Jakarta (ANTARA News) - Penyiar radio Iwet Ramadhan mengagumi keanekaragaman motif batik klasik daerah Jawa yang mengandung filosofi tersendiri.

Dalam talkshow "Fabulous Batik of Java" di Galeri Indonesia Kaya, Kamis petang, Iwet memaparkan beberapa arti di balik motif batik klasik dari beberapa tempat seperti Jogja, Solo dan Lasem.

Motif truntum, misalnya, melambangkan cinta dan biasa dipakai orangtua saat menikahkan anaknya sebagai harapan agar pernikahan anaknya penuh cinta.

Iwet mengaku turut senang sekaligus khawatir dengan kepopuleran batik di tanah air selama beberapa tahun belakangan karena keberadaan batik klasik semakin tergeser oleh batik-batik printing yang lebih murah.

"Batik printing tidak masalah, tapi pastikan kita memang memperkaya negeri ini dengan membeli batik buatan Indonesia karena batik printing banyak sekali yang berasal dari China," kata pria di balik usaha Tik Shirt itu.

Batik klasik buatan tangan memang kualitasnya tidak terbantahkan, namun konsekuensinya dibutuhkan waktu relatif lama untuk mendapatkannya.

Upah yang didapat para pembatik pun kerap tidak sesuai dengan jerih payahnya sehingga anak-anak mereka enggan mengikuti jejak orangtuanya.

"Selain itu generasi penerus dari pembatik lebih memilih pekerjaan lain karena upah yang dihasilkan tidak seberapa," ujar Iwet.