Info Haji 2024
Pengamat nilai layanan penerbangan haji Garuda sudah baik
14 Juli 2024 18:10 WIB
Ilustrasi - Sejumlah calon haji Kloter 18 Embarkasi Solo memasuki pesawat Garuda Indonesia di Bandara Adi Soemarmo Solo, Jawa Tengah, Kamis (16/5/2024). ANTARA/Harianto
Jakarta (ANTARA) - Pengamat penerbangan Gerry Soejatman menilai layanan angkutan haji tahun 2024 oleh maskapai penerbangan Garuda Indonesia sudah baik, hanya saja menurun akibat bertepatan dengan musim "European High Season" atau musim puncak kunjungan wisatawan di Eropa.
"Kita harus pahami menurunnya (layanan angkutan haji) kenapa? Di sini kan kita bisa lihat, karena 'apes' masalah timing musim haji bentrok dengan European High Season," kata Gerry dihubungi ANTARA di Jakarta, Minggu.
Menurut Gerry, musim penerbangan haji yang bersamaan dengan European High Season terjadi sejak tahun 2020. Hanya saja akibat adanya pandemi COVID-19 maka masalah itu tidak berefek.
Dia mengungkapkan pada tahun 2021 dan 2022 volume haji kecil sehingga masih bisa di-cover oleh armada Garuda Indonesia sendiri. Lalu, pada tahun 2023 summer season demand untuk pesawat wide body (pesawat berbadan lebar) Garuda masih belum tinggi sehingga masih bisa di-cover pula oleh armada sendiri.
"Tahun 2024 ini, demand untuk pesawat wide body Garuda meningkat, dan saat bersamaan demand European High Season tahun ini juga meningkat," tutur Gerry.
Dia menyebutkan pada akhir 1980-an dan awal 1990-an, dimana Idul Adha berada di musim liburan Eropa. Garuda pun waktu itu terpaksa mengambil pesawat dari maskapai yang kurang mumpuni.
Baca juga: Garuda siapkan pesawat pengganti GA-6239 untuk pemulangan jamaah haji
Baca juga: Garuda minta maaf kepada jamaah haji ada penyesuaian jadwal pemulangan
Namun saat itu, kata Gerry, agar penerbangan haji tidak terdampak risiko maka Garuda menerbangkan penerbangan haji menggunakan pesawat sendiri, sementara penerbangan reguler memakai pesawat sewa.
"Hasilnya, penerbangan hajinya beres, tapi penerbangan regulernya berantakan, dan itu sangat merugikan Garuda karena merusak reputasinya," katanya.
Menurut Gerry, saat ini hingga beberapa tahun ke depan, penerbangan haji akan sulit bagi Garuda untuk mendapatkan vendor pesawat sewa yang berkualitas.
Hal itu akibat musim penerbangan haji yang bersentuhan dengan European High Season, dan ini akan terjadi hingga beberapa tahun ke depan.
European High Season periode waktu kunjungan wisatawan mencapai puncaknya ketika cuaca hangat dan cerah membuat destinasi wisata di Eropa sangat populer. Selama periode ini, pesanan pesawat juga cenderung lebih tinggi.
Menurutnya, high season di Eropa berpengaruh terhadap penerbangan haji karena maskapai penyedia pesawat sewa yang bagus dan biasa digunakan oleh Garuda, semua untuk high season dan tidak ada spare capacity yang biasa disewakan.
"Akibatnya risiko gangguan terhadap penerbangan haji tahun ini cukup tinggi," jelasnya.
Gerry mencatat jumlah kasus yang terjadi, yakni pertama pesawat Boeng 747 Terra Avia (Moldavia) di Makassar yang terbakar mesinnya karena compressor stall.
Kedua, Eastern Airlines Boeing 777-200ER di Solo, sempat "mogok" beberapa hari; ketiga Airbus A340, dari dua yang datang hanya 1 yang datang di awal fase keberangkatan; dan keempat San Marino Executive A330-300 yang harus kembali mendarat darurat di Solo akibat kerusakan mesin.
"Hal ini berbeda dengan pesawat yang disewa Garuda dari Thai Air Asia yang cenderung trouble free selama musim haji, sama seperti halnya pesawat-pesawat A330 Lion Air yang digunakan oleh FlyNAS ke Afrika selama musim penerbangan haji yang juga relatif trouble free tahun ini," ujar Gerry.
Dia menambahkan pesawat yang disewa itu merupakan ACMI lease atau wet lease, dimana penyedia selain menyediakan pesawat bertanggung jawab menyediakan crew, maintenance pesawat dan asuransi pesawat.
"Jadi kendala-kendala maintenance yang terjadi di pesawat haji yang disewa adalah tanggung jawab penyedia, bukan Garuda Indonesia," kata dia.
Gerry berharap Garuda Indonesia melakukan upaya lobby kepada maskapai penyedia pesawat yang bisa disewa untuk haji agar bisa/mau menyewakan untuk Garuda di musim haji tahun depan yang lebih baik.
"Setelah tahun depan, maskapai-maskapai yang mau menyewakan akan mulai bertambah karena fase pemulangan tidak akan sepenuhnya berada di European High Season," imbuh Gerry.
Sebelumnya, Direktur Utama Garuda Indonesia Irfan Setiaputra menegaskan bahwa pihaknya terus mengintensifkan berbagai langkah mitigasi dalam mengoptimalkan kelancaran penerbangan haji guna memastikan fokus keselamatan penerbangan dapat terus terjaga.
Dia tidak memungkiri terdapat beberapa catatan krusial keterlambatan penerbangan pada keberangkatan sejumlah kloter dari beberapa embarkasi di mana salah satunya karena adanya sejumlah penyesuaian jadwal penerbangan pada kloter keberangkatan.
“Kami pastikan manajemen beserta seluruh tim yang bertugas terus bekerja keras mengerahkan segala upaya untuk memperbaiki hal tersebut, termasuk dengan turut mengoptimalkan kesiapan armada penerbangan haji melalui penggunaan pesawat yang saat ini dioperasikan untuk penerbangan reguler," kata Irfan dalam keterangan di Jakarta, Senin (27/5).
Baca juga: Garuda Indonesia sebut ada penyesuaian jadwal pemulangan jamaah haji
Baca juga: Garuda Indonesia mulai angkut kepulangan jamaah haji Indonesia 2024
"Kita harus pahami menurunnya (layanan angkutan haji) kenapa? Di sini kan kita bisa lihat, karena 'apes' masalah timing musim haji bentrok dengan European High Season," kata Gerry dihubungi ANTARA di Jakarta, Minggu.
Menurut Gerry, musim penerbangan haji yang bersamaan dengan European High Season terjadi sejak tahun 2020. Hanya saja akibat adanya pandemi COVID-19 maka masalah itu tidak berefek.
Dia mengungkapkan pada tahun 2021 dan 2022 volume haji kecil sehingga masih bisa di-cover oleh armada Garuda Indonesia sendiri. Lalu, pada tahun 2023 summer season demand untuk pesawat wide body (pesawat berbadan lebar) Garuda masih belum tinggi sehingga masih bisa di-cover pula oleh armada sendiri.
"Tahun 2024 ini, demand untuk pesawat wide body Garuda meningkat, dan saat bersamaan demand European High Season tahun ini juga meningkat," tutur Gerry.
Dia menyebutkan pada akhir 1980-an dan awal 1990-an, dimana Idul Adha berada di musim liburan Eropa. Garuda pun waktu itu terpaksa mengambil pesawat dari maskapai yang kurang mumpuni.
Baca juga: Garuda siapkan pesawat pengganti GA-6239 untuk pemulangan jamaah haji
Baca juga: Garuda minta maaf kepada jamaah haji ada penyesuaian jadwal pemulangan
Namun saat itu, kata Gerry, agar penerbangan haji tidak terdampak risiko maka Garuda menerbangkan penerbangan haji menggunakan pesawat sendiri, sementara penerbangan reguler memakai pesawat sewa.
"Hasilnya, penerbangan hajinya beres, tapi penerbangan regulernya berantakan, dan itu sangat merugikan Garuda karena merusak reputasinya," katanya.
Menurut Gerry, saat ini hingga beberapa tahun ke depan, penerbangan haji akan sulit bagi Garuda untuk mendapatkan vendor pesawat sewa yang berkualitas.
Hal itu akibat musim penerbangan haji yang bersentuhan dengan European High Season, dan ini akan terjadi hingga beberapa tahun ke depan.
European High Season periode waktu kunjungan wisatawan mencapai puncaknya ketika cuaca hangat dan cerah membuat destinasi wisata di Eropa sangat populer. Selama periode ini, pesanan pesawat juga cenderung lebih tinggi.
Menurutnya, high season di Eropa berpengaruh terhadap penerbangan haji karena maskapai penyedia pesawat sewa yang bagus dan biasa digunakan oleh Garuda, semua untuk high season dan tidak ada spare capacity yang biasa disewakan.
"Akibatnya risiko gangguan terhadap penerbangan haji tahun ini cukup tinggi," jelasnya.
Gerry mencatat jumlah kasus yang terjadi, yakni pertama pesawat Boeng 747 Terra Avia (Moldavia) di Makassar yang terbakar mesinnya karena compressor stall.
Kedua, Eastern Airlines Boeing 777-200ER di Solo, sempat "mogok" beberapa hari; ketiga Airbus A340, dari dua yang datang hanya 1 yang datang di awal fase keberangkatan; dan keempat San Marino Executive A330-300 yang harus kembali mendarat darurat di Solo akibat kerusakan mesin.
"Hal ini berbeda dengan pesawat yang disewa Garuda dari Thai Air Asia yang cenderung trouble free selama musim haji, sama seperti halnya pesawat-pesawat A330 Lion Air yang digunakan oleh FlyNAS ke Afrika selama musim penerbangan haji yang juga relatif trouble free tahun ini," ujar Gerry.
Dia menambahkan pesawat yang disewa itu merupakan ACMI lease atau wet lease, dimana penyedia selain menyediakan pesawat bertanggung jawab menyediakan crew, maintenance pesawat dan asuransi pesawat.
"Jadi kendala-kendala maintenance yang terjadi di pesawat haji yang disewa adalah tanggung jawab penyedia, bukan Garuda Indonesia," kata dia.
Gerry berharap Garuda Indonesia melakukan upaya lobby kepada maskapai penyedia pesawat yang bisa disewa untuk haji agar bisa/mau menyewakan untuk Garuda di musim haji tahun depan yang lebih baik.
"Setelah tahun depan, maskapai-maskapai yang mau menyewakan akan mulai bertambah karena fase pemulangan tidak akan sepenuhnya berada di European High Season," imbuh Gerry.
Sebelumnya, Direktur Utama Garuda Indonesia Irfan Setiaputra menegaskan bahwa pihaknya terus mengintensifkan berbagai langkah mitigasi dalam mengoptimalkan kelancaran penerbangan haji guna memastikan fokus keselamatan penerbangan dapat terus terjaga.
Dia tidak memungkiri terdapat beberapa catatan krusial keterlambatan penerbangan pada keberangkatan sejumlah kloter dari beberapa embarkasi di mana salah satunya karena adanya sejumlah penyesuaian jadwal penerbangan pada kloter keberangkatan.
“Kami pastikan manajemen beserta seluruh tim yang bertugas terus bekerja keras mengerahkan segala upaya untuk memperbaiki hal tersebut, termasuk dengan turut mengoptimalkan kesiapan armada penerbangan haji melalui penggunaan pesawat yang saat ini dioperasikan untuk penerbangan reguler," kata Irfan dalam keterangan di Jakarta, Senin (27/5).
Baca juga: Garuda Indonesia sebut ada penyesuaian jadwal pemulangan jamaah haji
Baca juga: Garuda Indonesia mulai angkut kepulangan jamaah haji Indonesia 2024
Pewarta: Muhammad Harianto
Editor: Agus Salim
Copyright © ANTARA 2024
Tags: