyawan," ujar Arya di Jakarta, Senin.
Arya mengatakan, penutupan pabrik harus dilakukan lantaran kapasitas produksi yang rendah. Menurutnya, hal ini sangat tidak efektif untuk terus melanjutkan operasional.
"Alasannya yang sangat mendasar memang kapasitasnya, under capacity. Misalnya, kamu punya rentalan mobil ada 10, yang laku cuma lima, dibiarin aja atau dijual? Kalau tetap jalan kan operasionalnya juga tetap jalan, padahal enggak disewakan, sesederhana itu," katanya.
Lebih lanjut, Kementerian BUMN disebut membuka opsi untuk menutup pabrik atau menjualnya pada pihak lain. Namun demikian, Arya mengatakan, hal tersebut belum diputuskan.
Sebelumnya, PT Kimia Farma Tbk (KAEF) dalam Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) menyatakan komitmen untuk melakukan pembenahan terhadap operasional dalam rangka menuju profitabilitas dan pertumbuhan berkelanjutan.
Direktur Keuangan dan Manajemen Risiko KAEF Lina Sari di Jakarta, Rabu (26/6), menyampaikan terdapat empat isu utama yang masih menjadi tantangan, yaitu pertama, belum optimalnya komersialisasi dan kedua, rasionalisasi pabrik.
Kemudian, ketiga yaitu portofolio produk yang belum optimal, dan keempat, dugaan pelanggaran integritas penyediaan data keuangan di anak usaha yaitu Kimia Farma Apotek (KFA).
Baca juga: Kimia Farma komitmen benahi operasional agar tumbuh berkelanjutan
"Kami telah berhasil mengidentifikasi faktor-faktor tersebut, kemudian kami mengambil langkah-langkah strategis untuk membenahinya. Harapannya, perseroan dapat membukukan kinerja yang lebih baik pada tahun 2024 dan ke depan," ujar Lina.
Lina menjelaskan rencana transformasi perseroan untuk memperkuat operasional dan peningkatan profitabilitas yang dilakukan bersama-sama dengan Project Management Office (PMO) Restrukturisasi Keuangan dan Reorientasi Bisnis yang dibentuk Kementerian BUMN (KBUMN).
Adapun, penguatan tersebut nantinya menjadi landasan strategi portofolio bisnis di berbagai segmen, di antaranya, pertama, pada segmen manufaktur, rasionalisasi fasilitas produksi untuk peningkatan utilitas pabrik dan efisiensi, maka akan dilakukan penataan fasilitas produksi KAEF Group dari 10 menjadi 5 pabrik, penataan portfolio produk dan penguatan marketing & sales.
Baca juga: Stafsus Menteri BUMN sebut anak usaha Kimia Farma rekayasa keuangan
Pewarta: Maria Cicilia Galuh Prayudhia
Editor: Evi Ratnawati
Copyright © ANTARA 2024
Tags: