Dirinya menjelaskan prospek pengembangan usaha ini datang dari geografi Indonesia yang cukup luas, sehingga membutuhkan pasokan distribusi yang optimal, seperti halnya curah kering mulai dari bahan pangan hingga pakan ternak.
Selain itu ia menilai, angkutan laut menjadi moda pengangkut kargo yang efisien, dengan nilai efisiensi 11 persen lebih tinggi dibanding kereta, serta 51 persen dibanding moda transportasi darat melalui pengiriman truk.
Baca juga: SPMT komitmen optimalisasi dan perkuat pelayanan kepelabuhan
Baca juga: SPMT: "Port stay" Terminal Jamrud Surabaya turun setelah transformasi
Di sisi lain Guru Besar Bidang Risiko Logistik Maritim Institut Teknologi Sepuluh November (ITS) Saut Gurning menyampaikan prospek pasar non peti kemas secara global dan nasional banyak diminati oleh proses distribusi food atau makanan, feed atau pakan dan fuel atau bahan bakar (3F).
Prospek ekspansi bisnis ini dapat dilihat melalui peningkatan konsumsi minyak global yang mencapai rekor baru 102,9 juta barel per hari pada 2024, serta adanya proyeksi peningkatan Produk Domestik Bruto (PDB) global menjadi 3,2 persen pada 2025, sehingga mempengaruhi daya beli masyarakat.
Adapun secara volume pelabuhan non peti kemas, diperkirakan mengambil peran sekitar 90 persen dibanding terminal kontainer.
"Jadi saya kira ke depan pemerintah harus mulai memperhatikan hal ini," katanya.
Harapannya melalui kegiatan ini bisa meningkatkan kolaborasi antara pemangku kepentingan di kepelabuhanan non peti kemas dengan media, sehingga bisa meningkatkan penyebaran informasi perusahaan plat merah ini terhadap calon pelanggan
Sebelumnya PT Pelindo Multi Terminal (SPMT) subholding dari PT Pelabuhan Indonesia (Persero) berkomitmen melakukan optimalisasi biaya logistik dan memperkuat pelayanan kepelabuhanan, sehingga lebih efektif dan efisien.
Baca juga: Pelindo Tanjung Emas: PTOS-M tingkatkan produktivitas bongkar muat
Baca juga: Terminal curah cair Pelabuhan Bumiharjo Kumai terima penetapan Kemhub