Presiden Jokowi sebut IKN akan tingkatkan permintaan produk pertanian
5 Juli 2024 12:23 WIB
Presiden Joko Widodo meninjau pompanisasi di Desa Layoa, Bantaeng, Sulawesi Selatan, Jumat (5/7/2024). ANTARA/HO-Biro Pers Setpres/am.
Jakarta (ANTARA) - Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) menyebut keberadaan Ibu Kota Nusantara (IKN) sebagai pusat pertumbuhan ekonomi baru, akan meningkatkan permintaan akan produk pertanian.
“Ya nanti kan ada demand, ada permintaan dari pasar baru yang namanya IKN,” kata Presiden Jokowi ketika meninjau pelaksanaan program pompanisasi pertanian di Desa Layoa, Bantaeng, Sulawesi Selatan, seperti disaksikan dalam tayangan video Sekretariat Presiden, Jumat.
Melalui program pompanisasi yang ditujukan untuk meningkatkan produktivitas pertanian, Presiden berharap berbagai daerah di Indonesia bisa mencukupi kebutuhan pangannya.
Baca juga: Jokowi: Swasembada pangan proses yang panjang karena tantangan iklim
Jika ada kelebihan produksi pangan, kata dia, hasilnya dapat didistribusikan ke daerah lain, termasuk ke IKN di Kalimantan Timur.
“Kalau ada kelebihan produksi beras di sini bisa dikirim ke IKN, ada kelebihan produksi sayur di sini bisa ditarik ke IKN, ada bawang merah tadi yang juga harganya baik, sangat baik, Rp30.000 (per kilogram) bisa ditarik ke IKN
Saya kira IKN akan menjadi titik pertumbuhan ekonomi baru dan kita ingin juga terjadi transformasi ekonomi terutama yang berkaitan dengan ekonomi hijau,” ujar Presiden
Baca juga: Presiden tinjau bahan pokok di Pasar Cekkeng Bulukumba Sulsel
Sebelumnya, Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman yang mendampingi Presiden Jokowi selama kunjungan kerja ke Sulsel, mengatakan bahwa pompa irigasi di provinsi tersebut mencapai 5.230 unit dari 2019 hingga 2024.
Pompanisasi adalah program pendistribusian air dari sungai melalui pemasangan pompa dan pipa untuk irigasi sawah, yang menjadi solusi cepat untuk meningkatkan Indeks Pertanaman (IP) dan jumlah produksi padi di tengah ancaman El Nino.
Menurut Mentan, pemasangan pompa harus dilakukan secara masif untuk mengantisipasi kekeringan panjang yang bukan hanya melanda Indonesia tetapi dunia secara umum.
Untuk 2024, pemerintah menyalurkan 25 ribu pompa dan akan ditargetkan meningkat hingga 75 ribu pompa ke depan.
“Ya nanti kan ada demand, ada permintaan dari pasar baru yang namanya IKN,” kata Presiden Jokowi ketika meninjau pelaksanaan program pompanisasi pertanian di Desa Layoa, Bantaeng, Sulawesi Selatan, seperti disaksikan dalam tayangan video Sekretariat Presiden, Jumat.
Melalui program pompanisasi yang ditujukan untuk meningkatkan produktivitas pertanian, Presiden berharap berbagai daerah di Indonesia bisa mencukupi kebutuhan pangannya.
Baca juga: Jokowi: Swasembada pangan proses yang panjang karena tantangan iklim
Jika ada kelebihan produksi pangan, kata dia, hasilnya dapat didistribusikan ke daerah lain, termasuk ke IKN di Kalimantan Timur.
“Kalau ada kelebihan produksi beras di sini bisa dikirim ke IKN, ada kelebihan produksi sayur di sini bisa ditarik ke IKN, ada bawang merah tadi yang juga harganya baik, sangat baik, Rp30.000 (per kilogram) bisa ditarik ke IKN
Saya kira IKN akan menjadi titik pertumbuhan ekonomi baru dan kita ingin juga terjadi transformasi ekonomi terutama yang berkaitan dengan ekonomi hijau,” ujar Presiden
Baca juga: Presiden tinjau bahan pokok di Pasar Cekkeng Bulukumba Sulsel
Sebelumnya, Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman yang mendampingi Presiden Jokowi selama kunjungan kerja ke Sulsel, mengatakan bahwa pompa irigasi di provinsi tersebut mencapai 5.230 unit dari 2019 hingga 2024.
Pompanisasi adalah program pendistribusian air dari sungai melalui pemasangan pompa dan pipa untuk irigasi sawah, yang menjadi solusi cepat untuk meningkatkan Indeks Pertanaman (IP) dan jumlah produksi padi di tengah ancaman El Nino.
Menurut Mentan, pemasangan pompa harus dilakukan secara masif untuk mengantisipasi kekeringan panjang yang bukan hanya melanda Indonesia tetapi dunia secara umum.
Untuk 2024, pemerintah menyalurkan 25 ribu pompa dan akan ditargetkan meningkat hingga 75 ribu pompa ke depan.
Pewarta: Yashinta Difa Pramudyani
Editor: Nusarina Yuliastuti
Copyright © ANTARA 2024
Tags: