Jakarta (ANTARA) - Delegasi Indonesia melalui Kementerian Perhubungan (Kemenhub) menyampaikan pentingnya intervensi keselamatan pelayaran pada sidang Internasional Maritime Organization (IMO) Council 132 yang digelar di London, Inggris.

"Pada hari ke-4 sidang IMO (Internasional Maritime Organization) Council 132 yang digelar di Markas Besar IMO di London, Kamis (11/7), delegasi Indonesia menyampaikan beberapa intervensi terkait keselamatan pelayaran," kata Direktur Perkapalan dan Kepelautan Ditjen Perhubungan Laut Kemenhub Hendri Ginting dalam keterangan di Jakarta, Jumat.

Ginting juga menyampaikan apresiasi kepada Sekretaris Jenderal IMO atas pembaruan terhadap review Global Integrated Shipping Information System (GISIS) dan proyek pengelolaan data.

“Dalam hal ini, Indonesia menekankan bahwa penyelarasan peningkatan GISIS dengan pengembangan Maritime Autonomus Surface Ships (MASS) Code yang sedang berlangsung harus dipertimbangkan,” ungkap Ginting.

Dia menjelaskan, terdapat dua area utama di mana keselarasan dapat dicapai. Pertama, mengenai modul-modul di bawah GISIS.

Indonesia melihat pengembangan MASS Code yang sedang berlangsung sebagai langkah positif untuk pengoperasian kapal otonom.

“Oleh karena itu, kami yakin modul GISIS, khususnya Modul Maritime Casualties and Incident (korban dan insiden maritim), dapat diperkuat dengan menggabungkan data dari kapal MASS, sehingga dapat menghasilkan pemahaman yang lebih baik mengenai insiden yang melibatkan kapal otonom,” ujarnya.

Kedua, penerapan Maritime Single Window (MSW) dan MASS. Ginting menyampaikan, Indonesia percaya bahwa MSW dalam GISIS dapat secara signifikan meningkatkan izin pelabuhan untuk kapal kargo yang menggunakan sistem MASS.

Untuk integrasi yang optimal, mungkin diperlukan penyesuaian terhadap sertifikat dan dokumentasi untuk kapal semacam itu.

“Indonesia percaya bahwa menyelaraskan pengembangan GISIS dengan MASS Code dapat mengembangkan sistem masa depan yang mendukung pengoperasian kapal otonom yang aman dan efisien,” tukas Ginting.

Lebih lanjut, sebagai salah satu co-sponsor Dokumen C132/15 Protection of Vital Shipping Lanes, Development in the Co-operative Mechanism for the Straits of Malacca and Singapore, Indonesia bersama negara-negara pantai lainnya, yakni Singapura dan Malaysia menyampaikan terima kasih kepada seluruh donor dan kontributor yang terus mendukung upaya peningkatan keselamatan navigasi dan perlindungan lingkungan maritim di Selat Malaka dan Selat Singapura.

“Kontribusi memastikan bahwa Selat Malaka tetap terbuka, aman, dan berkelanjutan untuk pelayaran internasional,” ujar Ginting menyampaikan dalam Sidang.

Ginting mewakili pemerintah Indonesia, juga mengundang negara-negara pengguna, donor, dan pemangku kepentingan terkait untuk bergabung dan turut hadir pada pertemuan Cooperation Forum (CF) ke-15 dan Tripartite Technical Experts Group (TTEG) ke-47, yang akan digelar di Bali pada 21-25 Oktober 2024.

“Pertemuan tersebut memberikan kita kesempatan yang sangat baik untuk membahas kemajuan dalam keselamatan navigasi pelayaran dan perlindungan lingkungan maritim di Selat Malaka dan Selat Singapura dalam lingkungan kondusif dan bersahabat,” kata Ginting.

Baca juga: Indonesia dukung reformasi dewan IMO demi lindungi pelaut Tanah Air
Baca juga: Indonesia dan China-UEA bahas kerja sama pelayaran di sela sidang IMO