Jakarta (ANTARA) - Siapapun yang berkunjung ke Jepang, salah satunya bisa melihat dan mempelajari secara langsung bagaimana pusat distribusi pangan dilakukan di negeri itu.
Salah satu destinasi yang amat menarik perhatian adalah Pasar Ota, salah satu pusat distribusi pangan terbesar di Jepang. Pasar Ota menyajikan secara gamblang bagaimana sistem pasar grosir beroperasi.
Pasar ini juga menerapkan teknologi serta manajemen yang dapat diadopsi untuk meningkatkan efisiensi distribusi pangan di Indonesia.
Manajemen Pasar Ota juga sangat terbuka untuk memberikan penjelasan mengenai bagaimana sistem pasar bekerja. Sadafumi Takahashi (Operation Manager), Chise Harada (Management Section Manager), Yoshiki Hosokawa (Manager), dan Seiichiro Sugawara (Division Deputy Manager, General Affairs) menyambut tamu dengan sangat ramah dan selalu siap berbagi.
Sadafumi Takahashi misalnya menjelaskan tentang eksistensi Pasar Ota dengan luas area mencapai 386.426 m² sebagai pasar terbesar di antara 11 Pasar Grosir Pusat yang dikelola oleh Pemerintah Metropolitan Tokyo.
Pasar ini menjadi pusat transaksi komoditas segar seperti buah-buahan, ikan, dan bunga potong sejak diintegrasikan pada tahun 1989 dari beberapa pasar yang lebih kecil. Berlokasi strategis dekat Bandara Haneda dan Pelabuhan Tokyo, Pasar Ota menjadi pusat logistik yang vital bagi Tokyo dan seluruh Jepang.
Pasar Ota (dalam Bahasa Jepang disebut Ota Ichiba) yang merupakan tempat kebanggaan dan bahkan lebih besar dari Pasar Tsukiji, menyambut pengunjung dengan ikan, makanan dan pelelangan bunganya.
Saat ini, fasilitas yang ada sangat luar biasa jumlahnya dengan aktivitas pergudangan sehari-harinya yang memproduksi 3.600 ton dan hampir 33 ton produk makanan laut. Pasar ini juga merupakan pasar bunga terbesar di Jepang.
Pasar Ota buka dari pukul 05.00 sampai 15.00 setiap harinya dengan jadwal pelelangan yang berbeda untuk tiap produk misalnya ikan mulai pukul 05.40, sayuran mulai pukul 06.50, buah-buahan mulai pukul 07.00, dan bunga mulai pukul 07.00.
Hal yang membuat Pasar Ota menarik dan patut dijadikan inspirasi yakni terkait dengan fitur utamanya sebagai lokasi pelelangan barang yang transparan.
Setiap pagi, pelelangan barang dilakukan oleh grosir yang menjual produk segar kepada pedagang perantara dan pengecer. Proses ini dijalankan secara transparan dan diawasi oleh pemerintah, memastikan harga yang adil dan diketahui oleh petani melalui publikasi harga.
Kemudian, Pasar Ota juga menerapkan metode transaksi yang beragam. Selain pelelangan, Pasar Ota juga menggunakan transaksi negosiasi, di mana harga ditetapkan melalui pembicaraan antara penjual dan pembeli tanpa adanya kompetisi di antara pembeli. Ini memberikan fleksibilitas tambahan dalam proses perdagangan.
Dan yang tak kalah unik, skala dan variasinya menjadi yang terbesar di Jepang. Pasar Ota adalah pasar produk pertanian terbesar di Jepang, dengan sekitar 3.875 ton atau senilai 1,18 miliar yen sayuran dan buah-buahan diperdagangkan setiap hari. Sebagian besar produk ini dikirim ke pengecer besar seperti supermarket, yang memastikan pasokan makanan yang stabil dan berkualitas tinggi bagi masyarakat.
Pelajaran penting
Kunjungan ini memberikan banyak wawasan bagi Indonesia tentang bagaimana pasar grosir dapat dikelola secara efektif.
Beberapa pelajaran yang bisa diadopsi untuk Indonesia meliputi pengelolaan pasar yang efisien dan terstruktur. Penerapan manajemen yang terstruktur dan efisien, seperti yang dilakukan di Pasar Ota, dapat membantu meningkatkan efektivitas distribusi pangan di Indonesia.
Selain itu teknologi dalam logistik dan transaksi sangat memudahkan konsumen. Mengadopsi teknologi modern dalam logistik dan transaksi dapat meningkatkan transparansi dan efisiensi pasar pangan di Indonesia.
Dan yang tak kalah penting adalah kerja sama Pasar Ota dengan koperasi petani menjadikan pasar ini semakin baik bagi contoh pemberdayaan masyarakat.
Bekerja sama dengan lembaga koperasi seperti JA (Japan Agriculture) yang mewakili petani, dapat membantu memastikan harga yang adil dan dukungan bagi petani dalam meningkatkan produksi mereka.
Pasar Ota adalah contoh yang mengesankan dari pasar grosir pusat yang sukses, dengan sistem transaksi yang efisien dan dukungan logistik yang kuat.
Pengalaman dan pengetahuan yang diperoleh dari kunjungan ini sangat berharga untuk dijadikan inspirasi dan solusi dalam pengembangan pasar grosir atau pusat distribusi pangan di Indonesia, yang pada akhirnya dapat mendukung ketahanan pangan nasional.
Dengan belajar dari praktik terbaik di Jepang, Indonesia dapat mengimplementasikan strategi serupa untuk meningkatkan efisiensi dan transparansi dalam distribusi pangan, yang akan berdampak positif bagi petani dan konsumen di seluruh negeri.
Dalam konteks Indonesia, masyarakat memerlukan pengelolaan distribusi pangan yang lebih teratur tanpa gejolak harga yang meresahkan. Oleh karena itu, koperasi perlu terus untuk didorong dan dikembangkan agar bisa menjadi solusi wadah kelembagaan bagi petani sekaligus pemasok rantai pasar.
Sebab peran koperasi di sektor pertanian ini sangat penting untuk menyejahterakan anggotanya, memajukan tatanan ekonomi di pedesaan, dengan tujuan besarnya adalah mewujudkan ketahanan pangan dan mengentaskan kemiskinan di Indonesia.
*) Penulis adalah Utusan Khusus Presiden (UKP) RI Bidang Kerja Sama Pengentasan Kemiskinan dan Ketahanan Pangan.
Telaah
Belajar dari Jepang kelola distribusi pangan berbasis koperasi
Oleh Muhamad Mardiono*)
2 Juli 2024 09:07 WIB
Salah satu komoditas yang dipasarkan di Pasar Ota, Jepang. (ANTARA/HO-UKP RI)
Copyright © ANTARA 2024
Tags: