Staf Khusus Presiden: Puisi bisa ungkit kepedulian lingkungan
13 Juli 2024 18:50 WIB
Staf Khusus Presiden yang juga penikmat puisi Diaz Hendropriyono (kiri) bersama Penyair Frans Ekodhanto Purba (kanan) dalam peluncuran buku puisi berjudul "Monolog Hujan" di Taman Ismail Marzuki, Jakarta, Sabtu (13/7/2024). ANTARA/Lintang Budiyanti Prameswari/am.
Jakarta (ANTARA) - Staf Khusus Presiden yang juga penikmat puisi Diaz Hendropriyono menyebut puisi bisa menjadi medium untuk mengungkit kepedulian masyarakat terhadap lingkungan.
“Melalui puisi, Frans dan seniman-seniman lain dapat menggabungkan semua upaya, dan menggunakan puisi sebagai medium untuk meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap lingkungan,” kata Diaz saat menghadiri peluncuran buku puisi berjudul “Monolog Hujan” karya Penyair Frans Ekodhanto Purba, di Taman Ismail Marzuki, Jakarta, Sabtu.
Ia menjelaskan, beberapa puisi karya Frans dalam “Monolog Hujan” yang menceritakan keresahan-keresahannya terhadap pengerukan alam yang eksploitatif dapat menjadi bahan renungan bagi masyarakat untuk meningkatkan kepedulian terhadap lingkungan.
Baca juga: Muhaimin sumbangkan puisi dalam buku Darah Juang Antologi Puisi
“Beberapa puisi di dalam buku karya Frans sudah memasukkan beberapa unsur terkait alam, yang dapat memotivasi seniman atau sesama penulis puisi untuk meningkatkan kesadaran masyarakat. Masalah ini jangan dianggap sepele,” ujar dia.
Menurut dia, lewat puisi dan sastra, penyair dapat meningkatkan kepekaan masyarakat untuk peduli terhadap lingkungan yang merupakan permasalahan eksistensialisme, dan apabila tidak dibicarakan, akan mengancam masa depan bangsa.
Baca juga: Ilda Karwayu dan buku puisi "Binatang Kesepian Dalam Tubuhmu"
“Itu adalah masalah eksistensialisme, kalau tidak dibicarakan, kita punya mimpi Indonesia Emas 2045 tidak akan tercapai. Kalau masalah sampah tidak diselesaikan, mungkin 10 tahun lagi tidak ada lagi tempat untuk hidup, karena kita tidak peka terhadap masalah ini,” ucapnya.
Frans Ekodhanto Purba meluncurkan “Monolog Hujan” yang diharapkan dapat meningkatkan kesadaran masyarakat urban yang saat ini mulai keliru dalam memahami peradaban, perkembangan zaman, perubahan iklim, dan perkembangan teknologi.
Melalui “Monolog Hujan” pula, ia ingin turut berkontribusi dalam meningkatkan budaya literasi di tengah masyarakat yang belakangan sudah mulai memudar.
Baca juga: Buku puisi "Hujan Bulan Juni" Sapardi Djoko Damono terbit di Rusia
“Harapannya, budaya literasi di negeri ini bisa bergeliat kembali, karena bagi saya, dengan budaya literasi yang kembali menggeliat, mimpi untuk menjadi bangsa yang maju, Indonesia Emas bisa tercapai,” katanya.
“Melalui puisi, Frans dan seniman-seniman lain dapat menggabungkan semua upaya, dan menggunakan puisi sebagai medium untuk meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap lingkungan,” kata Diaz saat menghadiri peluncuran buku puisi berjudul “Monolog Hujan” karya Penyair Frans Ekodhanto Purba, di Taman Ismail Marzuki, Jakarta, Sabtu.
Ia menjelaskan, beberapa puisi karya Frans dalam “Monolog Hujan” yang menceritakan keresahan-keresahannya terhadap pengerukan alam yang eksploitatif dapat menjadi bahan renungan bagi masyarakat untuk meningkatkan kepedulian terhadap lingkungan.
Baca juga: Muhaimin sumbangkan puisi dalam buku Darah Juang Antologi Puisi
“Beberapa puisi di dalam buku karya Frans sudah memasukkan beberapa unsur terkait alam, yang dapat memotivasi seniman atau sesama penulis puisi untuk meningkatkan kesadaran masyarakat. Masalah ini jangan dianggap sepele,” ujar dia.
Menurut dia, lewat puisi dan sastra, penyair dapat meningkatkan kepekaan masyarakat untuk peduli terhadap lingkungan yang merupakan permasalahan eksistensialisme, dan apabila tidak dibicarakan, akan mengancam masa depan bangsa.
Baca juga: Ilda Karwayu dan buku puisi "Binatang Kesepian Dalam Tubuhmu"
“Itu adalah masalah eksistensialisme, kalau tidak dibicarakan, kita punya mimpi Indonesia Emas 2045 tidak akan tercapai. Kalau masalah sampah tidak diselesaikan, mungkin 10 tahun lagi tidak ada lagi tempat untuk hidup, karena kita tidak peka terhadap masalah ini,” ucapnya.
Frans Ekodhanto Purba meluncurkan “Monolog Hujan” yang diharapkan dapat meningkatkan kesadaran masyarakat urban yang saat ini mulai keliru dalam memahami peradaban, perkembangan zaman, perubahan iklim, dan perkembangan teknologi.
Melalui “Monolog Hujan” pula, ia ingin turut berkontribusi dalam meningkatkan budaya literasi di tengah masyarakat yang belakangan sudah mulai memudar.
Baca juga: Buku puisi "Hujan Bulan Juni" Sapardi Djoko Damono terbit di Rusia
“Harapannya, budaya literasi di negeri ini bisa bergeliat kembali, karena bagi saya, dengan budaya literasi yang kembali menggeliat, mimpi untuk menjadi bangsa yang maju, Indonesia Emas bisa tercapai,” katanya.
Pewarta: Lintang Budiyanti Prameswari
Editor: Bambang Sutopo Hadi
Copyright © ANTARA 2024
Tags: