Bonek memiliki akar yang dalam dalam sejarah sepak bola Indonesia. Berdiri sebagai singkatan dari "Bondo Nekat" yang berarti "Anak-anak Ne Katrem" dalam bahasa Jawa.
Tidak dikenali siapa yang pertama kali memberikan julukan "Bonek Mania" kepada kelompok suporter Persebaya ini.
Namun, istilah tersebut mulai populer pada tahun 1980-an dan 1990-an, saat Persebaya berada dalam performa puncaknya dalam kompetisi Liga Indonesia.
Menurut sumber resmi yang didapat, sejak awal tahun 1980-an, Bonek tumbuh sebagai gerakan suporter yang tidak hanya menunjukkan dukungan mereka di stadion, tetapi juga di luar stadion dengan berbagai kegiatan sosial dan budaya.
Namun, melansir dari berbagai sumber yang beredar di sosial media, awal istilah Bonek berasal dari kebiasaan suporter Persebaya yang melakukan perjalanan ke kota lain untuk memberikan dukungan langsung kepada tim mereka.
Saat itu, Persebaya yang berhasil lolos ke babak delapan besar Perserikatan harus bertanding di Stadion Senayan yang sekarang sudah berganti nama menang Stadion Gelora Bung Karno (GBK)Jakarta.
Ratusan suporter dari Surabaya diangkut ke Jakarta menggunakan berbagai transportasi seperti bus, kereta, dan pesawat terbang.
Dapat disimpulkan, secara historis, julukan Bonek (Bondo Nekat) diberikan kepada kelompok suporter Persebaya Surabaya karena kehadiran mereka yang konsisten dalam mendukung setiap pertandingan tim Persebaya di luar kota Surabaya.
Dengan kehadiran mereka yang kuat dan suara yang besar, Bonek Mania telah menjadi ikon budaya sepak bola Indonesia.
Dukungan mereka tidak pernah pudar dan tetap menjadi inspirasi bagi banyak penggemar sepak bola di seluruh negeri.