Sutiyoso: Singapura jangan merasa lebih hebat
10 Februari 2014 18:33 WIB
Mantan Pangdam Jaya yang juga mantan Gubernur DKI Jakarta, Letjen TNI (Purn) Sutiyoso pada peluncuran buku biografinya The Field General, Totalitas Prajurit Para Komando di Jakarta, Selasa (15/1) malam. Buku itu menceritakan pengalaman Sutiyoso selama 30 tahun mengabdi di TNI Angkatan Darat. (ANTARA/Dhoni Setiawan)()
Jakarta (ANTARA News) - Ketua Umum Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia (PKPI) Sutiyoso menilai Singapura tidak perlu merasa lebih hebat dari Indonesia sehingga memprotes penamaan KRI Usman-Harun.
"Singapura jangan aneh-anehlah, jangan merasa dia lebih hebat dari kita. Kenapa dia ribut? Belanda yang lebih besar saja enggak ribut kita gunakan nama-nama musuh mereka dulu. Musuh mereka itu pahlawan kita," kata Sutiyoso di Jakarta, Senin.
Menurut mantan Gubernur DKI Jakarta itu, nama Soekarno, Mohammad Hatta, Sudirman atau Diponegoro yang merupakan musuh Belanda di zaman penjajahan saat ini digunakan sebagai nama jalan atau bandar udara.
"Belanda sendiri enggak marah, begitu harusnya kita pakai (nama itu)," ujarnya.
Pria yang kerap disapa Bang Yos itu juga menilai politik luar negeri harus kuat agar bisa meningkatkan kemanan. Sebagai negara besar, Indonesia tidak bisa terus menerus "diledek" negara tetangga.
"Politik luar negeri kita jangan lembek seperti sekarang. Singapura itu negara kecil, berani nantangin kita. Dia kaya karena orang kita sering kesana saja," katanya.
Mantan Wakil Komandan Jenderal (Danjen) Kopassus itu juga menambahkan sangat mengapresiasi jasa Usman dan Harun karena telah mempertaruhkan nyawa dalam mengemban tugas negara.
"Saya sangat memberikan apresiasi kepada dua manusia katak marinir itu, mereka mempertaruhkan nyawanya untuk Republik, mengemban amanah negara. Kita patut hargai mereka, jangan mundur karena itu. Kalau perlu, (namanya) ditulis lebih besar lagi di atas kapal," ujarnya.
Sebelumnya pemerintah Singapura menyatakan keprihatinannya atas penamaan kapal perang baru milik TNI Angkatan Laut dengan nama KRI Usman Harun.
Penamaan kapal itu diambil dari nama dua pahlawan nasional Indonesia yaitu Usman Haji Mohamad Ali dan Harun Said. Kedua pahlawan itu mengebom MacDonald House, Orchard Road, Singapura yang menewaskan tiga orang dan melukai 33 orang.
Sementara itu Pemerintah Indonesia menyatakan penamaan KRI itu sudah sesuai tatanan, prosedur, dan penilaian yang berlaku di Indonesia.
Selain itu, pemerintah menegaskan tidak boleh ada satu negara pun yang mengintervensi Indonesia untuk menentukan seseorang mendapat kehormatan sebagai pahlawan. (*)
"Singapura jangan aneh-anehlah, jangan merasa dia lebih hebat dari kita. Kenapa dia ribut? Belanda yang lebih besar saja enggak ribut kita gunakan nama-nama musuh mereka dulu. Musuh mereka itu pahlawan kita," kata Sutiyoso di Jakarta, Senin.
Menurut mantan Gubernur DKI Jakarta itu, nama Soekarno, Mohammad Hatta, Sudirman atau Diponegoro yang merupakan musuh Belanda di zaman penjajahan saat ini digunakan sebagai nama jalan atau bandar udara.
"Belanda sendiri enggak marah, begitu harusnya kita pakai (nama itu)," ujarnya.
Pria yang kerap disapa Bang Yos itu juga menilai politik luar negeri harus kuat agar bisa meningkatkan kemanan. Sebagai negara besar, Indonesia tidak bisa terus menerus "diledek" negara tetangga.
"Politik luar negeri kita jangan lembek seperti sekarang. Singapura itu negara kecil, berani nantangin kita. Dia kaya karena orang kita sering kesana saja," katanya.
Mantan Wakil Komandan Jenderal (Danjen) Kopassus itu juga menambahkan sangat mengapresiasi jasa Usman dan Harun karena telah mempertaruhkan nyawa dalam mengemban tugas negara.
"Saya sangat memberikan apresiasi kepada dua manusia katak marinir itu, mereka mempertaruhkan nyawanya untuk Republik, mengemban amanah negara. Kita patut hargai mereka, jangan mundur karena itu. Kalau perlu, (namanya) ditulis lebih besar lagi di atas kapal," ujarnya.
Sebelumnya pemerintah Singapura menyatakan keprihatinannya atas penamaan kapal perang baru milik TNI Angkatan Laut dengan nama KRI Usman Harun.
Penamaan kapal itu diambil dari nama dua pahlawan nasional Indonesia yaitu Usman Haji Mohamad Ali dan Harun Said. Kedua pahlawan itu mengebom MacDonald House, Orchard Road, Singapura yang menewaskan tiga orang dan melukai 33 orang.
Sementara itu Pemerintah Indonesia menyatakan penamaan KRI itu sudah sesuai tatanan, prosedur, dan penilaian yang berlaku di Indonesia.
Selain itu, pemerintah menegaskan tidak boleh ada satu negara pun yang mengintervensi Indonesia untuk menentukan seseorang mendapat kehormatan sebagai pahlawan. (*)
Pewarta: Ade Irma Junida
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2014
Tags: