Jakarta (ANTARA) - Bukan ruang-ruang dengan deretan produk merek ternama, melainkan hal-hal unik soal Jakarta yang lebih disukai wisatawan khususnya dari luar negeri saat menginjakkan kaki di kota yang kini menuju status kota global ini. Hal tersebut dikatakan Associate Professor di Waseda University, Jepang, Riela Drianda merujuk curahan hati para koleganya saat berkunjung ke Jakarta beberapa waktu lalu. Para kolega sang pakar menuturkan ingin mengetahui lebih banyak kultur masyarakat kota. Oleh karena itu, mereka memilih berkunjung ke museum.

Berbicara museum di Jakarta, maka pilihannya bisa lebih dari lima, khususnya yang dikelola Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. Berdasarkan data kunjungan museum dari Dinas Kebudayaan DKI Jakarta tahun 2023 terdapat tiga museum dengan total pengunjung terbanyak, yakni Museum Sejarah Jakarta (616.877 orang), Museum Wayang (154.902 orang) serta Museum Seni Rupa dan Keramik (146.420 orang).

Dari museum yang ada, setidaknya ada dua dan salah satunya berada di kawasan Kota Tua yang menurut Riela representatif untuk menggambarkan tentang Jakarta, mengingat informasi yang tersedia untuk pengunjung dan koleksi benda sejarahnya.

Kendati mendapat label representatif, masih ada catatan perbaikan yang ditinggalkan, salah satunya soal pengaturan jumlah pengunjung. Hal ini dianggap masalah karena menyebabkan hilangnya kesempatan bagi pengunjung yang antusias terhadap perkembangan kota Jakarta untuk bisa berkontemplasi selama beberapa menit akibat pengunjung tumpah ruah di satu sesi kunjungan.

Dengan kata lain, banyak hal yang seharusnya bisa tersampaikan menjadi hilang karena kenyamanan pengunjung belum jadi prioritas. Padahal, menurut Riela, hal-hal semacam ini penting, apalagi Jakarta yang akan menanggalkan statusnya sebagai ibu kota negara kini bersiap sebagai kota global.

"Kita memang harus menyediakan tempat-tempat untuk menunjukkan budaya kita. Tetapi apakah tempat itu nyaman untuk dikunjungi. Jangan-jangan karena AC mati atau pengunjung terlalu ramai kesempatan mengenal budaya jadi berkurang," kata Riela.

Upaya Pemerintah

Perbaikan sarana dan prasarana museum sebenarnya menjadi salah satu fokus Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta sejak lama. Kepala Bidang Perlindungan Kebudayaan Dinas Kebudayaan DKI Jakarta Linda Enriany bahkan menyebut ini mutlak dilakukan terlebih mengingat Jakarta akan menuju kota global.

Perawatan berkala pada gedung museum beserta peninggalan sejarahnya juga menjadi perhatian. Perawatan dilakukan sebagai bentuk apresiasi pada museum beserta benda peninggalan sejarahnya, serta agar museum semakin memikat banyak pengunjung.

Perawatan biasanya diserahkan pada masing-masing pengelola museum. Namun khusus pada gedung museum yang merupakan cagar budaya, maka pakar dari Pusat Konservasi Cagar Budaya (PKCB) dilibatkan, agar penanganan dapat dilakukan secara tepat.

Selain itu, penataan bagian dalam museum pun tak luput dari perhatian. Ada dua museum di bawah naungan Dinas Kebudayaan DKI Jakarta yang saat ini disiapkan untuk ditata ulang ruang pamernya, termasuk Museum Wayang.

Pengelola menyiapkan sebuah ruang pamer yang di dalamnya diterapkan teknologi imersif yakni dinding dan lantai di sebuah ruangan diproyeksikan bergerak dilengkapi tata suara.

Ketua Subkelompok Sejarah dan Permuseuman Dinas Kebudayaan DKI Jakarta Bayu Niti Permana mengatakan teknologi imersif memungkinkan pengunjung mendapatkan gambaran seputar wayang nusantara dan pesan-pesan khusus di balik hadirnya wayang tersebut.

Pengalaman yang disuguhkan ruangan imersif ini sedikit banyak akan sama seperti di Museum Nasional.

Menurut staf Sarana dan Prasarana Museum Wayang Uung Kurniawan dan Edukator Museum Wayang Bayu Martia Tripradhana pembangunan ruang imersif melibatkan tenaga ahli wayang. Adapun ruang imersif ini berlokasi di gedung baru Museum Wayang. Pembangunan sarana dimulai Juli ini dan ditargetkan rampung akhir tahun 2024.

Pengelola bakal melakukan pengaturan jumlah pengunjung ke ruang imersif yakni sekitar 15 orang selama beberapa menit, demi kenyamanan mereka khususnya bagi yang ingin berkontemplasi. Ini seakan menjadi jawaban atas masukan yang disampaikan kolega Riela terkait pengaturan pengunjung museum.

"Sekarang museum di manapun sudah mulai melakukan digitalisasi dan agar lebih interaktif saja bagi pengunjung. Nanti setelah dirombak tata pamernya, ruang imersif Museum Wayang akan lebih keren," kata Bayu.

Selain ruang imersif, tata pamer koleksi wayang di gedung lama museum pun akan diubah sedemikian rupa.
Wisatawan kawasan Kota Tua melintasi Museum Wayang, Jakarta Barat pada Jumat (28/6/2024). ANTARA/Lia Wanadriani Santosa
Lalu, terkait tata pamer, Museum Betawi juga termasuk yang akan ditingkatkan penataannya. Museum yang dibuka untuk umum pada tahun 2017 bertepatan dengan perhelatan Lebaran Betawi ke-11 di Perkampungan Budaya Betawi tersebut memiliki tata pamer tergolong sederhana.

Perencanaan penataan tata pamer sebenarnya sudah dilakukan pada tahun 2019 dan kini menanti realisasinya. Selain ikon-ikon budaya Betawi seperti ondel-ondel, kembang kelapa, baju sadariah dan kebaya kerancang, lalu batik, serta kuliner Betawi, potret pahlawan-pahlawan Betawi dan para ulama juga ditampilkan secara digital.

Museum Betawi juga kini masih dalam proses standardisasi terkait bangunan, sumber daya manusia (SDM), pengelolaan, sistemnya, teknologinya.

Selain fokus pada penataan sarana dan prasarana, Pemprov DKI Jakarta juga menyiapkan sumber daya manusia (SDM) yang kompeten melalui bimbingan teknis maupun sertifikasi, seperti bersama Kedutaan Besar Kerajaan Belanda untuk Indonesia, Timor-Leste, ASEAN, Dutch Cultural Heritage Agency (RCE), dan Reinwardt Academy dalam meningkatkan kemampuan para profesional museum di Jakarta melalui program Pertukaran Pengetahuan Museum.

Program lokakarya yang diadakan Biro Kerja Sama Daerah DKI Jakarta dan Dinas Kebudayaan Provinsi DKI Jakarta ini memungkinkan pertukaran ide dan pengalaman untuk memperkuat sektor museum yang dapat diterapkan di Jakarta.

Terdapat tiga sesi pelatihan selama program yang berfokus pada manajemen strategis museum, program museum untuk keluarga, dan penilaian koleksi museum.

Sesi kedua program yang dijadwalkan berlangsung Juli ini membahas pembelajaran lintas generasi, program keluarga, dan penyampaian konten yang efektif dalam konteks museum.

Adapun sesi pelatihan ketiga dijadwalkan pada Oktober 2024 yang membahas penilaian koleksi museum. Para ahli dari RCE akan membimbing peserta tentang prioritas koleksi, mengintegrasikan pendapat publik, dan memanfaatkan objek untuk program pendidikan langsung.

Diawali dari Museum Wayang, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta bakal membenahi satu per satu museum yang mereka kelola selama ini. Masyarakat tentu akan menantikan wajah-wajah baru museum di Jakarta.