BMKG deteksi titik panas di Sumatera
15 Februari 2014 09:36 WIB
Kawasan perkotaan terlihat tertutup kabut asap, di kota Padang, Sumbar, Kamis (13/2). Data Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Ketaping, tiga hari terakhir kabut asap yang timbul akibat kebakaran lahan di Provinsi Riau berdampak hingga ke Sumbar terutama di Kota Padang di arah Timur Laut yang mengganggu aktivitas nelayan dan kapal. (ANTARA FOTO/Iggoy el Fitra)
Padang (ANTARA News)- Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Ketaping Padangpariaman, Sumatera Barat, mendeteksi terdapat peningkatan jumlah titik panas di Pulau Sumatera secara signifikan yang mencapai 704 titik pada Sabtu.
"Berdasarkan data yang didapatkan dari pantauan satelit NOAA dan data yang kami terima pada Sabtu pukul 05.00 WIB terjadi peningkatan titik panas secara drastis dibanding Jumat (14/2)," kata Kepala Seksi Observasi dan Informasi BMKG Ketaping Padangpariaman, Budi Samiaji, Jumat.
Budi mengatakan, pada Jumat siang terpantau sebanyak 357 titik panas di Pulau Sumatera. Dan kemudian terjadi peningkatan hampir 100 persen, kata dia.
Budi merinci, titik panas paling dominan masih terjadi di Provinsi Riau sebanyak 611 titik, selanjutnya Sumatera Utara 58 titik, Aceh 18 titik, Sumatera Selatan 6 titik, Bangka Belitung 4 titik, Kepulauan Riau 3 titik, dan Jambi 4 titik.
Dia mengatakan, jumlah titik panas yang terpantau pada Sabtu merupakan jumlah tertinggi sejak sepekan terakhir. Sebelumnya pada puncak suhu pada Kamis (13/2) siang terdapat sebanyak 520 titik panas yang timbul di beberapa provinsi.
Peningkatan jumlah titik panas tersebut dikhawatirkan dapat berdampak lebih buruk bagi kualitas udara di Sumatera Barat.
Hal ini karena sekarang arah angin yang bertiup berasal dari arah timur laut (daratan Asia) menuju selatan (Benua Australia) yang melewati Sumatera Barat.
"Kecenderungan ini terjadi selama Februari hingga Maret," kata dia.
Saat ini jarak pandang sekitar 2.000 meter dan masih aman untuk penerbangan dan pelayaran, kata Budi.
"Diperkirakan pekan depan kabut asap mulai berkurang di Sumatera Barat seiring dengan mulai terbentuknya kumpulan awan, yang berpotensi hujan di beberapa daerah di Sumatera Barat," pungkasnya.
"Berdasarkan data yang didapatkan dari pantauan satelit NOAA dan data yang kami terima pada Sabtu pukul 05.00 WIB terjadi peningkatan titik panas secara drastis dibanding Jumat (14/2)," kata Kepala Seksi Observasi dan Informasi BMKG Ketaping Padangpariaman, Budi Samiaji, Jumat.
Budi mengatakan, pada Jumat siang terpantau sebanyak 357 titik panas di Pulau Sumatera. Dan kemudian terjadi peningkatan hampir 100 persen, kata dia.
Budi merinci, titik panas paling dominan masih terjadi di Provinsi Riau sebanyak 611 titik, selanjutnya Sumatera Utara 58 titik, Aceh 18 titik, Sumatera Selatan 6 titik, Bangka Belitung 4 titik, Kepulauan Riau 3 titik, dan Jambi 4 titik.
Dia mengatakan, jumlah titik panas yang terpantau pada Sabtu merupakan jumlah tertinggi sejak sepekan terakhir. Sebelumnya pada puncak suhu pada Kamis (13/2) siang terdapat sebanyak 520 titik panas yang timbul di beberapa provinsi.
Peningkatan jumlah titik panas tersebut dikhawatirkan dapat berdampak lebih buruk bagi kualitas udara di Sumatera Barat.
Hal ini karena sekarang arah angin yang bertiup berasal dari arah timur laut (daratan Asia) menuju selatan (Benua Australia) yang melewati Sumatera Barat.
"Kecenderungan ini terjadi selama Februari hingga Maret," kata dia.
Saat ini jarak pandang sekitar 2.000 meter dan masih aman untuk penerbangan dan pelayaran, kata Budi.
"Diperkirakan pekan depan kabut asap mulai berkurang di Sumatera Barat seiring dengan mulai terbentuknya kumpulan awan, yang berpotensi hujan di beberapa daerah di Sumatera Barat," pungkasnya.
Pewarta: Ikhwan Wahyudi
Editor: Ella Syafputri
Copyright © ANTARA 2014
Tags: