Jakarta (ANTARA News) - 16 unit alias satu skuadron udara pesawat tempur T 50i Golden Eagle buatan Korea Selatan resmi memperkuat jajaran TNI AU, seturut serah terima dari Kementerian Pertahanan kepada matra udara TNI itu, di Pangkalan Udara Utama TNI AU Halim Perdanakusuma, Jakarta, Kamis.

Biasanya, penyerahan pesawat terbang atau arsenal kepada militer Indonesia cukup di tingkat menteri saja; namun kali ini berbeda, Presiden Susilo Yudhoyono hadir dan menyaksikan serah terima itu secara langsung.

Mulai tahun ini dan ke depan, akan ramai terjadi penerimaan berbagai jenis arsenal dan sistem kesenjataan baru bagi TNI.

Dengan juga disaksikan Menteri Pertahanan, Purnomo Yusgiantoro, Kepala Staf TNI AU, Marsekal TNI IB Putu Dunia, Kepala Staf TNI AL, Laksamana TNI Marsetio, dan Kepala Staf TNI AD, Jenderal TNI Budiman, seremoni itu terjadi di landas parkir pangkalan udara militer di sisi timur Jakarta itu.

Memakai penerbangan kargo dan ferry, sortie demi sortie Golden Eagle buatan Korea Aerospace Industry yang dibeli Indonesia, mendarat di Tanah Air, sejak beberapa waktu lalu hingga kini lengkap 16 unit.

Yusgiantoro, mengatakan, penyerahan pesawat itu merupakan pelaksanaan kontrak yang ditandatangani pada 25 Mei 2011 dengan nilai kontrak 400 juta dolar Amerika Serikat.

Golden Eagle yang bentuknya nyaris mirip dengan F-16 Fighting Falcon dalam skala lebih mini akan mengganti pesawat Hawk Mk 53 di Skadron Udara 15, bermarkas di Pangkalan Udara Utama TNI AU Iswahjudi Madiun, Jawa Timur.

Di kalangan penerbangan tempur, dia dianggap sekelas dengan kompetitor utamanya, Yakovlev Yak-130 Mitten (Rusia), Aermacchi M-346 (Italia), atau L-159 buatan Ceko.

Semula Indonesia sempat "kesengsem" juga dengan Mitten yang kinerja dan unjuk kemampuan tempurnya lebih mumpuni dan trengginas namun menjelang keputusan akhir, pilihan final jatuh kepada Golden Eagle.

Performansi Golden Eagle masih belum diketahui secara baik karena dia pendatang baru dalam penerbangan militer dunia. Salah satu kaitan penting KAI dalam merancang dan membuat Golden Eagle adalah kesertaan Lockheed Martin dari Amerika Serikat sebagai mitra utamanya.

F-16 Fighting Falcon semula diproduksi General Dynamics dan kini ada di dalam tubuh Lockheed Martin, sehingga wajar jika rancang bangunnya bisa dipergunakan Lockheed Martin.

Golden Eagle yang diklaim KAI masuk dalam generasi pesawat tempur 4+ (salah satunya dicirikan kemampuan menyerap gelombang radar-tidak memantulkan) oleh Indonesia dimasukkan ke dalam kelas latih lanjut-tempur taktis ringan.

Huruf "i" di belakang desainasi T-50 merupakan penanda seri ini telah ditingkatkan spesifikasi dan melompat setara dengan spesifikasi pesawat tempur FA-50 tanpa radar udara aktif (AESA/actively electronic scanned array radar).

Pada masa mendatang, piranti vital ini akan diimbuhkan. Jika ini sudah terpasang, maka misi operasional tempur udara taktis sangat mudah bisa dia tunaikan, selain misi pendidikan pilot tempur TNI AU.

Indonesia juga memiliki satu impian ambisius untuk mengejar ketertinggalan teknologi, yaitu urun serta dalam Proyek K/IFX bersama Korea Selatan. Walau sudah digagas dan dibuatkan peta jalannya sejak bertahun-tahun lalu, namun hingga kini tarik-ulur masih terjadi.

Yang menarik, Golden Eagle dari Korea Selatan ini juga akan didedikasikan untuk menjadi tim aerobatik pancar gas TNI AU berlabel Jupiter Aerobatic Team.

TNI AU telah berkali-kali memiliki tim aerobatik, yang terakhir juga namanya sama, namun memakai tipe pesawat udara yang sama sekali beda, yaitu KT-1B Wong Bee bermesin turboprop.

Perbedaan di antara kedua tim ini juga pada corak pokok pesawat terbangnya; Jupiter Aerobatic Team yang kini berlaga di Singapore Air Show 2014 berkelir dasar merah dengan panah putih.

Sementara Jupiter Aerobatic Team berbasis Golden Eagle ini akan berkelir biru dengan guratan kuning, mirip warna The Blue Angels dari Angkatan Laut Amerika Serikat, yang kini memakai F/A-18 Hornet.

Jadi, nanti tim TNI AU ini juga akan dijuluki Elang Biru, yang seluruh pengawaknya berkualifikasi instruktur penerbang tempur TNI AU.