Acara tersebut digelar Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) bekerja sama dengan Kementerian Agama (Kemenag). Hadir Grand Syekh Al Azhar yang juga Ketua Majelis Hukama Muslimin (MHM) Imam Akbar Ahmed Al Tayyeb, Rais 'Aam PBNU KH Miftachul Akhyar, Ketua Umum PBNU Yahya Cholil Staquf, dan para tokoh Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Buddha, Khonghucu, serta aliran kepercayaan.
Baca juga: PBNU berterima kasih ke Al Azhar telah pelajar NU selama lebih 1 abad
Menurutnya, dunia saat ini tidak dalam keadaan baik-baik saja. Konflik antar-negara, konflik antar-agama, bahkan intra-agama masih kerap terjadi, diantaranya karena tidak adanya kesalingan antar-komponen yakni tidak saling memahami, tidak saling mengerti, dan tidak saling mencintai.
Salah satu cara terbaik untuk mencegah konflik tersebut, kata Menag, adalah dengan membangun dialog antar-agama dan dialog antar-peradaban.
"Isu-isu universal seperti keadilan, kesetaraan, perdamaian, ekologi, dan keberlangsungan bumi menjadi kalimatun sawa yang dapat mempertemukan berbagai komponen masyarakat, pengikut agama, dan bangsa," katanya.
Baca juga: Grand Syekh: Perbedaan agama adalah misi kasih sayang terhadap manusia
Salah satu kontribusi penting beliau dalam membangun dialog itu adalah terwujudnya Piagam Persaudaraan Kemanusiaan yang ditandatangani bersama Paus Fransiskus pada 4 Februari 2019.
Baca juga: Wapres dan Grand Syekh Al Azhar tegaskan Islam bukan agama kekerasan