Bantul sosialisasi program imunisasi tambahan Japanese Enchepalitis
4 Juli 2024 13:47 WIB
Advokasi dan Sosialisasi Program Imunisasi Japanese Enchepalitis oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul Daerah Istimewa Yogyakarta. Kamis (4/7/2024) (ANTARA/Hery Sidik)
Bantul (ANTARA) - Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, mengadakan kegiatan advokasi dan sosialisasi tentang Program Imunisasi Tambahan Japanese Enchepalitis kepada kader kesehatan pusat kesehatan masyarakat (puskesmas) maupun masyarakat daerah itu.
"Tujuan dari advokasi dan sosialisasi ini untuk meningkatkan pemahaman masyarakat tentang manfaat imunisasi dan pentingnya imunisasi rutin bagi kesehatan anak," kata Kepala Bidang (Kabid) Penanggulangan Penyakit Dinkes Bantul Samsu Aryanto ditemui di sela sosialisasi di Bantul, Kamis.
Menurut dia, imunisasi tambahan Japanese Encephalitis di Kabupaten Bantul, bersama dengan kabupaten dan kota di Provinsi DIY, merupakan pelaksanaan yang ketiga setelah Provinsi Bali pada tahun 2018 dan Kalimantan Barat pada tahun 2023.
Baca juga: Dokter anak sebut imunisasi kurangi keparahan penyakit tertentu
Dia mengatakan, imunisasi Japanese Encephalitis di Bantul akan dilaksanakan di pos-pos imunisasi yang telah disiapkan oleh masing-masing puskesmas dan akan dilaksanakan pada 3 September sampai 31 Oktober 2024.
"Dengan sasaran kelompok anak berusia sembilan bulan sampai dengan kurang dari 15 tahun. Dengan estimasi sasaran sebanyak 205.078 anak," katanya.
Selanjutnya, menurut dia, akan dilakukan pemberian satu dosis imunisasi Japanese Encephalitis pada anak usia 10 bulan, dalam jadwal imunisasi rutin mulai dilaksanakan sekitar bulan November 2024.
Baca juga: Ahli: imunisasi tambahan salah satu cara cegah dan kurangi risiko KLB
Dia menjelaskan Japanese Encephalitis adalah penyakit radang otak yang disebabkan virus japanese encephalitis dan ditularkan oleh nyamuk dan menjadi salah satu permasalahan kesehatan utama di Indonesia.
Gejala penyakit tersebut adalah demam tinggi mendadak, gejala kejang, kekakuan otot, kelemahan anggota badan, dan penurunan kesadaran selama kurang lebih satu sampai tiga minggu, bahkan bisa terjadi kematian.
"Case Fatality Rate (CFR) penyakit ini sebesar 11 persen, dengan angka tertinggi pada anak usia kurang dari 10 tahun. Saat ini belum ada obatnya, namun penyakit ini dapat dicegah dengan pemberian imunisasi," katanya.
Baca juga: Media sosial sarana yang lebih mudah untuk sosialisasi imunisasi
Oleh karena itu, pihaknya juga berharap melalui advokasi dan sosialisasi ini bisa mendapat dukungan dari seluruh jajaran pemerintah di Bantul agar pelaksanaan kegiatan imunisasi Japanese Enchepalitis dapat berjalan baik dan lancar.
"Dukungan dari panewu (camat) dan lurah (kepala desa) dan jajarannya sangat dibutuhkan dalam meningkatkan promosi dan edukasi serta menggerakkan sasaran untuk diimunisasi," katanya.
"Tujuan dari advokasi dan sosialisasi ini untuk meningkatkan pemahaman masyarakat tentang manfaat imunisasi dan pentingnya imunisasi rutin bagi kesehatan anak," kata Kepala Bidang (Kabid) Penanggulangan Penyakit Dinkes Bantul Samsu Aryanto ditemui di sela sosialisasi di Bantul, Kamis.
Menurut dia, imunisasi tambahan Japanese Encephalitis di Kabupaten Bantul, bersama dengan kabupaten dan kota di Provinsi DIY, merupakan pelaksanaan yang ketiga setelah Provinsi Bali pada tahun 2018 dan Kalimantan Barat pada tahun 2023.
Baca juga: Dokter anak sebut imunisasi kurangi keparahan penyakit tertentu
Dia mengatakan, imunisasi Japanese Encephalitis di Bantul akan dilaksanakan di pos-pos imunisasi yang telah disiapkan oleh masing-masing puskesmas dan akan dilaksanakan pada 3 September sampai 31 Oktober 2024.
"Dengan sasaran kelompok anak berusia sembilan bulan sampai dengan kurang dari 15 tahun. Dengan estimasi sasaran sebanyak 205.078 anak," katanya.
Selanjutnya, menurut dia, akan dilakukan pemberian satu dosis imunisasi Japanese Encephalitis pada anak usia 10 bulan, dalam jadwal imunisasi rutin mulai dilaksanakan sekitar bulan November 2024.
Baca juga: Ahli: imunisasi tambahan salah satu cara cegah dan kurangi risiko KLB
Dia menjelaskan Japanese Encephalitis adalah penyakit radang otak yang disebabkan virus japanese encephalitis dan ditularkan oleh nyamuk dan menjadi salah satu permasalahan kesehatan utama di Indonesia.
Gejala penyakit tersebut adalah demam tinggi mendadak, gejala kejang, kekakuan otot, kelemahan anggota badan, dan penurunan kesadaran selama kurang lebih satu sampai tiga minggu, bahkan bisa terjadi kematian.
"Case Fatality Rate (CFR) penyakit ini sebesar 11 persen, dengan angka tertinggi pada anak usia kurang dari 10 tahun. Saat ini belum ada obatnya, namun penyakit ini dapat dicegah dengan pemberian imunisasi," katanya.
Baca juga: Media sosial sarana yang lebih mudah untuk sosialisasi imunisasi
Oleh karena itu, pihaknya juga berharap melalui advokasi dan sosialisasi ini bisa mendapat dukungan dari seluruh jajaran pemerintah di Bantul agar pelaksanaan kegiatan imunisasi Japanese Enchepalitis dapat berjalan baik dan lancar.
"Dukungan dari panewu (camat) dan lurah (kepala desa) dan jajarannya sangat dibutuhkan dalam meningkatkan promosi dan edukasi serta menggerakkan sasaran untuk diimunisasi," katanya.
Pewarta: Hery Sidik
Editor: Bambang Sutopo Hadi
Copyright © ANTARA 2024
Tags: