Surabaya (ANTARA News) - Setelah menggelar kolaborasi melukis bersama dengan orang gila dan orang utan, Cak Kandar akan menggelar demo melukis menggunakan media lumpur, di lokasi pengeboran PT Lapindo Brantas, Desa Siring, Kecamatan Porong, Sidoarjo, Jatim, Minggu (10/9). "Kegiatan ini akan saya gelar di Posko III atau sekitar 300 meter dari pusat semburan lumpur. Saya akan memoleskan lumpur dan cat pada kanvas berukuran 2 x 1,5 meter," kata Cak Kandar kepada ANTARA di Surabaya, Jumat. Cak Kandar akan mendemonstrasikan aksinya itu sekitar satu jam dengan dibantu oleh aparat TNI untuk pengamanan. Sejumlah seniman dari Surabaya juga akan dilibatkan dalam aksi tersebut. Seniman yang dikenal sebagai pelukis bulu itu menjelaskan pada aksinya kali ini berbeda dengan saat melukis bersama Tessy, orang utan penghuni Kebun Binatang Surabaya (KBS), 30 Agustus 2006 yang lalu. "Kalau saat melukis bersama Tesy saya mengenyampingkan akal dan betul-betul mengandalkan naluriah, sehingga hasilnya sangat abstrak, kali ini sebaliknya. Saya akan melukis betul-betul menggunakan rasionalitas. Saya harus sadar betul akan kebergantungan saya pada alam," ujarnya. Ia mengemukakan pada aksinya ini sebetulnya merupakan "performance art" untuk memberikan penyadaran kepada masyarakat agar tidak semena-mena terhadap alam. Karena semua manusia dan makhluk hidup lainnya sangat bergantung kepada alam. "Di sekitar kita ini ada energi yang luar biasa kuat yang disebut dengan Allah, Tuhan atau sebutan lainnya. Kita sangat bergantung pada kekuatan itu. Untuk itu manusia dituntut peka terhadap alam. Kalau tidak, maka akan terjadi kerusakan," ujarnya. Namun demikian, khusus untuk meluapnya lumpur Lapindo, ia meminta agar tidak disesali karena semuanya sudah terjadi. Karena itu yang diperlu dipikirkan adalah bagaimana mengubah lumpur itu menjadi "emas", seperti batu bata, keramik, genteng, semen atau lainnya. Ia kembali menegaskan bahwa aksinya itu tidak bertujuan lain yang menghujat pihak-pihak yang terlibat dalam luapan lumpur, melainkan hanya untuk memberikan penyadaran kepada masyarakat bahwa semua makhluk sangat bergantung pada kekuatan alam. "Sekarang manusia banyak mengandalkan akal, tanpa menyelaraskan dengan alam. Teknologi itu penting untuk memudahkan manusia menjalani hidup. Tapi teknologi itu digunakan harus selaras dengan alam. Kalau tidak, maka akan terjadi kerusakan. Itu hukum sebab akibat," katanya. Mengenai hasil lukisannya nanti, Cak Kandar mengaku belum tahu mau diapakan. Hanya saja, kalau ada masyarakat yang berminat untuk membeli lukisan itu, hasilnya akan disumbangkan kepada orang lain. Ia juga mengaku belum tahu apa obyek yang dituangkan dalam kanvasnya. "Saya juga belum tahu nanti bentuk lukisannya seperti apa. Nanti saja, mengalir," katanya. (*)