Laporan dari Jepang
Guitar Quartet 4.13 harumkan nama bangsa di negeri Sakura
15 Juli 2024 09:05 WIB
4.13 Guitar Quartet yang beranggotakan Ricky Oktariza Hermansyah, Ryan Gredy Aprianno, Jefri CD Simangunsong dan Fajar Apriadi menyabet dua penghargaan bergengsi di Tokyo, Jepang. ANTARA/4.13 Guitar Quartet.
Tokyo (ANTARA) - Kuartet grup asal Jakarta, 4.13 Guitar Quartet, mengharumkan nama Indonesia di Negeri Sakura dengan menyabet dua penghargaan, yakni Prize Winner dan Harumi Award dalam The 36th Japan International Gutar Ensemble Festival di Tokyo.
Grup yang beranggotakan Ricky Oktariza Hermansyah, Ryan Gredy Aprianno, Jefri CD Simangunsong dan Fajar Apriadi itu berhasil memikat hati juri dengan membawakan lagu daerah Bali “Janger” dan “A Furiosa” karya Paulo Bellinati.
Kepada Antara saat dihubungi di Tokyo, Senin, Ricky mengatakan penghargaan tersebut merupakan apresiasi tak ternilai terhadap karya mereka.
“Ketika karya kami sendiri dihargai, kebetulan ini di luar negeri di Jepang, ternyata mereka lebih menghargai musisi terutama yang mengangkat kearifan lokal,” katanya.
Grup jebolan Universitas Negeri Jakarta itu unggul dibandingkan lima peserta lain dari Jepang yang awalnya dianggap lebih mumpuni ketimbang musisi dari Indonesia, baik secara teknik maupun dari kultur gitar klasik.
Namun, dengan persiapan maksimal yang singkat selama dua hingga tiga bulan, 4.13 mampu menampilkan karya yang segar di urutan pamungkas kompetisi tersebut.
Menurut penilaian juri, kedua repertoar itu menyajikan paket lengkap antara musikalitas dan budaya lokal.
“Teknik ada, musikalitas ada, balancing kalau kita bicara grup tidak bisa bisa individu tapi keseluruhan itu juga oke, dinamika, tune production, mereka sangat salut dengan performa kami,” ujar Ricky.
Ricky mengatakan pemilihan lagu “Janger” dengan aransemennya sendiri bukan tanpa alasan. Selain karena waktu persiapan terbatas, juga energi yang muncul dari tiap petikan gitar lagu tersebut berbeda dibandingkan dengan lagu daerah lainnya di Indonesia.
Dia bercerita aransemen yang dibuat sejak 2018 itu telah mengalami perkembangan hingga saat ini.
Guna membawa suasana Pulau Dewata yang kental, grup tersebut juga menghadirkan instrumen tradisional Bali, yakni ceng-ceng yang berpadu pada senar gitar pertama dan ketiga.
“Saya terapkan timbre atau warna suara itu ke gitar dan gimana caranya biar mendekati idiom gamelan secara instrumentasi,” ujar Ricky.
Keempatnya juga mengenakan kain Bali lengkap dengan udeng, ikat kepala khas Bali.
“Tidak ada satu pun dari kami orang Bali, yang bisa kita maksimalkan adalah sering mendengarkan gamelan Bali dan karya ini diperdengarkan ke seniman Bali. Kami perlu eksplorasi untuk mendekati musik gamelan Bali dari secara idiom tangga nada, energinya, semangatnya,” katanya.
Karya itu pula yang membawa grup tersebut meraih juara pertama di Malaysia dan Vietnam pada 2023 hingga mengantarkan 4.13 bertemu pemain mandolin Jepang Mai Hayashi dan berkompetisi di ajang serupa di Tokyo.
“Kami tahu acara ini karena dihubungi Mai Hayashi, pemain mandolin dari Jepang yang tahun kemarin menjadi juri di Saigon Guitar Festival di Ho Chi Minh City Conservatory Music 2023. Beliau menginformasikan awal tahun sekitar Januari,” katanya.
Dalam kurun waktu lima bulan itu, Ricky mengatakan telah mengajukan sejumlah proposal untuk mendapatkan dukungan dari berbagai instansi pemerintah, tetapi tidak ada satu pun yang merespons. Namun, grup tersebut tetap melangkah menuju kompetisi dengan biaya pribadi.
Di masa depan, 4.13 Guitar Quartet ingin menapaki kancah internasional dengan mengikuti kompetisi-kompetisi di Eropa dan Amerika, seperti kompetisi gitar klasik Guitar Foundation of Amerika (GFA).
Namun, Ricky menuturkan yang tak kalah penting adalah lebih dikenal di negeri sendiri karena penikmat musik klasik masih tersegmentasi dengan membuat album yang dapat diwariskan ke generasi-generasi selanjutnya.
“Tentu kami perlu dukungan dalam artian secara moral dan material. Mudah-mudahan ke depannya lebih dihargai di negeri sendiri,” katanya.
Baca juga: Penonton tumpah ruah nikmati musik dalam Festival Indonesia-Jepang
Baca juga: Evelin ajak DJ asal Jepang kenalkan bahasa Indonesia lewat musik
Baca juga: Indonesia-Jepang adakan konser musik di Osaka
Grup yang beranggotakan Ricky Oktariza Hermansyah, Ryan Gredy Aprianno, Jefri CD Simangunsong dan Fajar Apriadi itu berhasil memikat hati juri dengan membawakan lagu daerah Bali “Janger” dan “A Furiosa” karya Paulo Bellinati.
Kepada Antara saat dihubungi di Tokyo, Senin, Ricky mengatakan penghargaan tersebut merupakan apresiasi tak ternilai terhadap karya mereka.
“Ketika karya kami sendiri dihargai, kebetulan ini di luar negeri di Jepang, ternyata mereka lebih menghargai musisi terutama yang mengangkat kearifan lokal,” katanya.
Grup jebolan Universitas Negeri Jakarta itu unggul dibandingkan lima peserta lain dari Jepang yang awalnya dianggap lebih mumpuni ketimbang musisi dari Indonesia, baik secara teknik maupun dari kultur gitar klasik.
Namun, dengan persiapan maksimal yang singkat selama dua hingga tiga bulan, 4.13 mampu menampilkan karya yang segar di urutan pamungkas kompetisi tersebut.
Menurut penilaian juri, kedua repertoar itu menyajikan paket lengkap antara musikalitas dan budaya lokal.
“Teknik ada, musikalitas ada, balancing kalau kita bicara grup tidak bisa bisa individu tapi keseluruhan itu juga oke, dinamika, tune production, mereka sangat salut dengan performa kami,” ujar Ricky.
Ricky mengatakan pemilihan lagu “Janger” dengan aransemennya sendiri bukan tanpa alasan. Selain karena waktu persiapan terbatas, juga energi yang muncul dari tiap petikan gitar lagu tersebut berbeda dibandingkan dengan lagu daerah lainnya di Indonesia.
Dia bercerita aransemen yang dibuat sejak 2018 itu telah mengalami perkembangan hingga saat ini.
Guna membawa suasana Pulau Dewata yang kental, grup tersebut juga menghadirkan instrumen tradisional Bali, yakni ceng-ceng yang berpadu pada senar gitar pertama dan ketiga.
“Saya terapkan timbre atau warna suara itu ke gitar dan gimana caranya biar mendekati idiom gamelan secara instrumentasi,” ujar Ricky.
Keempatnya juga mengenakan kain Bali lengkap dengan udeng, ikat kepala khas Bali.
“Tidak ada satu pun dari kami orang Bali, yang bisa kita maksimalkan adalah sering mendengarkan gamelan Bali dan karya ini diperdengarkan ke seniman Bali. Kami perlu eksplorasi untuk mendekati musik gamelan Bali dari secara idiom tangga nada, energinya, semangatnya,” katanya.
Karya itu pula yang membawa grup tersebut meraih juara pertama di Malaysia dan Vietnam pada 2023 hingga mengantarkan 4.13 bertemu pemain mandolin Jepang Mai Hayashi dan berkompetisi di ajang serupa di Tokyo.
“Kami tahu acara ini karena dihubungi Mai Hayashi, pemain mandolin dari Jepang yang tahun kemarin menjadi juri di Saigon Guitar Festival di Ho Chi Minh City Conservatory Music 2023. Beliau menginformasikan awal tahun sekitar Januari,” katanya.
Dalam kurun waktu lima bulan itu, Ricky mengatakan telah mengajukan sejumlah proposal untuk mendapatkan dukungan dari berbagai instansi pemerintah, tetapi tidak ada satu pun yang merespons. Namun, grup tersebut tetap melangkah menuju kompetisi dengan biaya pribadi.
Di masa depan, 4.13 Guitar Quartet ingin menapaki kancah internasional dengan mengikuti kompetisi-kompetisi di Eropa dan Amerika, seperti kompetisi gitar klasik Guitar Foundation of Amerika (GFA).
Namun, Ricky menuturkan yang tak kalah penting adalah lebih dikenal di negeri sendiri karena penikmat musik klasik masih tersegmentasi dengan membuat album yang dapat diwariskan ke generasi-generasi selanjutnya.
“Tentu kami perlu dukungan dalam artian secara moral dan material. Mudah-mudahan ke depannya lebih dihargai di negeri sendiri,” katanya.
Baca juga: Penonton tumpah ruah nikmati musik dalam Festival Indonesia-Jepang
Baca juga: Evelin ajak DJ asal Jepang kenalkan bahasa Indonesia lewat musik
Baca juga: Indonesia-Jepang adakan konser musik di Osaka
Pewarta: Juwita Trisna Rahayu
Editor: Atman Ahdiat
Copyright © ANTARA 2024
Tags: