Kuliner khas China barat daya kini banyak masuki pasar Thailand
13 Juli 2024 14:59 WIB
Buah plum madu yang akan diekspor ke Thailand dari Daerah Otonomi Zhenning Bouyei-Miao di Provinsi Guizhou, Tiongkok barat daya, tiba di Bandara Internasional Guiyang Longdongbao di Guiyang, Provinsi Guizhou, 6 Juli 2024. (Xinhua)
Guiyang (ANTARA) - Plum madu, buah khas dari Wilayah Otonom Etnis Bouyei-Miao Zhenning di Provinsi Guizhou, China barat daya, baru-baru ini melakukan perjalanan perdananya via udara ke Thailand.
Dengan menggunakan penerbangan cepat selama dua jam, buah plum yang segar itu tiba di Bangkok. Ekspor plum madu ini, yang beratnya sekitar 150 kg, menandai tonggak sejarah perdagangan internasional bagi Provinsi Guizhou. Semua ini memberikan pengalaman berharga bagi produk pertanian lokal lainnya yang nantinya diharapkan dapat memasuki pasar Thailand, tutur Qi Fei, chairman perusahaan buah Guizhou Huangguoshu yang memelopori ekspor tersebut.
Setibanya di Bangkok, buah plum madu itu dengan cepat memikat masyarakat Thailand. "Saya belum pernah mencicipi plum seenak yang berasal dari Guizhou, China," kata Farina Tenon dari Thailand, yang baru pertama kali menyantap plum madu.
Zhenning, yang memiliki curah hujan rendah, sinar matahari yang berlimpah, dan variasi suhu harian yang signifikan, menyediakan lingkungan yang ideal untuk budi daya buah plum. Plum yang ditanam di wilayah itu mendapat julukan "plum madu" karena rasanya yang sangat enak mengingatkan pada madu.
Area budi daya plum madu di wilayah tersebut kini mencakup lebih dari 220.000 mu (sekitar 14.667 hektare), dengan total nilai produksi tahunan melampaui 3 miliar yuan (1 yuan = Rp2.228) atau sekitar 420 juta dolar AS (1 dolar AS = Rp16.200), menurut otoritas setempat.
Kali ini, baru satu batch kecil plum madu yang tiba di Thailand. Tassika Rabob, seorang warga Thailand, membeli 1 kg buah tersebut.
"Saya pernah melihat plum ini di media sosial, dan saya tidak pernah menyangka bisa mencicipinya di Thailand. Benar-benar buah yang istimewa," seru Rabob. Dengan penuh semangat, Rabob menceritakan kegembiraannya mencicipi buah plum China di akun media sosialnya.
"Meningkatnya kehadiran produk-produk Guizhou di meja Thailand merupakan bukti manfaat yang dihasilkan oleh Inisiatif Sabuk dan Jalur Sutra (Belt and Road Initiative) dan kerja sama antara pemerintah," kata Liu Dan, wakil kepala Kamar Dagang Guizhou di Thailand. Pada pertengahan Mei lalu, Liu diundang untuk berpartisipasi dalam kunjungan delegasi pemerintah Provinsi Guizhou ke Thailand.
"Makanan bercita rasa masam dan pedas, seperti Tom Yum Kung (Tom Yam), sangat populer di Thailand, dan makanan khas Guizhou sangat selaras dengan cita rasa Thailand dan ekspektasi konsumen lokal," papar Liu.
Pada 2023, total volume impor dan ekspor Guizhou dengan negara-negara Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN) mencapai 16,06 miliar yuan, meningkat 4,2 persen secara tahunan (year on year) dan menyumbang 21 persen dari total perdagangan luar negeri provinsi itu selama periode tersebut.
Dengan menggunakan penerbangan cepat selama dua jam, buah plum yang segar itu tiba di Bangkok. Ekspor plum madu ini, yang beratnya sekitar 150 kg, menandai tonggak sejarah perdagangan internasional bagi Provinsi Guizhou. Semua ini memberikan pengalaman berharga bagi produk pertanian lokal lainnya yang nantinya diharapkan dapat memasuki pasar Thailand, tutur Qi Fei, chairman perusahaan buah Guizhou Huangguoshu yang memelopori ekspor tersebut.
Setibanya di Bangkok, buah plum madu itu dengan cepat memikat masyarakat Thailand. "Saya belum pernah mencicipi plum seenak yang berasal dari Guizhou, China," kata Farina Tenon dari Thailand, yang baru pertama kali menyantap plum madu.
Zhenning, yang memiliki curah hujan rendah, sinar matahari yang berlimpah, dan variasi suhu harian yang signifikan, menyediakan lingkungan yang ideal untuk budi daya buah plum. Plum yang ditanam di wilayah itu mendapat julukan "plum madu" karena rasanya yang sangat enak mengingatkan pada madu.
Area budi daya plum madu di wilayah tersebut kini mencakup lebih dari 220.000 mu (sekitar 14.667 hektare), dengan total nilai produksi tahunan melampaui 3 miliar yuan (1 yuan = Rp2.228) atau sekitar 420 juta dolar AS (1 dolar AS = Rp16.200), menurut otoritas setempat.
Kali ini, baru satu batch kecil plum madu yang tiba di Thailand. Tassika Rabob, seorang warga Thailand, membeli 1 kg buah tersebut.
"Saya pernah melihat plum ini di media sosial, dan saya tidak pernah menyangka bisa mencicipinya di Thailand. Benar-benar buah yang istimewa," seru Rabob. Dengan penuh semangat, Rabob menceritakan kegembiraannya mencicipi buah plum China di akun media sosialnya.
"Meningkatnya kehadiran produk-produk Guizhou di meja Thailand merupakan bukti manfaat yang dihasilkan oleh Inisiatif Sabuk dan Jalur Sutra (Belt and Road Initiative) dan kerja sama antara pemerintah," kata Liu Dan, wakil kepala Kamar Dagang Guizhou di Thailand. Pada pertengahan Mei lalu, Liu diundang untuk berpartisipasi dalam kunjungan delegasi pemerintah Provinsi Guizhou ke Thailand.
"Makanan bercita rasa masam dan pedas, seperti Tom Yum Kung (Tom Yam), sangat populer di Thailand, dan makanan khas Guizhou sangat selaras dengan cita rasa Thailand dan ekspektasi konsumen lokal," papar Liu.
Pada 2023, total volume impor dan ekspor Guizhou dengan negara-negara Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN) mencapai 16,06 miliar yuan, meningkat 4,2 persen secara tahunan (year on year) dan menyumbang 21 persen dari total perdagangan luar negeri provinsi itu selama periode tersebut.
Pewarta: Xinhua
Editor: Maria Rosari Dwi Putri
Copyright © ANTARA 2024
Tags: