Jakarta (ANTARA) - Konsulat Jenderal Republik Indonesia (KJRI) di Cape Town, Afrika Selatan, pada Jumat (5/7) mulai membahas kerja sama pembuatan film komersial antara kedua negara sebagai persiapan untuk penyelenggaraan Pasar Rakyat yang disusul Festival Film Indonesia di Cape Town.

Berdasarkan rilis pers KJRI yang diperoleh ANTARA, Jakarta, Sabtu, disebutkan bahwa Pasar Rakyat dan Festival Film Indonesia di Cape Town masing-masing akan diadakan pada 9 dan 10-11 November 2024.

Konjen RI Cape Town Tudiono mengatakan kerja sama pembuatan film tersebut menjadi salah satu bagian penting dari peringatan dan perayaan 30 tahun hubungan diplomatik kedua negara tahun ini.

Film tersebut bercerita tentang kehidupan asmara Faiez, seorang pemuda asal Aceh, yang terpisah dari kekasihnya Maya karena bencana tsunami yang menerjang dan meluluhlantakkan Aceh.

Faiez selamat dari tsunami tersebut dan perjalanan hidupnya mengantarkan kehidupan barunya sebagai seorang diplomat di KJRI Cape Town, Afrika Selatan. Tudiono mengatakan hampir 80 persen cerita dalam film tersebut didasarkan pada kisah nyata.

Dalam pembahasan awal film itu, tim dari Indonesia digawangi oleh Produser Wendra Lingga Tan dan asisten dari Production House Summerland. Sementara tim dari Afsel terdiri dari Makkie Slemong yang merupakan CEO Cape Town Film Studio pada 2014-2024 dan produser sekaligus film director Rafique.

Pembahasan dilakukan bersama Konjen RI Cape Town didampingi Konsul Ekonomi Setyo Hargyanto dan anggota DPR RI Wulan Sutomo Yasmin, yang turut memfasilitasi terjalinnya kerja sama perfilman Indonesia- Afsel.

Pembahasan tersebut dilakukan di sela-sela pertemuan koordinasi dengan para calon peserta Pasar Rakyat dan Festival Film Indonesia.

Sementara itu, Makkie Slemong disebutkan sangat antusias dengan rencana pembuatan film komersial berlatar Indonesia-Afsel tersebut.

Proyek itu disebut “groundbreaking” karena mereka belum pernah membuat film kerja sama antara kedua negara sebelumnya. Mereka menyambut baik kerja sama tersebut.

Makkie Slemong berpendapat bahwa pada dasarnya kualitas film perlu didukung dengan pembiayaan yang baik, terutama untuk penggunaan visual effects pada adegan tsunami.

Oleh karena itu, mobilisasi dana pembiayaan, menurutnya, perlu diupayakan dari pemerintah, investor dan sponsor.

Baca juga: Afsel meriahkan 30 tahun hubungan dengan RI lewat Pasar Rakyat
Baca juga: KBRI gelar resepsi diplomatik jelang 30 tahun bilateral RI-Afsel
Baca juga: KJRI Cape Town dukung pemasaran produk Indonesia di Afsel