Jakarta (ANTARA News) - Direktorat Jenderal Perbendaharaan Kementerian Keuangan mencatat penerimaan pajak hingga 30 Januari 2014 mencapai Rp83,78 triliun atau 6,5 persen dari total target APBN tahun ini yang sebesar Rp1.280,38 triliun.

Dalam keterangan pers yang diterima di Jakarta, Rabu, Kementerian Keuangan mengatakan, penerimaan perpajakan tersebut terdiri atas penerimaan pajak Rp71,5 triliun dan penerimaan bea cukai Rp12,25 triliun.

Dari penerimaan perpajakan itu, penerimaan pajak penghasilan mencapai Rp38,9 triliun, pajak pertambahan nilai Rp31,5 triliun, pajak bumi dan bangunan Rp656,2 miliar, cukai Rp8,5 triliun, bea masuk Rp2,3 triliun dan bea keluar Rp1,4 triliun.

Direktur Jenderal Pajak Fuad Rahmany memperkirakan penerimaan pajak yang relatif tinggi dikarenakan ada perusahaan yang menunda pembayaran pajak akibat kesulitan likuiditas, padahal kewajiban tersebut seharusnya dibayarkan akhir Desember 2013.

"Itu boleh saja dilakukan, tapi mereka kena denda dua persen per bulan. Mungkin mereka hitung kecil (dendanya) jadi mereka tunda dan baru membayar pada Januari," katanya.

Selain itu, penerimaan pajak pada awal tahun dipengaruhi oleh peningkatan pembayaran pajak pertambahan nilai, akibat membaiknya kegiatan impor setelah sebelumnya terganggu oleh volatilitas nilai tukar rupiah.

"Kemungkinan setelah nilai tukar stabil, mereka (importir) melakukan impor dan PPN melonjak. Impor yang sebelumnya turun pada Desember, naik lagi pada Januari," ujar Fuad.

Fuad belum bisa memprediksi mengenai kemungkinan penerimaan pajak akan terus membaik sepanjang tahun, serta perkiraan mengenai tercapainya penerimaan pajak sebesar Rp1.110,2 triliun pada akhir Desember 2014.

Sebelumnya, penerimaan perpajakan hingga 31 Januari 2013, hanya tercatat mencapai Rp68,2 triliun, yang terdiri atas penerimaan pajak Rp56,8 triliun serta penerimaan bea cukai sebesar Rp11,4 triliun.

Secara keseluruhan, pendapatan negara dan hibah hingga akhir Januari 2014 mencapai Rp91,4 triliun atau 5,5 persen dari target Rp1.667,2 triliun atau lebih tinggi dari periode yang sama tahun lalu, yang hanya mencapai Rp75,3 triliun atau 4,9 persen dari target Rp1.529,7 triliun.