BMKG: Waspadai potensi bencana hidrometeorologi di Jateng selatan
7 Juli 2024 08:44 WIB
Arsip foto - Petugas gabungan mengerahkan alat berat untuk membuka akses jalan yang tertimbun material longsoran di Dusun Sawangan, Desa Kaliori, Kecamatan Karanganyar, Kabupaten Purbalingga, akibat hujan lebat yang terjadi pada hari Minggu (14/4/2024). ANTARA/HO-BPBD Purbalingga
Purwokerto (ANTARA) - Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengimbau warga Jawa Tengah (Jateng) bagian selatan untuk mewaspadai bencana hidrometeorologi seperti banjir, tanah longsor, dan angin kencang yang berpotensi terjadi seiring dengan peningkatan curah hujan pada musim kemarau.
"Saat sekarang memang sudah memasuki musim kemarau, namun masih sering terjadi hujan," kata Kepala Kelompok Teknisi BMKG Stasiun Meteorologi Tunggul Wulung Cilacap Teguh Wardoyo di Cilacap, Minggu.
Ia mengatakan berdasarkan data yang dirilis BMKG, ada beberapa faktor yang menyebabkan peningkatan curah hujan pada musim kemarau di berbagai wilayah Indonesia.
Khusus di wilayah Jateng, kata dia, peningkatan curah hujan lebih dipengaruhi oleh aktivitas gelombang atmoster Rossby Ekuatorial terpantau aktif di beberapa wilayah Indonesia termasuk Jawa, serta Madden Julian Oscillation (MJO) berada pada fase 3 (Indian Ocean) yang berkontribusi terhadap pembentukan awan hujan di wilayah Indonesia.
Selain itu, daerah perlambatan kecepatan angin (konvergensi) lain juga terlihat memanjang dari Laut
Jawa hingga Lampung-Sumatera Selatan dan Jawa Tengah hingga Jawa Barat-Banten yang mampu meningkatkan potensi pertumbuhan awan hujan di sepanjang daerah konvergensi tersebut.
Serta peningkatan kecepatan angin hingga mencapai lebih dari 25 knot terpantau di Samudra Hindia selatan Jawa yang mampu meningkatkan tinggi gelombang di wilayah sekitar perairan tersebut.
Intrusi udara kering dari belahan bumi selatan melintasi wilayah perairan selatan Jawa Tengah-Jawa Timur yang mampu mengangkat uap air basah di depan batas intrusi menjadi lebih hangat dan lembab di sebagian Jawa dan Laut Jawa, serta labilitas lokal kuat yang mendukung proses konvektif pada skala lokal di wilayah Jateng.
"Oleh karena itu, hujan dengan intesitas sedang hingga lebat yang dapat disertai petir dan angin kencang masih berpotensi terjadi di wilayah Jawa Tengah khususnya Jateng bagian selatan," kata Teguh.
Terkait dengan hal itu, dia mengimbau masyarakat untuk tetap waspada dan antisipasi dini terhadap potensi cuaca ekstrem yang masih berpotensi terjadi di beberapa wilayah seperti hujan lebat dalam durasi singkat yang dapat disertai petir dan angin kencang.
Khusus untuk daerah rawan bencana hidrometeorologi, kata dia, diimbau agar tetap waspada terhadap dampak yang ditimbulkan akibat cuaca ekstrem seperti banjir, banjir bandang, tanah longsor, jalan licin, pohon tumbang, dan berkurangnya jarak pandang.
Baca juga: BMKG ingatkan Jawa-Papua waspadai dampak hujan deras
Baca juga: Cuaca ekstrem berpeluang landa Sulut hingga tiga hari ke depan
Baca juga: Cuaca ekstrem picu pohon tumbang hingga rumah roboh ke laut di Anambas
"Saat sekarang memang sudah memasuki musim kemarau, namun masih sering terjadi hujan," kata Kepala Kelompok Teknisi BMKG Stasiun Meteorologi Tunggul Wulung Cilacap Teguh Wardoyo di Cilacap, Minggu.
Ia mengatakan berdasarkan data yang dirilis BMKG, ada beberapa faktor yang menyebabkan peningkatan curah hujan pada musim kemarau di berbagai wilayah Indonesia.
Khusus di wilayah Jateng, kata dia, peningkatan curah hujan lebih dipengaruhi oleh aktivitas gelombang atmoster Rossby Ekuatorial terpantau aktif di beberapa wilayah Indonesia termasuk Jawa, serta Madden Julian Oscillation (MJO) berada pada fase 3 (Indian Ocean) yang berkontribusi terhadap pembentukan awan hujan di wilayah Indonesia.
Selain itu, daerah perlambatan kecepatan angin (konvergensi) lain juga terlihat memanjang dari Laut
Jawa hingga Lampung-Sumatera Selatan dan Jawa Tengah hingga Jawa Barat-Banten yang mampu meningkatkan potensi pertumbuhan awan hujan di sepanjang daerah konvergensi tersebut.
Serta peningkatan kecepatan angin hingga mencapai lebih dari 25 knot terpantau di Samudra Hindia selatan Jawa yang mampu meningkatkan tinggi gelombang di wilayah sekitar perairan tersebut.
Intrusi udara kering dari belahan bumi selatan melintasi wilayah perairan selatan Jawa Tengah-Jawa Timur yang mampu mengangkat uap air basah di depan batas intrusi menjadi lebih hangat dan lembab di sebagian Jawa dan Laut Jawa, serta labilitas lokal kuat yang mendukung proses konvektif pada skala lokal di wilayah Jateng.
"Oleh karena itu, hujan dengan intesitas sedang hingga lebat yang dapat disertai petir dan angin kencang masih berpotensi terjadi di wilayah Jawa Tengah khususnya Jateng bagian selatan," kata Teguh.
Terkait dengan hal itu, dia mengimbau masyarakat untuk tetap waspada dan antisipasi dini terhadap potensi cuaca ekstrem yang masih berpotensi terjadi di beberapa wilayah seperti hujan lebat dalam durasi singkat yang dapat disertai petir dan angin kencang.
Khusus untuk daerah rawan bencana hidrometeorologi, kata dia, diimbau agar tetap waspada terhadap dampak yang ditimbulkan akibat cuaca ekstrem seperti banjir, banjir bandang, tanah longsor, jalan licin, pohon tumbang, dan berkurangnya jarak pandang.
Baca juga: BMKG ingatkan Jawa-Papua waspadai dampak hujan deras
Baca juga: Cuaca ekstrem berpeluang landa Sulut hingga tiga hari ke depan
Baca juga: Cuaca ekstrem picu pohon tumbang hingga rumah roboh ke laut di Anambas
Pewarta: Sumarwoto
Editor: Indra Gultom
Copyright © ANTARA 2024
Tags: