Pakar: Pendekatan teknologi dibutuhkan guna selamatkan Badak Jawa
3 Juli 2024 11:08 WIB
Pakar Konservasi Satwa Liar dari Institut Teknologi Sumatera (Itera) Mhd Muhajir Hasibuan, S.Hut., M.Si.,. Bandarlampung, Rabu (3/7/2024). (ANTARA/HO-Humas Itera)
Bandarlampung (ANTARA) - Pakar Konservasi Satwa Liar dari Institut Teknologi Sumatera (Itera) Mhd Muhajir Hasibuan mengatakan pendekatan teknologi dibutuhkan guna selamatkan Badak Jawa dari kepunahan
"Untuk melindungi Badak Jawa dari kepunahan akibat perburuan, berbagai pendekatan teknologi, mutlak dibutuhkan dalam upaya pengelolaan Badak Jawa," kata Muhajir yang juga Dosen Program Studi Rekayasa Kehutanan Itera, dalam keterangan yang diterima di Bandarlampung, Rabu.
Di mengatakan pendekatan teknologi yang dapat dilakukan seperti pemanfaatan drone, kamera jebak, dan pengembangan Sistem Informasi Geografis (SIG) berbasis AI dan IoT untuk menghitung dan memetakan habitat, jalur pergerakan, sumber pakan, ancaman, dan aspek lainnya yang mendukung kelangsungan hidup Badak Jawa.
“Jangan sampai Badak Jawa menyusul badak di bagian dunia lainnya seperti Badak Putih Utara (Ceratotherium simum cottoni) yang dinyatakan punah di alam maupun secara fungsional,” kata Muhajir.
Baca juga: Menteri LHK pastikan intensifkan penanganan perburuan badak Jawa
Untuk itu, lanjut dia, keterlibatan para pihak diperlukan dalam upaya konservasi Badak Jawa, tidak hanya pemerintah pusat melalui Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), Pemerintah Provinsi Banten, atau segelintir orang saja.
"Karena Badak Jawa adalah miliki dan kebanggaan kita semua, juga sumber ilmu pengetahuan, serta warisan anak-cucu yang sudah selayaknya harus dijaga bersama," ucapnya.
Menurutnya, pendekatan teknologi diperlukan karena makin terancamnya populasi Badak Jawa akibat perburuan.
"Saya menilai konservasi badak bercula satu (Rhinoceros sondaicus) atau yang biasa dikenal sebagai Badak Jawa makin hari semakin pelik," kata Muhajir.
Baca juga: Polda Banten tetapkan 14 tersangka pemburu badak jawa
Terlebih, lanjut dia, satwa yang dilindungi ini belum terbebas dari berbagai ancaman tahunannya, seperti penurunan genetik akibat populasi yang semakin langka.
"Karena sejak memasuki fase dua ribuan, populasi Badak Jawa tidak pernah lebih dari 80 individu," katanya.
Kemudian ancaman distribusi yang semakin sempit dan hanya tersebar di bagian semenanjung Ujung Kulon saja. Risiko bencana alam, gempa dan tsunami karena letaknya di bibir pantai dan keberadaan Gunung Api Honje, di Ujung Kulon, yang setiap saat dapat mengancam keberlangsungan hidup Badak Jawa.
"Kini muncul pula masalah baru yaitu perburuan yang menyasar Badak Jawa," kata Muhajir.
Baca juga: Kamera jebak berhasil rekam satu individu baru anak Badak Jawa
Baca juga: KLHK manfaatkan teknologi dukung konservasi satwa terancam punah
"Untuk melindungi Badak Jawa dari kepunahan akibat perburuan, berbagai pendekatan teknologi, mutlak dibutuhkan dalam upaya pengelolaan Badak Jawa," kata Muhajir yang juga Dosen Program Studi Rekayasa Kehutanan Itera, dalam keterangan yang diterima di Bandarlampung, Rabu.
Di mengatakan pendekatan teknologi yang dapat dilakukan seperti pemanfaatan drone, kamera jebak, dan pengembangan Sistem Informasi Geografis (SIG) berbasis AI dan IoT untuk menghitung dan memetakan habitat, jalur pergerakan, sumber pakan, ancaman, dan aspek lainnya yang mendukung kelangsungan hidup Badak Jawa.
“Jangan sampai Badak Jawa menyusul badak di bagian dunia lainnya seperti Badak Putih Utara (Ceratotherium simum cottoni) yang dinyatakan punah di alam maupun secara fungsional,” kata Muhajir.
Baca juga: Menteri LHK pastikan intensifkan penanganan perburuan badak Jawa
Untuk itu, lanjut dia, keterlibatan para pihak diperlukan dalam upaya konservasi Badak Jawa, tidak hanya pemerintah pusat melalui Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), Pemerintah Provinsi Banten, atau segelintir orang saja.
"Karena Badak Jawa adalah miliki dan kebanggaan kita semua, juga sumber ilmu pengetahuan, serta warisan anak-cucu yang sudah selayaknya harus dijaga bersama," ucapnya.
Menurutnya, pendekatan teknologi diperlukan karena makin terancamnya populasi Badak Jawa akibat perburuan.
"Saya menilai konservasi badak bercula satu (Rhinoceros sondaicus) atau yang biasa dikenal sebagai Badak Jawa makin hari semakin pelik," kata Muhajir.
Baca juga: Polda Banten tetapkan 14 tersangka pemburu badak jawa
Terlebih, lanjut dia, satwa yang dilindungi ini belum terbebas dari berbagai ancaman tahunannya, seperti penurunan genetik akibat populasi yang semakin langka.
"Karena sejak memasuki fase dua ribuan, populasi Badak Jawa tidak pernah lebih dari 80 individu," katanya.
Kemudian ancaman distribusi yang semakin sempit dan hanya tersebar di bagian semenanjung Ujung Kulon saja. Risiko bencana alam, gempa dan tsunami karena letaknya di bibir pantai dan keberadaan Gunung Api Honje, di Ujung Kulon, yang setiap saat dapat mengancam keberlangsungan hidup Badak Jawa.
"Kini muncul pula masalah baru yaitu perburuan yang menyasar Badak Jawa," kata Muhajir.
Baca juga: Kamera jebak berhasil rekam satu individu baru anak Badak Jawa
Baca juga: KLHK manfaatkan teknologi dukung konservasi satwa terancam punah
Pewarta: Dian Hadiyatna
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2024
Tags: