Jakarta (ANTARA) - Dokter spesialis bedah ortopedi konsultan panggul dan lutut lulusan Universitas Padjajaran dr. Kiki Novito Sp.OT(K) mengatakan seseorang yang merasakan lutut yang kaku saat bangun tidur harus mewaspadai tanda adanya pengapuran sendi, khususnya bagi kelompok usia 45-50 tahun.
“Usia di atas 45-50 tahun kalau bangun tidur nggak bisa langsung berdiri, pas mau gerak lututnya kaku gak bisa langsung ditekuk, dia butuh sekian menit pelan-pelan baru bisa jalan, jadi hati-hati,” kata Kiki saat ditemui media pada peresmian alat pembantu operasi sendi lutut di RS Medistra Jakarta, Selasa.
Kiki mengatakan kakunya lutut dikarenakan telah terjadi peningkatan derajat pengapuran sendi yang dapat dinilai dari angka 0 sampai empat. Pada derajat 0, dapat dipastikan lutut dalam keadaan sehat, pada derajat 1-2 bisa terlihat dari kebiasaan saat bangun tidur yang tidak bisa langsung menekuk lutut.
Baca juga: Mengenal terapi TENS untuk atasi nyeri akut pada otot dan sendi
Pada derajat selanjutnya rasa sakit dan kaku pada lutut akan berangsur menghilang, namun sendi akan terasa sakit jika melakukan jalan yang jauh. Dan pada tahapan derajat empat adalah yang paling berat, karena tulang paha dan tulang kering yang sudah bertemu dan tidak ada tulang rawan.
Untuk menghindari peningkatan derajat pengapuran sendi, Kiki menyarankan untuk melakukan banyak aktivitas yang memperkuat otot sendi dengan berolahraga jalan dan angkat beban agar cairan sendi dapat merata dan gerak lebih fleksibel.
“Caranya melakukan gerakan aktivitas yang memperkuat otot sendi, agar cairan sendi merata harus ada gerakan, olahraga 30 menit seminggu 3-4 kali, olahraganya bisa jalan, jogging, sepedaan, gym main beban,” katanya.
Baca juga: Waspada, duduk terlalu lama di depan komputer bisa lemahkan otot
Presiden Indonesian Hip and Knee Society ini mengatakan gaya hidup dengan melakukan aktivitas olahraga yang menguatkan otot sendi bisa dilakukan sedari muda, karena memasuki usia 35 tahun massa otot sudah mulai berkurang.
Jika tidak melakukan latihan fisik dan olahraga akan terjadi pengapuran yang lebih berat karena massa otot juga berkurang.
Baca juga: Cara atasi nyeri otot dan sendi yang kerap terjadi akibat WFH
Aktivitas fisik juga diperlukan untuk menjaga berat badan agar tidak membebani sendi, terlebih bagi yang mengalami pengapuran karena genetik atau keturunan.
“Karena tidak semua orang gemuk bisa pengapuran dan tidak semua pengapuran adalah orang gemuk, pasien kurus banyak karena lebih ke genetik, kalau mager massa otot berkurang membuat kekuatan fisiknya berkurang,” kata dokter yang praktik di RS Medistra Jakarta ini.
Baca juga: Nyeri sendi bisa dikurangi dengan ini
Baca juga: Pertolongan pertama saat nyeri otot dan sendi
Lutut kaku saat bangun tidur, waspada pengapuran sendi
9 Juli 2024 17:40 WIB
Dokter spesialis bedah ortopedi konsultan panggul dan lutut dr. Kiki Novito dalam konferensi pers robotik VELYS di RS Medistra Jakarta, Selasa (9/7/2024). ANTARA/Fitra Ashari/am.
Pewarta: Fitra Ashari
Editor: Siti Zulaikha
Copyright © ANTARA 2024
Tags: