BRIN kembangkan "nanobubble" dukung tingkatan produktivitas pertanian
1 Juli 2024 18:19 WIB
Tangkapan layar - Peneliti Ahli Utama Pusat Riset Mekatronika Cerdas BRIN Dr. Hilman Syaeful Alam dalam diskusi daring yang diikuti dari Jakarta, Senin (1/7/2024) (ANTARA/Prisca Triferna)
Jakarta (ANTARA) - Peneliti Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Dr. Hilman Syaeful Alam menjelaskan pihaknya terus mengembangkan teknologi nanobubble atau gelembung nano yang dapat membantu peningkatan produktivitas pertanian di Tanah Air.
Dalam diskusi daring diikuti dari Jakarta, Senin, Peneliti Ahli Utama Pusat Riset Mekatronika Cerdas BRIN Hilman mengatakan BRIN sudah mengembangkan teknologi nanobubble sejak 2016, selain juga dilakukan oleh beberapa universitas di Tanah Air.
"Kami berupaya dengan tim di kelompok riset kami supaya bisa diterapkan aplikatif di lapangan, jadi teknologi ini bisa menjadi teknologi tepat guna yang memiliki cost yang rendah sehingga bisa diterima oleh masyarakat," kata Hilman.
Dalam kesempatan tersebut dia menjelaskan bahwa teknologi nanobubble mendukung pertanian berkelanjutan dan bebas bahan kimia serta bisa dimanfaatkan dalam proses penanaman serta setelah panen.
Baca juga: Pemkab HST dan BRIN gali potensi varietas tanaman pertanian lokal
"Nanobubble bisa diaplikasikan dari awal, misalnya treatment untuk air irigasi. Kita bisa mengolah air irigasinya sehingga air yang di-deliver ke tanaman sudah dalam kondisi bagus. Nanobubble bisa melarutkan gas dalam jangka waktu yang lama," katanya.
Salah satu gas yang bisa dilarutkan adalah oksigen yang dapat mendorong penyerapan nutrisi oleh tanaman. Dia mengatakan ketika meneliti implementasi teknologi nanobbuble dalam hidroponik memperlihatkan pertumbuhan yang lebih baik dengan periode waktu. panen lebih cepat.
"Dalam penelitian kemarin beberapa varietas hidroponik pernah diuji coba, mulai dari selada, kangkung kemudian beberapa produk hidroponik lain, itu bisa meningkatkan pertumbuhan dari mulai 7 sampai 52 persen," katanya.
Hilman mengatakan bahwa menggunakan teknologi nanobubble itu dapat lebih cepat memanen dan memberikan nilai tambah karena mendukung efektivitas waktu proses pertanian.
Teknologi itu juga dapat digunakan untuk pascapanen dengan cara mereduksi mikroba, sehingga produk tersebut dapat bertahan lebih lama.
Baca juga: Mentan: Penggunaan teknologi jadikan pertanian Indonesia lebih kuat
Baca juga: Presiden minta pemda "upgrade" sistem pertanian ke teknologi pintar
Dalam diskusi daring diikuti dari Jakarta, Senin, Peneliti Ahli Utama Pusat Riset Mekatronika Cerdas BRIN Hilman mengatakan BRIN sudah mengembangkan teknologi nanobubble sejak 2016, selain juga dilakukan oleh beberapa universitas di Tanah Air.
"Kami berupaya dengan tim di kelompok riset kami supaya bisa diterapkan aplikatif di lapangan, jadi teknologi ini bisa menjadi teknologi tepat guna yang memiliki cost yang rendah sehingga bisa diterima oleh masyarakat," kata Hilman.
Dalam kesempatan tersebut dia menjelaskan bahwa teknologi nanobubble mendukung pertanian berkelanjutan dan bebas bahan kimia serta bisa dimanfaatkan dalam proses penanaman serta setelah panen.
Baca juga: Pemkab HST dan BRIN gali potensi varietas tanaman pertanian lokal
"Nanobubble bisa diaplikasikan dari awal, misalnya treatment untuk air irigasi. Kita bisa mengolah air irigasinya sehingga air yang di-deliver ke tanaman sudah dalam kondisi bagus. Nanobubble bisa melarutkan gas dalam jangka waktu yang lama," katanya.
Salah satu gas yang bisa dilarutkan adalah oksigen yang dapat mendorong penyerapan nutrisi oleh tanaman. Dia mengatakan ketika meneliti implementasi teknologi nanobbuble dalam hidroponik memperlihatkan pertumbuhan yang lebih baik dengan periode waktu. panen lebih cepat.
"Dalam penelitian kemarin beberapa varietas hidroponik pernah diuji coba, mulai dari selada, kangkung kemudian beberapa produk hidroponik lain, itu bisa meningkatkan pertumbuhan dari mulai 7 sampai 52 persen," katanya.
Hilman mengatakan bahwa menggunakan teknologi nanobubble itu dapat lebih cepat memanen dan memberikan nilai tambah karena mendukung efektivitas waktu proses pertanian.
Teknologi itu juga dapat digunakan untuk pascapanen dengan cara mereduksi mikroba, sehingga produk tersebut dapat bertahan lebih lama.
Baca juga: Mentan: Penggunaan teknologi jadikan pertanian Indonesia lebih kuat
Baca juga: Presiden minta pemda "upgrade" sistem pertanian ke teknologi pintar
Pewarta: Prisca Triferna Violleta
Editor: Indra Gultom
Copyright © ANTARA 2024
Tags: