Jakarta (ANTARA News) - Politik pencitraan sudah tidak lagi mujarab menaikkan keterpilihan calon presiden pada Pemilihan Umum 2014 karena rakyat sudah semakin cerdas memilih, kata pengamat komunikasi politik Heri Budiyanto di Jakarta, Kamis.
"Selamat tinggal politik pencitraan karena rakyat sudah mengetahui calon presiden yang hanya mengejar pencitraan atau secara tulus ingin mengabdi untuk bangsa," kata Guru Besar Universitas Mercu Buana Jakarta itu pada Diskusi Bulanan yang diselenggaran Persatuan Wartawan Indonesia Reformasi.
Ia mengungkapkan rakyat sudah bisa menilai dari rekam jejak para calon presiden, apakah dia amanah menjalankan tugas sebagai pemimpin walaupun di level yang lebih kecil atau sudah pernah diberi tanggung jawab namun tidak amanah.
Ia mencontohkan elektabilitas Joko Widodo yang akrab disapa Jokowi yang sulit tertandingi calon-calon lain karena rakyat mengetahui rekam jejak selama dia mendapatkan amanah menjadi Wali Kota Solo dan Gubernur DKI.
Ia meminta calon lain yang muda dan telah menunjukkan prestasi untuk bangsa tampil sebagai capres dan diusung parpol seperti Wali Kota Surabaya Tri Risma Harini, Rektor Universitas Paramadina Anies Baswedan, dan Dahlan Iskan.
"Jangan katakan mereka tidak punya pengalaman, karena tidak mungkin calon presiden harus punya pengalaman dulu," katanya.
Ketua Umum Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Adin Jauharuddin yang juga menjadi pembicara mengatakan, presiden yang terpilih pada Pemilu 2014 harus berani membuat terobosan dengan merampingkan struktur pemerintahan termasuk menghilangkan beberapa kementerian dan komisi nasional yang tugasnya tumpang tindih dengan institusi lain.
"Butuh keberanian untuk merampingkan struktur pemerintahan seperti Gus Dur yang berani membubarkan Departemen Penerangan dan Departemen Sosial," kata dia.
Politik pencitraan tidak lagi mujarab
13 Februari 2014 21:23 WIB
(ANTARA/Yudhi Mahatma)
Pewarta: Budi Santoso
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2014
Tags: