Jakarta (ANTARA News) - Pemindahan Tol Porong (Porong - Gempol) yang masih terancam lumpur dari PT Lapindo Brantas masih menunggu keputusan Menteri Pekerjaan Umum (PU), sementara kondisi semburan lumpur tidak ada tanda-tanda berhenti. "Kita sudah mengusulkan kepada Menteri PU agar jalan tol sepanjang lima kilometer itu dipindahkan berdasarkan pertimbangan bahwa para ahli belum ada yang bisa memprediksikan kapan lumpur akan berhenti," kata Direktur PTB Jasa Marga, Frans S. Sunito, di Jakarta, Senin. Berdasarkan perhitungan untuk memindahkan Tol Porong menghindari lumpur membutuhkan biaya paling sedikit Rp250 miliar, karena harus juga dimasukkan biaya pembebasan lahan-lahan milik masyarakat. Sebelumnya Menteri PU, Djoko Kirmanto terkait dengan rencana relokasi itu mengatakan sementara ini dilakukan upaya peninggian jalan 2,5 meter, namun seandainya opsi ke-3 untuk menghentikan lumpur gagal maka tol akan dipindahkan. Namun dalam perkembangannya upaya terakhir ini juga sulit untuk dilaksanakan, sementara kondisi Tol Porong yang merupakan penghubung strategis dengan kawasan industri Sidoarjo sudah mulai terendam, sehingga harus ada kebijakan secepatnya sebelum jalur tersebut putus sama sekali. Usulan jalan ini nantinya akan memutar dari jalan yang ada saat ini berupa lima alternatif trase baru yang ditawarkan kepada Menteri PU untuk nantinya diputuskan mengingat kondisi Tol Porong saat ini yang sudah tidak layak. Sementara soal usulan sejumlah ahli untuk membangun jalan layang untuk menghindari lumpur, Frans mengatakan, tidak dapat direkomendasikan karena tidak dapat diketahui lumpur akan berhenti. "Mungkin 3 tahun tapi juga bisa 30 tahun," ucapnya. Menurut Frans, untuk membangun jembatan tentunya berdasarkan perkiraan dan asumsi misalnya ketinggian minimum dan maksimum muka air sementara dalam kasus lumpur berapa ketinggian maksimum tidak ada yang dapat menghitung. Pertimbangan kedua dalam areal seluas radius dua kilometer dari pusat semburan tersebut mengalami penurunan. "Dengan demikian kalau bikin jembatan sangat spekulatif dan sulit diprediksikan, sehingga cenderung jalan tersebut direlokasi," ucapnya. Menurut Frans, Departemen PU sendiri secara teknis sudah berpikir kesana namun sampai saat ini masih mempertimbangkan soal pengadaan lahan dan pengaturan tata ruangnya. Padahal, kata Frans, apabila pembebasan berjalan lancar maka trase baru tol Porong tersebut akan dapat diselesaikan dalam waktu 6 bulan saja untuk jalan sepanjang kira-kira 6 - 7 kilometer maksimal. Sementara kerugian akibat lumpur panas sampai Juni 2006 diperkirakan mencapai Rp18 miliar, akibat kehilangan pendapatan sejak tarif tol dibebaskan serta prasarana yang rusak. "Per harinya kita rugi sebesar Rp60 juta serta berlangsung terus sampai kini," ucapnya. Kerugian ini sudah disampaikan kepada PTB Lapindo Brantas sejak satu bulan lalu untuk dimintakan penggantiannya serta saat ini menurut mereka sedang dalam proses, katanya. (*)