Ali Masykur usung visi Gus Dur
18 Februari 2014 14:33 WIB
Anggota Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) Ali Masykur Musa memberi salam saat mengikuti sesi pra konvensi dengan anggota Komite Konvensi Calon Presiden Partai Demokrat di Wisma Kodel, Jakarta.(ANTARA FOTO/Widodo S. Jusuf)
Denpasar (ANTARA News) - Salah satu peserta Konvensi Calon Presiden RI dari Partai Demokrat Ali Masykur Musa mengusung visi mantan Presiden Abdurrahman Wahid atau Gus Dur pada debat publik yang digelar jajaran pengurus partai itu di Denpasar, Selasa.
"Saya sebagai orang NU kultural dan struktural akan melanjutkan visi besar Gus Dur dalam pembangunan bidang maritim dan perekonomian," kata anggota Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) itu sebelum tampil pada Debat Bernegara Konvensi Partai Demokrat.
Secara objektif, dia melihat pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono dalam 10 tahun terakhir telah mampu memberikan catatan yang positif pada pembangunan bidang ekonomi. "Ekonomi rata-rata tumbuh 5,5 persen per tahun dan penerimaan negara naik empat kali lipat dibandingkan dengan 2004," ujarnya.
Meskipun demikian, dia melihat ada empat kelemahan yang harus dibenahi. Pertama, pertumbuhan ekonomi tidak dibarengi dengan pemerataan karena sistem ekonomi nasional masih bertumpu pada pasar modal.
Kedua, Ali melihat basis penerimaan negara masih bertumpu pada sumber daya alam yang berisiko terjadinya kerusakan lingkungan. Ketiga, minimnya kepemilikan negara pada perusahaan pengelolaan sumber daya alam dan keempat, pertumbuhan ekonomi masih terpusat di kota-kota besar.
"Kalau terpilih jadi Presiden, saya akan melanjutkan pencapaian kinerja Pak SBY dan memperbaiki empat kelemahan utama selama 10 tahun terakhir itu," kata mantan Ketua DPP Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) versi Gus Dur itu.
Ia berjanji akan menurunkan angka kemiskinan hingga pada angka enam persen dari situasi sekarang yang mencapai 16 persen, pertumbuhan ekonomi tetap dipertahankan pada kisaran enam sampai tujuh persen, rasio pajak harus mencapai 16 persen dari PDB untuk bisa menyejahterakan rakyat banyak karena saat ini rasionya hanya 12,6 persen.
"Akses perbankan terhadap sektor UMKM harus ditingkatkan karena sebenarnya 44 persen ekonomi nasional ditunjang oleh sektor informal. Konsep MP3EI (Master Plan Percepatan dan Perluasan Ekonomi Indonesia) harus direalisasikan secara maksimal," kata Ketua Kelompok Kerja Audit Lingkungan Dunia periode 2013-2016 itu.
Sebagai politikus yang dibesarkan di lingkungan NU, Ali juga akan memaksimalkan dukungan dari kalangan nahdliyin, meskipun dia menyadari keikutsertaannya dalam Konvensi Capres Demokrat menimbulkan pro dan kontra di kalangan internal NU.
"Saya punya pendekatan strategis bahwa bangsa ini tidak bisa diselesaikan hanya dari partai politik di lingkungan NU, seperti PKB dan PPP (Partai Persatuan Pembangunan)," ujarnya.
Walau begitu, dia juga mengapresiasi sejumlah kader NU yang mencalonkan diri sebagai Presiden RI pada Pemilu 2014, seperti Mahfud MD, Jusuf Kalla, Muhaimin Iskandar, Suryadharma Ali, dan Rhoma Irama.
"Mereka semua itu masih menunggu hasil pemilu legislatif. Oleh sebab itu, apa salahnya jika saya ikut konvensi karena Demokrat juga butuh. Dan yang lebih penting lagi, peserta konvensi tidak disyaratkan harus bergabung Demokrat. Saya tidak pernah pindah partai. Hanya susunan huruf yang berbeda, dari PKB menjadi BPK," kata Ali menuturkan.
Pada debat publik itu Ali akan tampil pada sesi kedua bersama Kelompok Rajawali yang di dalamnya ada Gita Wirjawan, Hayono Isman, Endriartono Soetarto, Dino Patti Djalal, dan Sino Haris Sarundajang. Debat di Bali mengusung isu tentang sosial, budaya, dan kesejahteraan rakyat.
"Saya sebagai orang NU kultural dan struktural akan melanjutkan visi besar Gus Dur dalam pembangunan bidang maritim dan perekonomian," kata anggota Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) itu sebelum tampil pada Debat Bernegara Konvensi Partai Demokrat.
Secara objektif, dia melihat pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono dalam 10 tahun terakhir telah mampu memberikan catatan yang positif pada pembangunan bidang ekonomi. "Ekonomi rata-rata tumbuh 5,5 persen per tahun dan penerimaan negara naik empat kali lipat dibandingkan dengan 2004," ujarnya.
Meskipun demikian, dia melihat ada empat kelemahan yang harus dibenahi. Pertama, pertumbuhan ekonomi tidak dibarengi dengan pemerataan karena sistem ekonomi nasional masih bertumpu pada pasar modal.
Kedua, Ali melihat basis penerimaan negara masih bertumpu pada sumber daya alam yang berisiko terjadinya kerusakan lingkungan. Ketiga, minimnya kepemilikan negara pada perusahaan pengelolaan sumber daya alam dan keempat, pertumbuhan ekonomi masih terpusat di kota-kota besar.
"Kalau terpilih jadi Presiden, saya akan melanjutkan pencapaian kinerja Pak SBY dan memperbaiki empat kelemahan utama selama 10 tahun terakhir itu," kata mantan Ketua DPP Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) versi Gus Dur itu.
Ia berjanji akan menurunkan angka kemiskinan hingga pada angka enam persen dari situasi sekarang yang mencapai 16 persen, pertumbuhan ekonomi tetap dipertahankan pada kisaran enam sampai tujuh persen, rasio pajak harus mencapai 16 persen dari PDB untuk bisa menyejahterakan rakyat banyak karena saat ini rasionya hanya 12,6 persen.
"Akses perbankan terhadap sektor UMKM harus ditingkatkan karena sebenarnya 44 persen ekonomi nasional ditunjang oleh sektor informal. Konsep MP3EI (Master Plan Percepatan dan Perluasan Ekonomi Indonesia) harus direalisasikan secara maksimal," kata Ketua Kelompok Kerja Audit Lingkungan Dunia periode 2013-2016 itu.
Sebagai politikus yang dibesarkan di lingkungan NU, Ali juga akan memaksimalkan dukungan dari kalangan nahdliyin, meskipun dia menyadari keikutsertaannya dalam Konvensi Capres Demokrat menimbulkan pro dan kontra di kalangan internal NU.
"Saya punya pendekatan strategis bahwa bangsa ini tidak bisa diselesaikan hanya dari partai politik di lingkungan NU, seperti PKB dan PPP (Partai Persatuan Pembangunan)," ujarnya.
Walau begitu, dia juga mengapresiasi sejumlah kader NU yang mencalonkan diri sebagai Presiden RI pada Pemilu 2014, seperti Mahfud MD, Jusuf Kalla, Muhaimin Iskandar, Suryadharma Ali, dan Rhoma Irama.
"Mereka semua itu masih menunggu hasil pemilu legislatif. Oleh sebab itu, apa salahnya jika saya ikut konvensi karena Demokrat juga butuh. Dan yang lebih penting lagi, peserta konvensi tidak disyaratkan harus bergabung Demokrat. Saya tidak pernah pindah partai. Hanya susunan huruf yang berbeda, dari PKB menjadi BPK," kata Ali menuturkan.
Pada debat publik itu Ali akan tampil pada sesi kedua bersama Kelompok Rajawali yang di dalamnya ada Gita Wirjawan, Hayono Isman, Endriartono Soetarto, Dino Patti Djalal, dan Sino Haris Sarundajang. Debat di Bali mengusung isu tentang sosial, budaya, dan kesejahteraan rakyat.
Pewarta: M. Irfan Ilmie
Editor: Fitri Supratiwi
Copyright © ANTARA 2014
Tags: