Jakarta (ANTARA) - International Battery Summit (IBS) edisi kedua akan kembali digelar pada 29-30 Juli 2024 di Hotel Mulia Jakarta sebagai upaya untuk mendorong kolaborasi industri baterai menuju transisi energi bersih.

Mengusung tema "Teknologi Baterai Masa Depan dari Hulu ke Hilir untuk Mempercepat Transisi Energi Bersih", acara ini diharapkan menjadi platform kolaborasi bagi para pemangku kepentingan dalam ekosistem baterai, kendaraan listrik, dan energi terbarukan untuk mendorong transisi energi di Indonesia.

“Baterai mungkin terlihat kecil, tetapi perannya sangat besar," kata Founder National Battery Research Institute Evvy Kartini selaku penyelenggara IBS 2024 dalam jumpa pers di Jakarta, Rabu.

"Tidak ada transisi energi tanpa baterai. Dua investasi paling penting dalam transisi energi adalah energi terbarukan dan sistem penyimpanan energi baterai,” lanjut dia.

Evvy menjelaskan IBS 2024 tidak hanya akan fokus pada teknologi, tetapi juga pada aspek industri baterai. Para peserta akan membahas bagaimana mereka dapat bekerja sama untuk menciptakan peluang bisnis dan aliansi strategis.

IBS 2024 diperkirakan akan dihadiri oleh lebih dari 350 peserta dari 20 negara. Lebih dari 50 pembicara dari 15 negara akan berbagi keahlian dan pengalaman mereka, termasuk Chairman of Future Battery Industry Australia, perwakilan dari LG, dan produsen mobil listrik dari Vietnam Vinfast.

Acara ini juga bakal menghadirkan 11 sesi diskusi yang membahas berbagai topik penting terkait industri baterai, seperti pemetaan potensi sumber daya Indonesia dalam rantai pasokan baterai global, kemajuan standardisasi dan keamanan baterai untuk kendaraan listrik dan penyimpanan energi yang aman, serta meningkatkan nilai rantai nikel Indonesia melalui industri baterai.

Pada kesempatan yang sama, Deputi bidang Koordinasi Infrastruktur dan Transportasi Kementerian Koordinator bidang Kemaritiman dan Investasi, Rachmat Kaimuddin, menyatakan bahwa pemerintah mendukung IBS 2024 sebagai wadah untuk membangun peluang bisnis industri baterai.

Ia mengatakan bahwa pemerintah Indonesia memandang industri baterai sebagai salah satu industri strategis nasional.

"Dari sisi hulu, kami melakukan hilirisasi dan pengolahan awal di Indonesia. Dari sisi hilir, kami mendorong pengembangan EV dan membangun lebih banyak energi terbarukan,”

“Tapi masih banyak celah yang perlu diisi, sehingga IBS ini hadir untuk menjadi wadah bagi para pemangku kepentingan untuk duduk bersama dan mencari peluang bisnis,” kata Rachmat.

Pemerintah, kata dia, berkomitmen untuk membangun ekosistem dan iklim investasi yang ramah investasi dan memberikan nilai tambah bagi Indonesia. IBS 2024 diharapkan dapat menjadi bagian penting dalam mewujudkan transisi energi yang bersih dan meningkatkan ekonomi Indonesia.

Baca juga: NBRI sebut baterai menjadi teknologi kunci dalam transisi energi
Baca juga: Bahlil ajak kolaborasi investor Australia kembangkan baterai EV
Baca juga: Menperin apresiasi industri bangun smelter HPAL demi industri baterai