PVMBG: Terjadi peningkatan erupsi dan guguran lava di Gunung Semeru
2 Juli 2024 20:59 WIB
Arsip foto - Asap vulkanis keluar dari kawah Gunung Semeru terlihat dari Desa Supiturang, Lumajang, Jawa Timur, Kamis (18/1/2024). ANTARA FOTO/Irfan Sumanjaya/rwa/aa.
Lumajang, Jawa Timur (ANTARA) - Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Hendra Gunawan mengatakan, terjadi peningkatan erupsi dan guguran lava di Gunung Semeru yang sewaktu-waktu berpotensi mengakibatkan munculnya awan panas, berdasarkan hasil evaluasi mingguan pada periode 23-30 Juni 2024.
"Aktivitas Gunung Semeru pada periode itu memperlihatkan aktivitas erupsi, awan panas, dan guguran lava masih terjadi, namun secara visual jarang teramati karena cuaca berkabut," katanya dalam keterangan tertulis yang diterima di Kabupaten Lumajang, Selasa.
Menurutnya, akumulasi material hasil erupsi (letusan dan aliran lava) maupun pembentukan "scoria cones" berpotensi menjadi guguran lava pijar atau awan panas, kemudian material tersebut mengendap di sepanjang aliran sungai yang berhulu di puncak Semeru berpotensi menjadi lahar jika berinteraksi dengan air hujan.
"Selain itu, interaksi endapan material guguran lava atau awan panas yang bersuhu tinggi dengan air sungai akan berpotensi terjadinya erupsi sekunder," tuturnya.
Ia menjelaskan, pada periode tersebut juga mencatat bahwa jumlah gempa yang terekam menunjukkan bahwa aktivitas kegempaan Gunung Semeru masih tinggi, terutama letusan, guguran, harmonik, dan vulkanik dalam.
Terekamnya kejadian getaran banjir dalam periode itu mengindikasikan adanya kejadian lahar di aliran sungai yang berhulu di Gunung Semeru, terutama yang mengarah ke aliran Besuk Kobokan.
"Berdasarkan hasil analisis dan evaluasi secara menyeluruh hingga 30 Juni 2024, maka tingkat aktivitas Gunung Semeru tetap pada level III atau siaga dengan rekomendasi yang disesuaikan dengan ancaman bahaya terkini," ujarnya.
Hendra mengatakan, pihaknya memberikan rekomendasi agar masyarakat tidak melakukan aktivitas apapun di sektor tenggara di sepanjang Besuk Kobokan sejauh 13 kilometer dari puncak (pusat erupsi).
Kemudian di luar jarak tersebut, katanya, masyarakat juga diimbau tidak melakukan aktivitas pada jarak 500 meter dari tepi sungai (sempadan sungai) pada sepanjang Besuk Kobokan, karena berpotensi terlanda perluasan awan panas dan aliran lahar hingga jarak 17 km dari puncak.
Kemudian warga juga dilarang beraktivitas dalam radius lima kilometer dari kawah/puncak Gunung Api Semeru, karena rawan terhadap bahaya lontaran batu (pijar).
Masyarakat juga diminta mewaspadai potensi awan panas, guguran lava, dan lahar, di sepanjang aliran sungai/lembah yang berhulu di puncak Gunung Api Semeru, terutama sepanjang Besuk Kobokan, Besuk Bang, Besuk Kembar, dan Besuk Sat, serta potensi lahar pada sungai-sungai kecil yang merupakan anak sungai dari Besuk Kobokan.
"Aktivitas Gunung Semeru pada periode itu memperlihatkan aktivitas erupsi, awan panas, dan guguran lava masih terjadi, namun secara visual jarang teramati karena cuaca berkabut," katanya dalam keterangan tertulis yang diterima di Kabupaten Lumajang, Selasa.
Menurutnya, akumulasi material hasil erupsi (letusan dan aliran lava) maupun pembentukan "scoria cones" berpotensi menjadi guguran lava pijar atau awan panas, kemudian material tersebut mengendap di sepanjang aliran sungai yang berhulu di puncak Semeru berpotensi menjadi lahar jika berinteraksi dengan air hujan.
"Selain itu, interaksi endapan material guguran lava atau awan panas yang bersuhu tinggi dengan air sungai akan berpotensi terjadinya erupsi sekunder," tuturnya.
Ia menjelaskan, pada periode tersebut juga mencatat bahwa jumlah gempa yang terekam menunjukkan bahwa aktivitas kegempaan Gunung Semeru masih tinggi, terutama letusan, guguran, harmonik, dan vulkanik dalam.
Terekamnya kejadian getaran banjir dalam periode itu mengindikasikan adanya kejadian lahar di aliran sungai yang berhulu di Gunung Semeru, terutama yang mengarah ke aliran Besuk Kobokan.
"Berdasarkan hasil analisis dan evaluasi secara menyeluruh hingga 30 Juni 2024, maka tingkat aktivitas Gunung Semeru tetap pada level III atau siaga dengan rekomendasi yang disesuaikan dengan ancaman bahaya terkini," ujarnya.
Hendra mengatakan, pihaknya memberikan rekomendasi agar masyarakat tidak melakukan aktivitas apapun di sektor tenggara di sepanjang Besuk Kobokan sejauh 13 kilometer dari puncak (pusat erupsi).
Kemudian di luar jarak tersebut, katanya, masyarakat juga diimbau tidak melakukan aktivitas pada jarak 500 meter dari tepi sungai (sempadan sungai) pada sepanjang Besuk Kobokan, karena berpotensi terlanda perluasan awan panas dan aliran lahar hingga jarak 17 km dari puncak.
Kemudian warga juga dilarang beraktivitas dalam radius lima kilometer dari kawah/puncak Gunung Api Semeru, karena rawan terhadap bahaya lontaran batu (pijar).
Masyarakat juga diminta mewaspadai potensi awan panas, guguran lava, dan lahar, di sepanjang aliran sungai/lembah yang berhulu di puncak Gunung Api Semeru, terutama sepanjang Besuk Kobokan, Besuk Bang, Besuk Kembar, dan Besuk Sat, serta potensi lahar pada sungai-sungai kecil yang merupakan anak sungai dari Besuk Kobokan.
Pewarta: Zumrotun Solichah
Editor: M. Tohamaksun
Copyright © ANTARA 2024
Tags: