Rupiah menguat lagi jadi Rp11.684 per dolar
17 Februari 2014 17:37 WIB
Sementara pada kurs tengah Bank Indonesia pada Senin (17/2) tercatat rupiah menguat menjadi Rp11.716 per dolar AS dari posisi sebelumnya (14/2) di posisi Rp11.886 per dolar AS.(ANTARA FOTO/Yudhi Mahatma)
Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar rupiah dalam transaksi antarbank di Jakarta pada Senin sore menguat lagi menjadi Rp11.684 per dolar AS, setelah naik 141 poin menjadi Rp11.715 per dolar AS pada pembukaan perdagangan pagi.
"Rupiah memimpin penguatan di antara mata uang negara berkembang setelah defisit neraca transaksi berjalan Indonesia menyempit," kata Kepala Riset Monex Investindo Futures Ariston Tjendra.
Ia mengatakan, defisit neraca transaksi berjalan Indonesia membaik cukup signifikan sehingga memperbaiki prospek nilai tukar rupiah dan mengembalikan kepercayaan investor terhadap ekonomi Indonesia.
"Pelemahan dolar AS pada awal pekan ini mendorong kenaikan nilai aset yang masuk kategori berisiko seperti mata uang negara-negara berkembang," kata dia.
Saat ini, dia menambahkan, pelaku pasar juga sedang terbebani oleh melemahnya data ekonomi Amerika Serikat dan ekspektasi The Federal Reserve Amerika Serikat akan mempertimbangkan pengurangan stimulus keuangan.
"Ada perasaan di pasar bahwa The Fed mungkin akan memperlambat laju tapering off, atau bahkan dihentikan sementara di tengah memburuknya data ekonomi AS. Pelemahan dolar AS diperkirakan terus berlanjut," kata dia.
Selain itu, Ariston mengatakan, optimisme juga merebak setelah rilis data pinjaman baru China yang mencatatkan rekor angka pinjaman tertinggi dalam empat tahun terakhir pada Januari.
"Rilis itu cukup berhasil meredakan kekhawatiran pasar karena sebelumnya para investor cemas terhadap bank sentral China yang melakukan pengetatan moneter," kata dia.
"Rupiah memimpin penguatan di antara mata uang negara berkembang setelah defisit neraca transaksi berjalan Indonesia menyempit," kata Kepala Riset Monex Investindo Futures Ariston Tjendra.
Ia mengatakan, defisit neraca transaksi berjalan Indonesia membaik cukup signifikan sehingga memperbaiki prospek nilai tukar rupiah dan mengembalikan kepercayaan investor terhadap ekonomi Indonesia.
"Pelemahan dolar AS pada awal pekan ini mendorong kenaikan nilai aset yang masuk kategori berisiko seperti mata uang negara-negara berkembang," kata dia.
Saat ini, dia menambahkan, pelaku pasar juga sedang terbebani oleh melemahnya data ekonomi Amerika Serikat dan ekspektasi The Federal Reserve Amerika Serikat akan mempertimbangkan pengurangan stimulus keuangan.
"Ada perasaan di pasar bahwa The Fed mungkin akan memperlambat laju tapering off, atau bahkan dihentikan sementara di tengah memburuknya data ekonomi AS. Pelemahan dolar AS diperkirakan terus berlanjut," kata dia.
Selain itu, Ariston mengatakan, optimisme juga merebak setelah rilis data pinjaman baru China yang mencatatkan rekor angka pinjaman tertinggi dalam empat tahun terakhir pada Januari.
"Rilis itu cukup berhasil meredakan kekhawatiran pasar karena sebelumnya para investor cemas terhadap bank sentral China yang melakukan pengetatan moneter," kata dia.
Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2014
Tags: