"ANU memberikan kebebasan kepada para peneliti dan akademisinya untuk mempublikasikan hasil penelitian mereka di jurnal-jurnal yang paling sesuai dengan bidang studi dan dampak yang diinginkan," kata alumni ANU dalam pernyataan yang mengatasnamakan 44 alumni, sebagaimana dikutip di Jakarta, Selasa.
Hal tersebut disampaikan oleh alumni ANU, yang salah satunya adalah peneliti politik Burhanuddin Muhtadi, terkait dengan pernyataan Ketua MPR RI Bambang Soesatyo atau akrab disapa Bamsoet.
Sebagaimana dikutip dari laman resmi MPR, Bamsoet dalam pernyataannya usai menemui Persatuan Profesor/Guru Besar Indonesia (Pergubi) menyampaikan bahwa tidak ada salahnya bagi Indonesia untuk mencontoh Australia National University. Ia mengatakan penelitian sivitas akademika ANU wajib dikirim ke 5 jurnal yang diterbitkan oleh ANU sendiri sehingga menumbuhkembangkan jurnal internal ANU untuk terus berkembang menjadi besar.
"Daripada sibuk mengejar jurnal terindeks Scopus, lebih baik Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan mendorong agar kampus bisa memiliki jurnal sendiri sehingga kita bisa berdaulat dalam dunia pendidikan," kata dia.
Menurut alumni ANU, pernyataan Bamsoet itu tidak benar dan tidak berdasar. Mereka menyampaikan tidak ada ketentuan tersebut, baik secara formal maupun informal.
Selain itu, alumni ANU juga menilai pernyataan Bamsoet yang tidak benar tersebut dapat menciptakan kesan yang salah tentang standar akademik ANU dan menurunkan kredibilitas universitas tersebut di mata masyarakat. Oleh karena itu, kata mereka, Bamsoet harus mengklarifikasi pernyataannya.
Alumni juga menyampaikan bahwa ANU merupakan salah satu universitas terkemuka yang memiliki tradisi keilmuan yang kuat dan mempunyai pengaruh besar di kancah akademik internasional. ANU pun secara konsisten berada di peringkat atas universitas terbaik dunia dengan kontribusi signifikan di berbagai bidang.
Baca juga: KBRI optimistis kerja sama penelitian RI-Australia kian meningkat
Baca juga: Ekonom ANU sebut RCEP redam tren negatif perdagangan multilateral
Baca juga: Guru Besar dari Australia bincang sejarah dan budaya Makassar