New York City (ANTARA) - Eksperimen Interferometri Radio CubeSat (CubeSat Radio Interferometry Experiment/CURIE) milik NASA akan diluncurkan pada Selasa (9/7) guna mengeksplorasi asal-usul gelombang radio dari matahari, yang merupakan salah satu pendorong utama untuk cuaca luar angkasa.

CURIE akan dikirim ke luar angkasa dengan menggunakan roket Ariane 6 milik Badan Antariksa Eropa (European Space Agency/ESA), yang lepas landas dari Pusat Antariksa Guyana di Kourou, Guyana Prancis, dan akan terbang pada ketinggian sekitar 580 km di atas permukaan Bumi.

Dengan menggunakan interferometri radio, misi ini bertujuan untuk mempelajari emisi semburan radio dari letusan-letusan matahari, seperti suar dan lontaran massa koronal di heliosfer bagian dalam. Peristiwa-peristiwa tersebut membuat cuaca luar angkasa meningkatkan aktivitas aurora dan efek geomagnetik di Bumi.

Dirancang oleh sebuah tim dari University of California Berkeley, menurut ESA, CURIE akan menjadi misi pertama yang mengukur gelombang radio dalam rentang frekuensi 0,1-19 MHz dari luar angkasa.

Panjang gelombang radio tersebut terhalang oleh lapisan atas atmosfer Bumi, sehingga penelitian semacam ini hanya dapat dilakukan dari luar angkasa.

NASA mengatakan, selama penelitian gelombang radio matahari ini, CURIE akan menggunakan sebuah teknik yang disebut interferometri radio frekuensi rendah yang belum pernah digunakan di luar angkasa sebelumnya.

"Teknik ini bergantung pada dua wahana antariksa independen CURIE, keduanya (berukuran) tidak lebih besar dari sebuah kotak sepatu, yang akan mengorbit Bumi dengan selang jarak sekitar 3,2 km," kata NASA.

Pemisahan ini memungkinkan instrumen-instrumen CURIE mengukur berbagai perbedaan kecil dalam waktu kedatangan gelombang radio, sehingga memungkinkan mereka menentukan dengan tepat dari mana gelombang radio itu berasal.