Kecamatan tersebut menaungi enam desa, yakni Desa Malakoni, Apoho, Meok, Banjar Sari, Kaana, dan Kahyapu. Adapun luasnya sekitar 400 kilometer persegi dengan populasi sekitar 4.000 penduduk. Pulau Enggano terletak di laut lepas yang berhadapan langsun dengan Samudera Hindia. Kecamatan ini menjadi salah satu daerah terluar, terdepan, dan tertinggal (3T).
Dari Kota Bengkulu menuju Enggano harus menggunakan kapal perintis yang memerlukan waktu 12 jam, bahkan bisa lebih lama jika laut tak bersahabat saat berlayar. Itu pun tidak setiap hari. Kapal perintis hanya berlayar dua kali seminggu ketika cuaca bagus.
Soal pendidikan, tentu sangat penting untuk mencetak generasi cerdas di Pulau Enggano. Pendidikan yang layak dan setara penting diwujudkan tanpa harus bersekolah di ibu kota kabupaten maupun provinsi yang jaraknya begitu jauh.
Pada tahun-tahun sebelumnya, Enggano mengalami kekurangan guru. Pada saat sama juga butuh dukungan infrastruktur yang layak agar anak-anak dapat bersekolah dengan nyaman.
Menghadapi masalah tersebut, Pemerintah Pusat dan Provinsi Bengkulu tidak tinggal diam. Pemerintah bertekad bahwa Enggano harus menjadi daerah yang sama dengan daerah maju lainnya, maju dalam berbagai aspek termasuk pendidikan.
Demi merealisasikan pendidikan yang layak, perlu mengakselerasi daerah dari berbagai lini dan aspek. Pemerintah Pusat merevitalisasi dua pelabuhan dan satu bandara perintis di pulau tersebut sehingga Enggano terhubung lebih baik dengan kabupaten dan provinsi.
Jembatan dan jalan-jalan lingkungan juga dibangun agar masyarakat tidak kesulitan lagi mengakses setiap desa, pusat kesehatan, dan tempat pendidikan.
Selain itu, untuk mendukung sektor pendidikan di Enggano, ketersediaan listrik sepanjang waktu merupakan keniscayaan. Keberadaan listrik memberikan dukungan bagi daerah itu, tidak hanya pada sisi perekonomian tetapi juga bagi proses belajar mengajar.
Awalnya, listrik di sana hanya menyala sekitar 14 jam per hari, bahkan pada kondisi-kondisi tertentu, listrik hanya hidup beberapa jam saja.
Oleh karena itu, pada tahun 2023, Pemerintah menugaskan PLN menambah mesin pembangkit listrik dan tanki bahan bakar minyak (BBM) agar pelayanan listrik bisa 24 jam penuh di sana.
Rampung persoalan listrik, Pemerintah menilai perlunya akses internet yang memadai untuk Enggano. Saat ini, kalau masyarakat ingin mengikuti perkembangan zaman, memerlukan koneksi internet stabil dan cepat.
Oleh karena itu, Dinas Komunikasi dan Informatika Kabupaten Bengkulu Utara saat ini melakukan verifikasi dan validasi titik lokasi penerima bantuan Aksi Internet Bhakti 2024 di Kecamatan Enggano.
Langkah tersebut merupakan bagian dari upaya pemerintah daerah dalam memperluas akses internet di daerah-daerah terpencil guna mendukung program Pemerintah Pusat dalam meningkatkan literasi digital dan kesejahteraan masyarakat.
Kecamatan Enggano dipilih sebagai salah satu penerima bantuan Aksi Internet Bhakti karena lokasinya yang merupakan pulau terluar dan masih minim akses internet.
Ketersediaan internet 4G membuat akses informasi semakin cepat didapat masyarakat Enggano. Koneksi ini juga dibutuhkan dunia pendidikan.
Salah satu caranya, Pemerintah Provinsi Bengkulu bekerja sama dengan sejumlah universitas di Indonesia untuk membangun budaya akademis di pulau terluar. Perguruan tinggi tersebut, antara lain, Universitas Bengkulu, Universitas Negeri Padang, Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. Kerja sama tersebut diwujudkan dalam bentuk pengabdian masyarakat dari sivitas akademika universitas.
Pemerintah daerah berharap masuknya kampus dapat membuka wawasan masyarakat Enggano menjadi lebih luas.
Sentuhan ide dan karya dari luar daerah dapat menambah wawasan pengetahuan dan menumbuhkan budaya akademik. Hal itu juga membuka kesadaran tentang pentingnya literasi ilmu pengetahuan di kalangan warga.
"Kalau kita bertemu hanya sama-sama kita, perubahan akan sulit terjadi. Akan tetapi kalau ide itu dari orang luar, itu menambah wawasan pengetahuan," kata Sekretaris Daerah Provinsi Bengkulu Isnan Fajri.
Masyarakat Enggano pun menyambut baik dan mengapresiasi pengabdian kepada masyarakat yang dilakukan sivitas akademika di pulau itu.
"Tidak ada yang perlu ditakuti di Enggano. Saya sudah 33 tahun mengabdi di Pulau Enggano, sejak (alat) transportasi tidak ada, listrik belum ada, juga tak ada sinyal telekomunikasi. Namun, saat ini semuanya sudah lengkap dan nyaman," ujar Camat Enggano Susanto.
Tersedianya sarana dan prasarana tersebut menjadi modal penting bagi ribuan penduduk Pulau Enggano untuk menatap masa depan yang lebih cerah.
Editor: Achmad Zaenal M