Phnom Penh (ANTARA) - Volume perdagangan dua arah mencapai 7,31 miliar dolar AS pada periode Januari-Juni tahun ini, mencatat kenaikan signifikan sebesar 18,8 persen dari 6,15 miliar dolar AS pada periode yang sama tahun lalu, menurut laporan Departemen Umum Bea Cukai Kamboja.

China masih menjadi mitra dagang utama Kamboja, disusul oleh Amerika Serikat, Vietnam, Thailand, dan Jepang, kata laporan itu.

Sekretaris Negeri dan Juru Bicara Kementerian Perdagangan Kamboja Penn Sovicheat mengatakan bahwa perjanjian Kemitraan Ekonomi Komprehensif Regional (Regional Comprehensive Economic Partnership/RCEP) dan Perjanjian Perdagangan Bebas Kamboja-China (Cambodia-China Free Trade Agreement/CCFTA) telah menjadi katalisator bagi pertumbuhan perdagangan ini.

"Di bawah dua pakta perdagangan bebas itu, produk-produk kami, terutama produk pertanian berkualitas tinggi seperti beras giling, pisang kuning, mangga, lengkeng, singkong, dan lada, telah diekspor ke China dengan tarif khusus," katanya kepada Xinhua.

Kin Phea, direktur jenderal Institut Hubungan Internasional Kamboja (International Relations Institute of Cambodia), wadah pemikir di bawah naungan Akademi Kerajaan Kamboja, mengatakan bahwa Kamboja dan China telah menjalin hubungan ekonomi dan perdagangan yang kuat selama bertahun-tahun, dan skala perdagangan bilateral kedua negara mengalami perkembangan stabil.

"RCEP dan CCFTA telah memainkan peran penting dalam menghasilkan dividen perdagangan," katanya kepada Xinhua. "Peningkatan perdagangan bilateral kedua negara telah memberikan manfaat yang lebih besar bagi kedua negara dan rakyatnya, menyuntikkan dorongan yang lebih kuat untuk membangun komunitas Kamboja-China dengan masa depan bersama."