Manado (ANTARA News) - Daerah resapan di Kota Manado, Sulawesi Utara (Sulut), yang semakin menyusut berandil besar terjadinya banjir bandang pada Rabu (15/1) lalu, kata Kepala Bidang Pengendalian Pencemaran Lingkungan dan Pengelolaan Limbah B3, Badan Lingkungan Hidup (BLH) Sulut, Sonny Runtuwene.

Beberapa daerah resapan kini beralih fungsi menjadi permukiman atau kawasan jasa perdagangan sehingga akan mempengaruhi resapan air tanah ketika terjadi hujan, ujarnya di Manado, Rabu.

Dia mencontohkan, daerah resapan di belakang kompleks stadion Klabat, di daerah Bumi Nyiur atau daerah Liwas telah berubah menjadi kawasan permukiman, jasa ataupun perdagangan.

"Daerah resapan di tiga lokasi ini dulu berbentuk sawah atau sebagiannya rawa. Tetapi, sekarang tidak lagi karena mulai beralih fungsi sehingga semakin menyusut luasannya," katanya.

Dia mengemukakan, berkurangnya luasan daerah resapan dapat disiasati dengan penanaman pohon sebagai pengganti peran sawah atau rawa mengatur tata kelola air, bila tidak, potensi terjadinya banjir akan semakin tinggi.

Oleh karena itu, dia mengusulkan, daerah-daerah resapan yang masih tersisa di Manado saat ini harus dipelihara dan dikuatkan dengan aturan pendukung yang semakin memperkuat peran daerah resapan dan tidak dialihkan fungsi untuk peruntukan lain.

"Ada informasi bahwa pemerintah kota Manado akan melakukan review terhadap tata ruang wilayah. Ini penting untuk mempertahankan daerah-daerah resapan tersisa," ujarnya.

Pemerintah Kota Manado sebelumnya melaporkan bahwa berdasarkan laporan dari kepala kecamatan di Manado, wilayah yang paling banyak jumlah korbannya adalah Kecamatan Paal Dua sebanyak 22.260 jiwa dan rumah yang terbanyak rusak di 2.453 unit.

Adapun di Kecamatan Wanea jumlah penduduk yang jadi korban dan mengungsi akibat banjir mencapai 11.030 orang dari 3.506 kepala keluarga (KK), 1.382 rumah rusak, sedangkan korban tanah longsor ada 23 jiwa dari lima KK dengan lima bangunan rusak.

Kecamatan Paal Dua korban jiwa sebanyak 22.260 orang dari 5.489 KK, dengan rumah rusak 545 unit, Kecamatan Tikala 12.360 jiwa, dari 4.363 KK, 3.310 rumah rusak.

Kecamatan Sario korban 4.819 orang mengungsi dari 1.666 kepala keluarga, dan 323 rumah rusak, lalu kecamatan Singkil sebanyak 20.899 orang dari 5.834 KK dan 2.453 rumah rusak, Bunaken Kepulauan ada tujah korban dari dua KK dan dua rumah rusak.

Di Kecamatan Wenang ada 7.007 orang dari 2.287 KK menjadi korban dan mengungsi, serta 1.656 rumah rusak karena banjir dan tanah longsor, selain tiga rumah rusak 64 berat dan rusak sedang 90 unit.
(T.KR-KAP/F003)