Hansaplast bidik rekor jadikan 1 juta anak kreator konten rawat luka
11 Juli 2024 15:32 WIB
Manajer Senior Merek Perawatan Luka PT Beiersdorf Indonesia Yosephine Caroline berbicara dalam konferensi pers seusai acara peluncuran program "Anak Siaga Tanggap Rawat Luka" secara hibrid di kawasan Cilandak, Jakarta Selatan, Kamis (11/7/2024). ANTARA/Abdu Faisal
Jakarta (ANTARA) - Produsen plester antiseptik Hansaplast membidik rekor satu juta anak usia sekolah dasar (SD) di lima provinsi Indonesia menjadi kreator konten tentang "Siaga Tanggap Rawat Luka" yang benar dari Museum Rekor Indonesia (MURI).
"Sampai akhirnya mencapai 1 juta, mungkin kami akan memasukkan juga ke MURI. Karena memang ini kami satu-satunya yang pernah melakukan ini dan mengedukasi anak-anak sebanyak ini juga," kata Manajer Senior Merek Perawatan Luka PT Beiersdorf Indonesia Yosephine Caroline seusai acara peluncuran program "Anak Siaga Tanggap Rawat Luka" secara hibrid di kawasan Cilandak, Jakarta Selatan, Kamis.
Menurut Caroline, pihaknya memperbanyak kreator video edukasi tentang cara merawat luka dengan benar di media sosial dari kalangan anak SD untuk mengundang ketertarikan menonton dari generasi yang lebih tua.
Baca juga: Pentingnya konsumsi cukup protein usai menjalani operasi
Baca juga: Bekas luka operasi kini bisa dihaluskan dengan plester
Sehingga dengan cara itu, anak-anak SD akan menjadi agen perubahan untuk meluruskan mitos-mitos merawat luka yang kurang tepat di tengah-tengah masyarakat. Misalnya, membalur luka bakar dengan oli atau membiarkan luka terangin-angin agar cepat kering.
Selain itu, dari video yang diunggah nanti pihaknya pun akan menilai keefektifan dari program yang dijalankan bersama dengan Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (IDI) tersebut.
"Apakah anak-anak SD yang mengikuti program edukasi kami sudah bisa mempraktikkan cara merawat luka dengan benar sesuai yang diajarkan, nantinya akan terlihat juga dari video yang diunggah ke media sosial," kata Caroline.
Hingga saat ini, Hansaplast telah mengedukasi sebanyak 2.185 guru, 81.470 orang tua, dan 101.028 murid sekolah dasar lewat program Anak Siaga Hansaplast (ASH) yang dijalankan sejak 2015.
Dengan peningkatan program menjadi promotif-preventif terkait penatalaksanaan perawatan luka dengan menyasar sekolah-sekolah (school program) bekerja sama dengan IDI dan pemerintah daerah di lima provinsi, Caroline berharap jumlah orang yang memahami cara merawat luka yang benar akan meningkat signifikan.
Selain Jakarta, program tersebut akan menyasar kota-kota besar lainnya seperti Medan (Sumatera Utara), Bandung (Jawa Barat), Semarang (Jawa Tengah) dan Balikpapan (Kalimantan Timur).
"Edukasi ini diberikan kepada anak-anak agar pemahamannya melekat di otak mereka sampai tua bahwa merawat luka yang benar, yaitu dengan membersihkan luka, melindungi agar terhindar dari infeksi, kemudian sembuhkan," kata Sekretaris Jenderal PB IDI dr Ulul Albab Sp OG menambahkan.
Baca juga: Singapura ciptakan plester cerdas untuk pemulihan luka kronis
Baca juga: Perbedaan luka akut dan luka kronis, serta penanganannya
Baca juga: Air liur bisa sembuhkan luka, mitos dan fakta?
"Sampai akhirnya mencapai 1 juta, mungkin kami akan memasukkan juga ke MURI. Karena memang ini kami satu-satunya yang pernah melakukan ini dan mengedukasi anak-anak sebanyak ini juga," kata Manajer Senior Merek Perawatan Luka PT Beiersdorf Indonesia Yosephine Caroline seusai acara peluncuran program "Anak Siaga Tanggap Rawat Luka" secara hibrid di kawasan Cilandak, Jakarta Selatan, Kamis.
Menurut Caroline, pihaknya memperbanyak kreator video edukasi tentang cara merawat luka dengan benar di media sosial dari kalangan anak SD untuk mengundang ketertarikan menonton dari generasi yang lebih tua.
Baca juga: Pentingnya konsumsi cukup protein usai menjalani operasi
Baca juga: Bekas luka operasi kini bisa dihaluskan dengan plester
Sehingga dengan cara itu, anak-anak SD akan menjadi agen perubahan untuk meluruskan mitos-mitos merawat luka yang kurang tepat di tengah-tengah masyarakat. Misalnya, membalur luka bakar dengan oli atau membiarkan luka terangin-angin agar cepat kering.
Selain itu, dari video yang diunggah nanti pihaknya pun akan menilai keefektifan dari program yang dijalankan bersama dengan Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (IDI) tersebut.
"Apakah anak-anak SD yang mengikuti program edukasi kami sudah bisa mempraktikkan cara merawat luka dengan benar sesuai yang diajarkan, nantinya akan terlihat juga dari video yang diunggah ke media sosial," kata Caroline.
Hingga saat ini, Hansaplast telah mengedukasi sebanyak 2.185 guru, 81.470 orang tua, dan 101.028 murid sekolah dasar lewat program Anak Siaga Hansaplast (ASH) yang dijalankan sejak 2015.
Dengan peningkatan program menjadi promotif-preventif terkait penatalaksanaan perawatan luka dengan menyasar sekolah-sekolah (school program) bekerja sama dengan IDI dan pemerintah daerah di lima provinsi, Caroline berharap jumlah orang yang memahami cara merawat luka yang benar akan meningkat signifikan.
Selain Jakarta, program tersebut akan menyasar kota-kota besar lainnya seperti Medan (Sumatera Utara), Bandung (Jawa Barat), Semarang (Jawa Tengah) dan Balikpapan (Kalimantan Timur).
"Edukasi ini diberikan kepada anak-anak agar pemahamannya melekat di otak mereka sampai tua bahwa merawat luka yang benar, yaitu dengan membersihkan luka, melindungi agar terhindar dari infeksi, kemudian sembuhkan," kata Sekretaris Jenderal PB IDI dr Ulul Albab Sp OG menambahkan.
Baca juga: Singapura ciptakan plester cerdas untuk pemulihan luka kronis
Baca juga: Perbedaan luka akut dan luka kronis, serta penanganannya
Baca juga: Air liur bisa sembuhkan luka, mitos dan fakta?
Pewarta: Abdu Faisal
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2024
Tags: