"Tujuh cagar biosfer yang sudah ditetapkan UNESCO ini sudah eksis selama lebih dari 10 tahun, sehingga harus dievaluasi secara berkala apakah kegiatan pengelolaannya berjalan baik," kata Peneliti sekaligus Ketua Focal Point MAB UNESCO Indonesia-BRIN Maman Turjaman melalui keterangan di Jakarta, Rabu.
Baca juga: SMESCO Indonesia siap promosikan Cagar Biosfer Lore Lindu di Sigi
Baca juga: Pemkab Wakatobi ajak semua pihak jaga cagar biosfer dunia
Untuk itu, Maman menilai delegasi Indonesia diharapkan dapat menghadiri Sidang ICC-MAB ke-37 di Hangzhou, China tahun 2025.
"Kehadiran ini penting untuk mengikuti perkembangan terbaru dalam pengelolaan cagar biosfer di bawah protokol UNESCO, serta mendapatkan informasi terkini tentang Lima Action Plan (LAP) yang akan berakhir pada 2025," ujarnya.
Sementara dalam sidang tahunan tersebut, Direktur Jenderal UNESCO Audrey Azoulay menekankan pentingnya peran masyarakat adat dan lokal dalam menjaga ekosistem di cagar biosfer.
“MAB menghadapi tantangan besar ke depan dalam melaksanakan komitmen global untuk mengelola keanekaragaman hayati di cagar biosfer di bawah pengawasan UNESCO," katanya.
Sebagai informasi, sidang tahunan ini menghasilkan penetapan 756 cagar biosfer baru dengan jumlah pengelola total dari 136 negara.
Selain itu, sekitar 20 cagar biosfer memenuhi kriteria berdasarkan dokumen tinjauan berkala, sehingga mendapatkan perpanjangan status. Namun, ada empat cagar biosfer yang datanya belum memenuhi syarat dan perlu diperbaiki.