Jakarta (ANTARA) - Ketua Badan Anggaran (Banggar) DPR-RI Said Abdullah mengingatkan pemerintah untuk berhati-hati dalam mengelola defisit anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN).

“Mencermati Laporan Realisasi APBN semester I-2024, Pimpinan Banggar DPR meminta pemerintah berhati-hati, sebab prognosis defisit APBN lebih besar dari target APBN 2024,” kata Said saat Rapat Kerja Banggar dengan Menteri Keuangan di Jakarta, Senin.

Undang-Undang (UU) APBN 2024 merencanakan defisit sebesar 2,29 persen terhadap produk domestik bruto (PDB) atau Rp522,8 triliun, namun prognosis defisit hingga akhir tahun berpotensi mencapai 2,7 persen PDB setara Rp609,7 triliun. Hal itu terjadi lantaran potensi pembengkakan belanja negara dari rencana Rp3.325,1 menjadi Rp3.412,2 triliun.

Baca juga: Pemerintah-Banggar DPR sepakati defisit APBN 2025 2,29-2,82 persen PDB

Said menilai di tengah transisi pemerintahan, proyek-proyek yang tidak berdampak signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi dan pembukaan lapangan kerja dapat dipertimbangkan ulang.

“Langkah ini semata-mata agar ruang fiskal tetap sehat di tengah sentimen eksternal yang kurang menguntungkan, serta tidak mewariskan beban keuangan bagi pemerintahan berikutnya,” ujar dia.

APBN mengalami defisit sebesar Rp77,3 triliun atau 0,34 persen terhadap produk domestik bruto (PDB) pada semester I-2024.

Pendapatan negara pada semester I-2024 tercatat sebesar Rp1.320,7 triliun atau terkontraksi sebesar 6,2 persen (year-on-year/yoy). Sementara itu, belanja negara tercatat meningkat 11,3 persen yoy mencapai Rp1.398 triliun.

“Pimpinan Banggar DPR mengapresiasi kedisiplinan bendahara negara dalam mengelola belanja negara, setidaknya akseleratif dengan realisasi pendapatan negara di tahun berjalan,” tutur Said.

Baca juga: Menkeu: APBN salurkan Rp6 triliun untuk pembiayaan rumah

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyampaikan, di tengah dinamika global yang kurang kondusif, defisit anggaran hingga akhir 2024 diperkirakan akan berada pada level 2,7 persen PDB, melebar dari target APBN 2024 yang sebesar 2,29 persen PDB.

Pendapatan negara diperkirakan mencapai Rp2.802,5 triliun atau tumbuh 0,7 persen yoy, utamanya dipengaruhi oleh aktivitas ekonomi yang terjaga dan positif, implementasi reformasi perpajakan, peningkatan dividen badan usaha milik negara (BUMN), serta peningkatan layanan kementerian/lembaga (K/L).

Sementara itu belanja negara diperkirakan mencapai Rp3.412,2 triliun atau 102,6 persen dari pagu APBN 2024, seiring dengan peran APBN sebagai shock absorber untuk tetap menjaga momentum pertumbuhan, melindungi daya beli, dan mendukung pencapaian target-target prioritas pembangunan nasional.