SMF usulkan nilai penambahan PMN 2024 sebesar Rp1,89 triliun
1 Juli 2024 21:36 WIB
Suasana rapat kerja dengan Komisi XI DPR dengan jajaran Kementerian Keuangan yang membahas pengantar pendalaman penyertaan modal negara (PMN) APBN 2024, di Kompleks Parlemen, Jakarta, Senin (1/7/2024). ANTARA FOTO/ADITYA PRADANA PUTRA
Jakarta (ANTARA) - PT Sarana Multigriya Finansial/SMF (Persero) mengusulkan nilai penambahan Penyertaan Modal Negara (PMN) tahun anggaran 2024 sebesar Rp1,89 triliun kepada Komisi XI DPR.
“Jadi, PMN yang diusulkan Rp1,89 triliun itu sangat dibutuhkan untuk pembiayaan 166 ribu unit rumah target pemerintah tahun 2024. Ini sangat dibutuhkan, karena dengan Rp1,89 triliun, kami akan leverage menjadi Rp7,02 triliun,” ujar Direktur Utama SMF Ananta Wiyogo dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan Komisi XI DPR RI yang dipantau secara virtual, Jakarta, Senin.
Kriteria target penyaluran Kredit Pembiayaan Rumah Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (KPR FLPP) dalam rangka pemenuhan kebutuhan perumahan bagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR) mulai dari diesel 8 (pendapatan sekitar Rp8 juta) hingga diesel 1, baik pekerja informal maupun formal.
Adapun skema alokasi untuk KPR FLPP 2024 adalah PMN sebesar Rp1,89 triliun yang digabungkan dengan dana SMF dan dana lainnya Rp5,12 triliun, sehingga indikasi blended cost of fund Rp7,02 triliun.
Setelah itu, total dana yang terakhir disebut digabungkan dengan dana dari Badan Pengelola Tabungan Perumahan Rakyat (BP Tapera) sebanyak Rp21,05 triliun, sehingga terkumpul Rp28,06 triliun untuk membiayai 166 ribu rumah untuk MBR dengan bunga fixed rate 5 persen selama 20 tahun.
‘Dengan adanya suntikan PMN Rp1,89 triliun, total aset itu akan meningkat sedikit, liabilitas juga, pendapatan juga meningkat sedikit, laba bersihnya juga meningkat sedikit (Rp492 miliar dengan PMN dan Rp486 miliar tanpa PMN). Sedangkan, kalau kita lihat dari ekuitasnya, memang itu yang dengan PMN itu lebih besar daripada tanpa PMN,” ujar dia pula.
Berdasarkan analisis kelayakan, pihaknya disebut memiliki pertumbuhan keuangan positif sejak tahun 2019 dengan rata-rata pertumbuhan aset sebesar 14,4 persen. SMF juga dinyatakan telah menyalurkan KPR FLPP selama periode 2018-2023 dengan akumulasi penyaluran mencapai Rp21,64 triliun untuk 594.172 debitur.
Dalam menyalurkan, perseroan tersebut juga menurunkan beban fiskal melalui penerbitan surat utang untuk me-leverage PMN yang diterima mencapai Rp12,34 triliun.
Hasil simulasi perhitungan atas Economic-Internal Rate of Return, nilai E-IRR sebesar 9,61 persen berada di atas tingkat discount factor yang sebesar 4,45 persen (tingkat suku bunga kepada bank penyalur, serta nilai Net Present Value (NPV) sebesar Rp998 miliar. Hal ini dianggap menunjukkan investasi atas PMN secara ekonomi layak untuk dijalankan.
“Kami mohon usulan PMN Rp1,89 triliun itu yang diajukan oleh Perseroan dapat disetujui dalam rangka mendukung perubahan FLPP 2024 untuk 166 ribu unit rumah,” kata Ananta.
Baca juga: BRIDS gandeng SMF meluncurkan produk EBA-SP Ritel
Baca juga: SMF menyalurkan Rp1,5 miliar untuk 24 homestay di Desa Nglanggeran
“Jadi, PMN yang diusulkan Rp1,89 triliun itu sangat dibutuhkan untuk pembiayaan 166 ribu unit rumah target pemerintah tahun 2024. Ini sangat dibutuhkan, karena dengan Rp1,89 triliun, kami akan leverage menjadi Rp7,02 triliun,” ujar Direktur Utama SMF Ananta Wiyogo dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan Komisi XI DPR RI yang dipantau secara virtual, Jakarta, Senin.
Kriteria target penyaluran Kredit Pembiayaan Rumah Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (KPR FLPP) dalam rangka pemenuhan kebutuhan perumahan bagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR) mulai dari diesel 8 (pendapatan sekitar Rp8 juta) hingga diesel 1, baik pekerja informal maupun formal.
Adapun skema alokasi untuk KPR FLPP 2024 adalah PMN sebesar Rp1,89 triliun yang digabungkan dengan dana SMF dan dana lainnya Rp5,12 triliun, sehingga indikasi blended cost of fund Rp7,02 triliun.
Setelah itu, total dana yang terakhir disebut digabungkan dengan dana dari Badan Pengelola Tabungan Perumahan Rakyat (BP Tapera) sebanyak Rp21,05 triliun, sehingga terkumpul Rp28,06 triliun untuk membiayai 166 ribu rumah untuk MBR dengan bunga fixed rate 5 persen selama 20 tahun.
‘Dengan adanya suntikan PMN Rp1,89 triliun, total aset itu akan meningkat sedikit, liabilitas juga, pendapatan juga meningkat sedikit, laba bersihnya juga meningkat sedikit (Rp492 miliar dengan PMN dan Rp486 miliar tanpa PMN). Sedangkan, kalau kita lihat dari ekuitasnya, memang itu yang dengan PMN itu lebih besar daripada tanpa PMN,” ujar dia pula.
Berdasarkan analisis kelayakan, pihaknya disebut memiliki pertumbuhan keuangan positif sejak tahun 2019 dengan rata-rata pertumbuhan aset sebesar 14,4 persen. SMF juga dinyatakan telah menyalurkan KPR FLPP selama periode 2018-2023 dengan akumulasi penyaluran mencapai Rp21,64 triliun untuk 594.172 debitur.
Dalam menyalurkan, perseroan tersebut juga menurunkan beban fiskal melalui penerbitan surat utang untuk me-leverage PMN yang diterima mencapai Rp12,34 triliun.
Hasil simulasi perhitungan atas Economic-Internal Rate of Return, nilai E-IRR sebesar 9,61 persen berada di atas tingkat discount factor yang sebesar 4,45 persen (tingkat suku bunga kepada bank penyalur, serta nilai Net Present Value (NPV) sebesar Rp998 miliar. Hal ini dianggap menunjukkan investasi atas PMN secara ekonomi layak untuk dijalankan.
“Kami mohon usulan PMN Rp1,89 triliun itu yang diajukan oleh Perseroan dapat disetujui dalam rangka mendukung perubahan FLPP 2024 untuk 166 ribu unit rumah,” kata Ananta.
Baca juga: BRIDS gandeng SMF meluncurkan produk EBA-SP Ritel
Baca juga: SMF menyalurkan Rp1,5 miliar untuk 24 homestay di Desa Nglanggeran
Pewarta: M Baqir Idrus Alatas
Editor: Budisantoso Budiman
Copyright © ANTARA 2024
Tags: